Kutulis tiga kata di atas kertas putih tanpa noda itu "Aku Ingin Menghilang", namun akan ada sepercik tinta hitam yang datang mengubah kata itu. Buat apa?, buat apa semua itu?, bumi ini sudah menolak keberadaanku. Cukup!, aku sudah mengetahui posisiku, aku akan hidup dengan sendirinya di planet asing ini.
Sendiri, sudah menjadi takdirku. Aku ingin hilang dari genre hidup ini, aku hanya ingin menggunakan kata sendiri sekarang, karena kata "itu" lah yang menjadi sahabat setiaku kini dan hingga nanti. Kupandang eloknya senja, Indah! tapi sesaat, keindahan miliknya akan hilang ditelan malam penuh kegelapan. Keindahan itu akan berujung kehancuran, tidak ada yang lebih indah dari kata "sendiri", apapun itu!.
Tidak ada kata ramai, hanya kata "sendiri" yang tersisah dalam kamusku itu sudah lebih dari cukup, dunia sudah menghianatiku, padahal aku sangat mempercayainya. Ia meninggalkanku sendiri, tapi aku tidak kesal juga tidak marah, justru aku hendak berterima kasih karena ia sudah memperkenalkanku dengan kata "sendiri".
Surat itu sudah melumat habis kalimat yang berhias tinta hitam hingga ia kenyang. Lem sudah menutup rapat rapat surat itu, kalimat itu benar benar telah lenyap hilang dalam sepucuk kertas berlem lengket bagaikan gembok tanpa kunci.
Tidak ada kata "buka" untuk gembok itu, karena kuncinya pun sudah hilang ditelan oleh kepercayaan yang telah berubah menjadi kekecewaan. Suara kicauan burung selalu menyapa hendak mencari senyum yang hilang, namun garis lengkung yang dulu selalu tercipta dengan mudah sekarang hilang bersama kunci gembok itu, nihil jika dicari, bagaikan jarum ditelan jerami.
Itu apa?
Jangan tanya!, karena aku tidak tahu jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa dalam Kata
Teen FictionSudah!, aku letih, aku ingin menghilang dari bumi. Doraemon tolong pinjamkan pintu kemana saja mu, aku hendak ke saturnus meninggalkan hidupku yang suram ini. Aku janji akan mengembalikannya setelah usai kugunakan. Kumohon sekali iniii saja.