Dua Puluh Delapan

88 22 8
                                    

Selamat membaca ^^
Mohon maaf bila ada typo🙏







Selamat membaca ^^Mohon maaf bila ada typo🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Tangisan keluarga pecah, saat dokter menyatakan, kalau Arvin sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Saat mendengar itu, Via langsung tidak sadarkan diri, dan di bawa ke ruang perawatan.

Sedangkan Dinda sudah menangis dalam pelukan Haris, yang tangisannya pecah juga. Sementara Ataya, ia menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, dengan memori kenangan bersama Arvin yang terputar kembali.

Meninggalkan semua kenangan yang telah ia ukir bersama dengan Arvin, membuat Ataya tidak bisa mengucapkan apa-apa lagi. Menangis pun, rasanya Ataya tidak bisa. Air matanya membeku karena ia terlalu syok mendengar berita ini.

Bagaimana keseharian Ataya tanpa Arvin? Bagaimana hidupnya yang biasanya berwarna, kini telah kehilangan sang pensil warna, yang selalu mewarnai hari-hari Ataya yang monoton.

Setelah mendapat panggilan dari Ataya, Egi dan Bagas segera pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan di sana. Sesudah sampai, Egi langsung memeluk Ataya yang masih menatap kosong.

“Ya,” panggil Egi.

Ataya mulai menangis di pelukan Egi. Egi hanya bisa mengatakan sabar dan mengelus punggung sang anak. Egi tahu, kalau Arvin yang sudah membawa kebahagiaan di hidup Ataya. Jika Arvin pergi, kebahagiaan Ataya pun ikut pergi.

Egi merangkul Dinda dan membawa ke pelukannya. Sementara Haris berbincang dengan Bagas, dan Bagas menenangkan Haris. Sedinginnya Haris, tetap saja ia menangis ketika anaknya terluka, apalagi, sekarang anaknya pergi untuk selamanya.

“Din, Ibu kamu, di mana?” tanya Egi.

“Ibu pingsan,” jawab Dinda dengan terisak.

Kecemasan Egi selama ini, akhirnya terjadi. Ia takut, Arvin akan pergi dan meninggalkan banyak orang yang menyayanginya. Termasuk Ataya, yang setiap malam akan menangis dan menyembunyikan kesedihan ketika Arvin mempunyai penyakit ini.








Ataya POV

Menyedihkan sekali, di tinggal pergi oleh dia. Seseorang yang sangat aku sayangi di dunia ini, setelah keluargaku. Dia yang selalu melukis warna-warna indah di kehidupanku yang kosong. Dia yang selalu tertawa ketika aku berceloteh tidak jelas.

Hanya dia, yang bisa mengerti keinginanku. Orang tuaku pun, tidak tahu apa yang aku inginkan jika aku belum bicara. Tapi dia, selalu tahu apa yang aku inginkan, walau aku belum berkata.

Võiltus [HWANGSHIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang