Kenangan manis

8 5 0
                                    

       Dengan durasi dua puluh  tiga menit Aru sudah memarkirkan motornya tepat di depan pagar besi yang berkarat itu, ini sih  uji nyali. Datang malam malam ke gedung tua sendiria? Gila.
       Lamat lamat Aru menatap gedung itu, ada ragu dibenaknya, apa Dito bener bener ada disini?, atau cuma ngerjain gue?, gumam Aru.

       Tanpa buang buang waktu Aru memasuki pekarangan bangunan itu, kumuh-kotor, banyak runtuhan bangunan yang  berserakan, sudah lama bangunan ini kosong mungkin karena kekurangan modal jadi pembangunannya terhenti.

"Diiit, Dittt mana lo Dittt?" seru Aru memutar bola matanya mencari sosok Dito.

       Aru menyalakan senter Hpnya, ia sudah berpijak dianak tangga berdebu itu, lantai dua sudah melumat kepala Aru. Lagi lagi tidak ada sahutan dari Dito. Tunggu bagaimana jika Dito disegap? Berarti gue harus waspada, tapi emang ada untungnya nyulik Dito?, gue rasa bukan untung tapi rugi. Gumam Aru.

"Dit.... Kalau lo ngerjain gue, gue kirim mayat hangus lo ke rumah, biar mampus,  keluar lo Diiit!" geram Aru.

       Aru sudah berada tepat ditengan lantai  dua yang kosong itu, lagi  lagi tak ada tanda tanda jika ada orang, apa lagi Dito. Emang Dito punya nyali datang ketempat ini sendirian?, gumam Aru. Ini menakutkan bro, bayangkan aja kalau lo dateng malam malam sendirian ke gedung tua. Itu namanya Uji nyali.  Panggilan gak diangkat lagi, awas ya lo Dit, kalau lo ngerjain  gue!, seru Aru kesal.

       Tiba tiba ada cahaya ke arah tembok lebar di samping kiri Aru, cahaya  itu memperlihatkan gambar seseorang yang sedang bermain gitar, gambar bernyanyi di atas panggung, gambar gadis yang penuh dengan senyum dan lain lain. Benar LCD itu sudah menciptakan gambar penuh kenangan milik Aru. Tatapan Aru mulai ambyar, entah senang atau sedih melihat pemandangan didepannya.

       Bukan hanya sampai disitu, setelah memperlihatkan gambar ditembok menggunakan LCD, cahaya itu memutar satu video yang berhasil membuat mata Aru berkaca kaca, yaitu saat Aru berusia  enam belas tahun, ia sedang berdiri memegang piagam kemenangannya bersama seorang lelaki sekiranya lebih tua tiga tahun dari Aru didepan banyak orang, sepertinya mereka penonton dengan penuh senyum. 
       Ada perasaan aneh dalam dada Aru, sakit bagai tercabik cabik tapi melegakan, ini pertama kalinya Aru bisa menghembuskan nafas dengan lega, dulu ia ingin sekali mengenal kembali kata tangis tapi sekarang tidak lagi justru ia  hendak melupakan kata itu, sekarang sudah berubah seratus tiga puluh derajad, justru Aru ingin menahan tangisan itu agar tidak pecah. Rindu yang dirasakan Aru menggebuh gebuh, rindu akan belaian, rindu akan kehangatan, anak lelaki itu adalah harta karun milik Aru, tapi entah kenapa bajak laut sudah mengambil harta milik Aru tanpa sisah sedikitpun.

     Setelah durasi video itu selesai, Dito sudah mempersiapakan dirinya untuk keluar menghadapi amukan Aru, ia sudah siap dengan semua kiriman yang bisa saja mendarat ditubunnya. Langkah demi langkah Dito sudah berada di depan Aru. Terlihat jika takut tindakannya ini  salah., dan membuat Aru kecewa hanya karena ambisinya.

"Ru, gue mau minta maaf karena gue lancang, gue cuma pengen sahabat gue kayak dulu lagi, main barenga, ketawa bareng, bolos bareng, dihukum guru bareng, bersiin toilet bareng, coret dinding bareng, ngejain Pak Toyo bareng, gue kangen dengan Aru yang dulu, gue  rindu Aru yang bersinar  di atas panggung kek dulu,  senyum selalu terukir tanpa tumpul, gue kangem Ru", Ujar Dito memberanikan diri menatap Aru, Aru hanya menatap datar  Dito yang cerewet itu, bukan marah tapi kasihan dan terharu dengan sahabatnya itu, Aru sadar selama ini Dito hanya berusaha agar Aru kembali seperti dulu  lagi,tidak ada yang lain hanya itu tujuan Dito. Tapi lain bagi Aru itu semua sudah tidak penting lagi buat Aru, karena gembok itu sudah kehilangan kuncinya.

"Dit...

Rasa dalam KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang