Tiga Puluh Dua (Epilog)

283 25 6
                                    

Selamat membaca ^^
Mohon maaf bila ada typo🙏











Selamat membaca ^^Mohon maaf bila ada typo🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










“Arvin,” panggil sang Ibu kepada anak berusia tiga tahun.

Sang anak langsung berlari menghampiri ibunya dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Anak kecil itu memeluk ibunya dengan haru.

Sudah beberapa hari ia tidak bertemu dengan ibunya, karena ibu dan ayahnya baru saja pulang dari luar kota, di karena kan urusan pekerjaan ayahnya.

“Avin kangen,” ucap anak itu sambil terisak.

“Ulululu tayangnya Bunda. Maafin Bunda sama Ayah, ya.” Wanita Ningrum itu mengelus sambut sang anak.

Pria dengan seragam tentara itu menghampiri anaknya yang menangis tersedu di pelukan ibunya. Sudut bibir pria dengan lesung pipi itu terangkat ke atas, lalu menghampiri dua orang yang ia sayang.

“Arvin, sama Ayah, kangen, gak?” tanya ayahnya.

Arvin langsung memeluk sang ayah. “Kangen. Kalau mau pelgi, ajak Avin, ya.” Dengan suara yang cadel dan gemas, ayahnya sangat gemas dengan tingkah Arvin.

“Kita ke rumah Nenek sama Kakek, yuk!” ajak sang ibu.

Dengan antusias, Arvin mengangguk dan tersenyum bahagia. Dua hari ia hanya diam di rumah bersama om dan tantenya. Saat di perjalanan, Arvin bersenandung di pangkuan ibunya. Rasa rindunya sungguh besar kepada kedua orang tuanya. Padahal, hanya dua hari ia di tinggal.

Sampai di rumah nenek kakeknya, Arvin dengan gesit berlari ke dalam rumah. Arvin memang di bilang sangat dekat dengan nenek dan kakeknya. Apalagi kedua orang tuanya cukup sibuk. Ibunya yang sibuk dengan toko buku yang sudah banyak cabangnya di berbagai kota, dan sang ayah seorang tentara, membuat Arvin jarang mempunyai waktu bersama mereka.

DI dalam rumah nenek kakeknya, tidak hanya ada mereka melainkan ada sepasang suami istri yang dekat juga dengan Arvin. “Oma, Opa, Alvin kangen. Udah lama, ya, Avin gak ketemu kalian,” ujarnya memeluk seorang wanita yang ia panggil Oma.

“Aduh, cucu Oma kok, tambah ganteng banget, sih,” celetuk wanita itu.

Orang Tua Arvin masuk berdampingan. Ibu Arvin tersenyum saat melihat siapa yang datang dan sedang menggendong anaknya itu.

“Ibu, Ataya kangen,” ucap Ibu Arvin, yang ternyata Ataya.

Indra membawa Arvin dari pangkuan Via, membiarkan Via dan Ataya berpelukan untuk melepas rindu.

“Ibu tumben ke sini?” tanya Ataya.

“Ibu kira, Arvin lagi di sini. Baru aja Ibu sama Ayah mau pulang. Tapi, jagoan kecil yang ganteng ini datang,” celetuk Via mencubit pipi Arvin.

Võiltus [HWANGSHIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang