"Tak perlu terlalu larut membenci. Kamu hanya kehilangan perasaan, selama kamu tidak kehilangan bagian dari dirimu itu artinya tidak ada apa-apa yang hilang. Karena yang tepat tidak akan lari"
04 Desember
Yang awalnya hanya turun beberapa bulir kini menjadi ribuan bulir yang jatuh dari langit
Hingga mengeluarkan suara khas hujan
Entah gue harus bersyukur atau mengeluh kepada Tuhan, pasalnya hari ini gue pengen cepat-cepat sampai di rumah
Yang tadinya pandangan gue keluar gerbang sekolah kini harus berbalik arah ketika seseorang menepuk pundak gue
Gue berdecak kesal
"Aduh Tere, gue pikir siapa"Tere hanya nyengir tanpa dosa
"Sudah masuk musim penghujan nih, siap-siap deh buat cari doi supaya jadi anget terus" ejeknyaGue menjitak jidatnya pelan
"Bacot lu"Detik selanjutnya, Meli datang dari koridor biologi dan tentu saja dia akan heboh saat datang
"Hei cewek-cewek kosong yang sedang menanti redahnya hujan" tukasnya dengan nada yang mengejek
Kini Tere yang menjitak kepala Meli dan gue hanya bisa tertawa pelan
"Gue doain lo putus!" Timpal Tere dengan sumpah serapahnya
"Mampus" cibir gue berbisik
Dan hasilnya Meli menggurutu pada kami hahaha
"Farah mana?" Tanya gue pasalnya tadi Farah bareng sama Meli
"Tadi sih sama gue tapi dia pergi bentaran ke ruang vokal" jeda "mungkin lagi latihan kali" jelas Meli dengan satu tarikan napas
Baru aja kita ngomongin Farah, orangnya sudah datang dan kini menghampiri kami
"Hai" jeda "baru aja nama lo di sebutin udah nongol aja" celutuk Tere
Yang hanya di balas dengan senyuman tipis oleh Farah
Lalu, pandangan Farah kearah bola mata gue dengan tatapan yang tidak bisa gue artikan lagi
Detik selanjutnya, Farah meluk gue dengan eratMeli dan Tere hanya bisa mengerutkan keningnya masing-masing
"Lo kenapa Ra? Ada masalah?" Tanya gue dengan nada yang pelan
Farah melepaskan pelukannya dan kembali menatap gue
"Gue cuma mau minta maaf ke lo Ren" ucap Farah
Bukan hanya Meli dan Tere lagi yang mengerutkan keningnya tapi, gue juga bahkan gue memasang ekspresi yang lebih bingung lagi
"Untuk apa?" Tanya gue makin penasaran
"Farel nembak gue" jawab Farah mantap lalu, mengalihkan pandangannya
Mendengar hal itu gue hampir kesulitan untuk bernapas namun, berusaha terlihat baik-baik saja
Bahkan gue belum berjuang untuk dapetin Farel, yang gue lakukan selama dua minggu terakhir ini adalah awal dari perjuangan gue. Finally yah, ini gak berhasil lagi
Gue menarik napas cukup panjang dengan mata yang sedikit berair namun, gue tahan sebisa mungkin
Lalu, tersenyum tipis pada Farah
"Kenapa mesti minta maaf sih?" Tukas gue sambil tertawa garing
"Gue bukan siapa-siapanya Farel, gak seharusnya lo merasa bersalah ke gue" sambung gue agar Farah percaya kalau gue gak lagi main teater"Tapi, lo suka sama Farel" kata Farah
Kali ini gue tertawa miris
"Lo kayak gak kenal gue aja Ra, lo kan tau sendiri, gue kan emang gitu orangnya gampang jatuh cinta dan gampang juga buat melupakan, iya gak sih? Re? Mel? Paling dalam waktu satu sampai dua bulan gue juga bakal lupa dengan rasa gue ke Farel haha, santelah kalau sama gue" jeda "ikutin aja apa kata hati lo" jelas gue berusaha meyakinkan diri kalau yang gue katakan itu bukan hanya sekedar penenang saja tapi, gue bisa buktiin ituSemuanya bungkam seolah tau kalau gue ini sedang bermain teater yang dimana gue jadi pemeran yang mengorbankan perasaan
Gue menarik napas pelan
"Udah ahh, jangan pada ngeliatin kayak gitu. Gue ngerasa jadi tersangka nih" canda gue agar suasannya mencair"Lo gak salah masuk ekskul teater Ren, akting lo benar-benar orang lain percaya" ujar Tere dengan tatapan kecewa ke gue
"Apaan sih Re haha" elak gue berusaha meyakinkan
"Gue benar-benar minta maaf Ren,gue juga gak bisa boongin perasaan gue ke Farel tapi, disisi lain gue gak mau nyakitin perasaan lo" jeda "maka dari itu gue pengen ngomong dulu ke lo sebelum gue nerima Farel" jelas Farah dengan tatapan tidak tega
"Hahaha yah ampun drama banget yah? Astaga guekan udah bilang ikuti apa kata hati lo, gak usah mikirin guelah, guekan jadi gak enak nih" jawab gue dengan nada yang sudah sedikit gemetar karna nahan sakit
"Parah lo Ren, berhenti dong nyakitin diri lo sendiri, stop jadi pahlawan kesiangan" jeda "dan lo Ra, lo kan tau sendiri kalau Lauren itu suka sama Farel, gak seharusnya lo punya perasaan yang sama juga!" Celutuk Tere dengan nada yang kesal
"Tere! Lo gak boleh nyalahin Farah kayak gitu dan gue gak sedang jadi seorang pahlawan Re" jeda "gue gak mungkin bertekuk lutut dihadapan Farel dan memohon agar Farel balas perasaan gue meski gue udah tau dengan jelas kalau Farel sukanya sama Farah!! Justru gue bakal lebih sakit lagi Re, tolong dong jangan sok tau gimana perasaan gue" jelas gue pada Tere agar dia mengerti dan membuat persahabatan kita baik-baik saja
Semuanya terdiam dan menatap gue dengan tatapan nanar sedang, Farah sudah mengeluarkan air matanya sejak tadi dan merasa kalau ini salahnya
"Gue pikir setelah lo ceritain cowok yang lo suka ke kita semua, gak akan bakal terjadi seperti ini untuk yang ketiga kalinya" jeda "tapi, cinta memang kejam" ucap Tere sambil menatap gue
"Lo benar Re, gue cuman gak mau kejadian dulu terulang lagi makanya gue cerita ke lo semua tapi, inilah akhirnya" batin gue
Lalu, tertawa tipis pada Tere
"Sudahlah, ehh gue pulang yah bang Vano udah ada di depan" jeda "dan lo Ra, lo gak usah dengerin apa yang Tere bilang yah, dengar apa kata hati lo dan gak usah peduli dengan gue. Bye semua" tukas gue sebelum akhirnya pergi dari hadapan mereka
***
Jangan lupa vote+komen yah❣️
Terima kasih🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MERIDIANE
Teen Fiction"MERIDIANE" : Garis khayal yang menghubungkan kutub utara langit dan kutub selatan langit. Sama halnya dengan Lauren Aleta dan Aldo Prayoga yang dihubungkan dengan garis khayal.