Malam masih belum pulang, ia masih menemani Aru yang berjalan bersama sepedanya itu di bawah pohon.
Ternyata Angga masih mengikuti Aru, sekarang posisinya sudah membahui Aru, dan lagi Aru berhenti berjalan dan menatap Angga dengan tajam."Apa mau lo?", datar tapi menakutkan
"Eh, mau gue? Emang boleh"Aru hanya menggelengakan kepalanya, seraya meninggalkan jejak ia berhenti berpijak barusan. Lagi lagi Angga masih mengikutinya. Kali ini Aru benar benar muak dengan gangguannya.
"Gue tanya sekali lagi, apa mau lo?" dingin menatap Angga yang lebih tinggi dari Aru.
"Gue minta waktu lo lima belas menit, eh sepulu menit aja deh"Lamat lamat Aru menatap redup ke arah Angga, seraya mengangguk.
"Serius? Lo beri waktu buat gue?, tunggu disini ya!, gue ambil mobil dulu"
Saat Angga bergegas meninggalkan Aru seraya hendak mengambil mobilnya yang telah terparkir entah dimana Aru menunggu Angga hilang dari tatapannya. Ini bukanlah tabiat Aru, jangankan waktu kalimat saja sangat susah ia keluarkan untuk orang yang tidak ia kenal. Kalimat Aru barusan hanya alasan agar Aru terbebas dari tatapan Angga. Melihat Angga sudah menghilang dari balik tikungan, Aru kembali berjalan untuk pulang dan tidak peduli keberadaan Angga.
||||||||
Malam, kumohon jadilah sahabatku saat ini, berpihaklah padaku sekarang, sepertinya kau hendak menangis dan menurunkan air.
Tunggu!
Jika bena kau hendak menangis, tolong ajari aku bagaimana agar aku juga bisa merasaakan tangis saat ini!.
Soalnya aku sudah lupa dan tak tahu cara menangis,
lucukan hahaha.
Yang aku tahu sekarang hanyalah senyum tipis dalam luka yang tak pernah sembuh, sakit, tapi tenang saja, karena sakit itu sudah dibaluti oleh senyum. Apa kamu tahu senyum dalam balutan luka?
Jika kau tahu, berarti kau lebih banyak pengalaman dari padaku.Malam , izinkan aku untuk tidur dipangkuanmu yah. Karena sudah lama aku tidak pernah merasakan nyenyaknya tidur dalam pangkuan.
Jika kau berkenan maka pangkulah dan belai lah aku, karena aku juga sudah lupa akan rasa belaian.Malam, apa kau bisa menyampaikan salamku kepada Pagi?,
Jika iya maka sampaikan kalau Aru ini rindu akan kehangatan sinar mentari.Aku sempat bertanya ke Pada Pagi untuk menyampaikan salamku kepadamu. Tapi kata Pagi ia tidak bisa bertemu denganmu. Dan tak akan pernah bisa.
Kenap---
Telephone Aru berdering. Membuat pena Aru terhenti menciptakan jejak dikertas putih itu.
Terlihat foto Dito dilayar Hp milik Aru, Kenapa ni anak nelfon gue malam malam? Gumam AruTelephone tersambung.
"Mmmm pa?"
"Ketus amat lo, pms ya neng?"
"Gak, emangnya ada apa pake nelfone segala?"
"Gini Ru gue selaku sobat lo mau mintol Ru"
"Mintol apa?"
"Lo bisa pergi ke gedung tua di jalan anggrek gak?"
"Malam ini?"
"Iya"
"Untuk apa Dit, malam malam ke gedung tua itu, emang lo mau culik gue?"
"Gak Ru, gue ada di gedung tua, Ru gak ada waktu gu---Tut... Tut... Tut...
Panggilan berakhirAda apa tuh boca?, ini udah jam delapan malam. Gumam Aru
Tapi Aru segera bergegas menuju gedung tua tanpa berfikir lagi, khawatir dengan ke adaan sobatnya itu.
Terdengar suara langkah menuruni anak tangga, itu langkah Aru dan mencari Bi Nia karena bagi Aru keberadaan dan kekhawatir di rumahnya sudah tidak dikenal lagi oleh kedua orang tuanya. Sosok Aru hanya hiasan semata bagi keluarganya sejak tragedi tiga tahun lalu.
"Bi, Aru pergi dulu ya"
"Eh non kemana?"
"Temuin Dito Bi"
"Hati hati non!"Setelah memberi tahu Bi Nia Aru bergegas mengambil motor dan helmnya di garasi, karena jarak dari rumah Aru ke gedung tua itu lumayan jauh jadi Aru berfikir lebih cepat jika ia naik motor.
![](https://img.wattpad.com/cover/224250301-288-k152854.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa dalam Kata
Novela JuvenilSudah!, aku letih, aku ingin menghilang dari bumi. Doraemon tolong pinjamkan pintu kemana saja mu, aku hendak ke saturnus meninggalkan hidupku yang suram ini. Aku janji akan mengembalikannya setelah usai kugunakan. Kumohon sekali iniii saja.