Goyah 2 (6)

1 1 0
                                    

"Gue benci situasi seperti ini"

Gue berjalan gontai menuju rumah Aldo, dimana Aldo berdiri tegap di depan halamannya

Beberapa kali gue membuang napas kesal, dan ini untuk abang gue tercinta karna udah buat adeknya menderita

Gue menatap sekilas wajah Aldo yang terlihat datar lalu, masuk begitu saja

Dapat gue liat tante Lia (ibu Aldo) tengah duduk manis di ruang tamu

"Assalamualaikum" ucap gue begitu melewati daun pintu rumah Aldo

"Eh Lauren, ayo sini masuk sayang" jeda "abang kamu tadi nitipin kamu ke tante, makanya tante suruh Aldo buat panggilin kamu" tukas Tante Lia begitu semangat

Gue hanya tersenyum manis "maaf kalau bang Vano sama Lauren suka bikin tante repot"

"Eng--" ucapan tante Lia terpotong saat suara serak jeleknya Aldo main masuk aja

"Mang lo suka ngerepotin orang taunya!" Celutuk Aldo sembari menaiki anak tangga

Di hati gue: ya Allah seandainya gue bisa kutuk dia malam ini, gue bakal kutuk dia jadi apartemen biar kalau bang Vano keluar kota gue bisa tinggal dengan damai disana!

Logika gue: sabar aja, tante Lia sikapnya kayak malaikat gue sejak dulu. Gak papa anaknya kayak bekicot yang penting ibunya baik banget dan itu buat gue betah saat ini

Gue hanya tertawa garing begitu mendengar perkataan Aldo

"Aldo! Gak sopan ngomong kayak gitu" tegas tante Lia pada Aldo

"Eh gak papa tante, Saya tau kok Aldo itu seperti apa orangnya" tukas gue
"Tau banget malah gimana Aldo! Yang mulutnya kayak cabe keriting" sambung gue dalam hati

"Maafin Aldo yah sayang" jeda "gimana kalau kamu ganti baju dulu, terus makan malam  bareng sama tante" perintah tante Lia yang langsung saja gue iyakan
***
06:03
Beberapa kali Aldo mendencingkan sendoknya ke piring dan hasilnya menimbulkan suara yang cukup berisik ditelinga gue

Namun, gue hanya bisa bersabar dan berharap Aldo dapat teguran dari tante Lia

Dan yap! Detik ini juga doa gue terkabul

"Aldo? Makanannya di makan dong jangan digituin sendoknya" tegur tante Lia

Dan gue hanya melirik sekilas kearah Aldo yang tampak kesal

"Nanti Aldo makan di sekolah aja ma" jeda "Aldo mendadak gak selera makan disini" ucap Aldo begitu tegas dan berdiri dari duduknya

"Ehh, kamu berangkat sama Lauren dong sayang" jeda "masa ditinggal sih" cegat tante Lia dan membuat gue tersedak dengan roti yang gue makan

"Aduh tante gak usah, Aldo pasti buru-buru jadi nanti Lauren naik angkutan aja" tolak gue dan jujur ini dari hati gue yang paling dalam

"Nah kan, dia aja ngerti ma" jeda "jatohnya emang nih anak ngerepotin Aldo jadi, Aldo berangkat yah ma" cibir Aldo sembari menatap gue kesal

"Mama bilang gak Aldo! Kok kamu ngeyel sih ditanya?" Tegas tante Lia dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya

Gue hanya bisa menelan ludah beberapa kali sembari diam dan menyimak saja, takut salah ngomong

Aldo menghela napas gusar
"Iyaiya maafin Aldo" jeda "eh buruan dong makannya! Gua bukan supir lo yang mau nunggu" ketus Aldo

"Astaga cowok macam apaan ini? Aishhh untung ibu lo baik!" Gerutu gue dalam hati

Namun, kenyataannya gue mau aja ngikutin perkataan Aldo dan ngekor dibelakang setelah berpamitan dengan tante Lia

Hanya butuh 10 menitan gue dan Aldo sampai disekolah

Baru aja gue gue turun dari motor gedenya Aldo, mata gue menemukan sosok yang selalu membuat gue tersenyum sendiri namun tatapan gue kali ini terasa kosong saat menemukan pandangan lain bersama "dia"

"Farah dan Farel berangkat sekolah bareng?"

Gue menghela napas berat

Rasanya gue mulai mendapat firasat, kejadian itu akan terulang lagi dan menurut gue itu akan berlangsung lama

Tatapan gue yang tadinya sendu kini berubah menjadi tatapan serigala karna, Aldo menarik paksa gue untuk masuk ke sekolah. Menyebalkan!

Dan tololnya lagi gue mau aja di gituin sepanjang koridor

"Sumpah demi apa Ren, lo berangkat bareng sama Aldo?" Suara cempreng Tere yang berasal dari belakang

Gue menurunkan tengan Aldo yang bertengker di bahu gue secara paksa

"Ini juga kepaksa! Kalau bukan disuruh gue juga ogah berangkat bareng dia!" Jeda "ke kelas yuk!" Timpal gue seraya menarik pergelangan tangan Tere

"Jadi gimana?" Tanya Tere tiba-tiba dan itu buat gue yang tadi hanya menatap lurus disepanjang koridor harus meneloh kearah

"Gimana apanya?" Gue balik tanya

"Farel, jadi gimana?"

"Gak gimana-gimana" jawab gue singkat

"Yah, kok lesuh sih" jeda "udah nyerah?"

"Mungkin" tukas gue singkat

Jujur ini pertanyaan yang unfaedah banget untuk jam segini

"Gue baru tau kalau seorang Lauren bakal nyerah begitu cepat" ejek Tere seolah tau gimana gue yang sebenarnya

Gue hanya menghela napas berat lalu, mempercepat langkah agar sedikit berjarak dengan Tere

-Sing For You-

"Sejak pertama kali bertemu dengan kamu, aku sudah mulai merasakan getaran cinta. Maukah kamu jadi pacar aku?"

"Eng-- eng--"

"Stop!" Teriak Bimo dengan lantang

Semua orang berbalik menatapnya

"Kok lu jadi gagu gitu sih, Ren?" Sepertinya hari ini gue bakal kena omelan "feelnya harus dapet dong, sebulan lagi kita bakal tampil loh" sambungnya dengan nada ketus

"Sorry gue tadi ngerasa capek jadi, lupa sama naskahnya, sorry yah Bim" ucap gue memelas karna, jujur gue gak boong gue benaran capek banget, ini sudah lima belas kali take dan gue masih belom bisa sempurna

"Okok sekarang kalian istirahat dulu, besok kita lanjut latihan" jeda "dan kamu Ren? Besok sudah harus bagus yah" peringatan dari Bimo ketua ekskul teater

"Iyaiya sip" jawab gue lalu, keluar dari ruangan bersiap untuk pulang ke rumah
**
Jangan lupa vote+komen yah💞

MERIDIANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang