Finally (7)

1 1 0
                                    

"Tak perlu terlalu larut membenci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tak perlu terlalu larut membenci. Kamu hanya kehilangan perasaan, selama kamu tidak kehilangan bagian dari dirimu itu artinya tidak ada apa-apa yang hilang. Karena yang tepat tidak akan lari"

04 Desember

Yang awalnya hanya turun beberapa bulir kini menjadi ribuan bulir yang jatuh dari langit

Hingga mengeluarkan suara khas hujan

Entah gue harus bersyukur atau mengeluh kepada Tuhan, pasalnya hari ini gue pengen cepat-cepat sampai di rumah

Yang tadinya pandangan gue keluar gerbang sekolah kini harus berbalik arah ketika seseorang menepuk pundak gue

Gue berdecak kesal
"Aduh Tere, gue pikir siapa"

Tere hanya nyengir tanpa dosa
"Sudah masuk musim penghujan nih, siap-siap deh buat cari doi supaya jadi anget terus" ejeknya

Gue menjitak jidatnya pelan
"Bacot lu"

Detik selanjutnya, Meli datang dari koridor biologi dan tentu saja dia akan heboh saat datang

"Hei cewek-cewek kosong yang sedang menanti redahnya hujan" tukasnya dengan nada yang mengejek

Kini Tere yang menjitak kepala Meli dan gue hanya bisa tertawa pelan

"Gue doain lo putus!" Timpal Tere dengan sumpah serapahnya

"Mampus" cibir gue berbisik

Dan hasilnya Meli menggurutu pada kami hahaha

"Farah mana?" Tanya gue pasalnya tadi Farah bareng sama Meli

"Tadi sih sama gue tapi dia pergi bentaran ke ruang vokal" jeda "mungkin lagi latihan kali" jelas Meli dengan satu tarikan napas

Baru aja kita ngomongin Farah, orangnya sudah datang dan kini menghampiri kami

"Hai" jeda "baru aja nama lo di sebutin udah nongol aja" celutuk Tere

Yang hanya di balas dengan senyuman tipis oleh Farah

Lalu, pandangan Farah kearah bola mata gue dengan tatapan yang tidak bisa gue artikan lagi
Detik selanjutnya, Farah meluk gue dengan erat

Meli dan Tere hanya bisa mengerutkan keningnya masing-masing

"Lo kenapa Ra? Ada masalah?" Tanya gue dengan nada yang pelan

Farah melepaskan pelukannya dan kembali menatap gue

"Gue cuma mau minta maaf ke lo Ren" ucap Farah

Bukan hanya Meli dan Tere lagi yang mengerutkan keningnya tapi, gue juga bahkan gue memasang ekspresi yang lebih bingung lagi

"Untuk apa?" Tanya gue makin penasaran

"Farel nembak gue" jawab Farah mantap lalu, mengalihkan pandangannya

Mendengar hal itu gue hampir kesulitan untuk bernapas namun, berusaha terlihat baik-baik saja

Bahkan gue belum berjuang untuk dapetin Farel, yang gue lakukan selama dua minggu terakhir ini adalah awal dari perjuangan gue. Finally yah, ini gak berhasil lagi

Gue menarik napas cukup panjang dengan mata yang sedikit berair namun, gue tahan sebisa mungkin

Lalu, tersenyum tipis pada Farah
"Kenapa mesti minta maaf sih?" Tukas gue sambil tertawa garing
"Gue bukan siapa-siapanya Farel, gak seharusnya lo merasa bersalah ke gue" sambung gue agar Farah percaya kalau gue gak lagi main teater

"Tapi, lo suka sama Farel" kata Farah

Kali ini gue tertawa miris
"Lo kayak gak kenal gue aja Ra, lo kan tau sendiri, gue kan emang gitu orangnya gampang jatuh cinta dan gampang juga buat melupakan, iya gak sih? Re? Mel? Paling dalam waktu satu sampai dua bulan gue juga bakal lupa dengan rasa gue ke Farel haha, santelah kalau sama gue" jeda "ikutin aja apa kata hati lo" jelas gue berusaha meyakinkan diri kalau yang gue katakan itu bukan hanya sekedar penenang saja tapi, gue bisa buktiin itu

Semuanya bungkam seolah tau kalau gue ini sedang bermain teater yang dimana gue jadi pemeran yang mengorbankan perasaan

Gue menarik napas pelan
"Udah ahh, jangan pada ngeliatin kayak gitu. Gue ngerasa jadi tersangka nih" canda gue agar suasannya mencair

"Lo gak salah masuk ekskul teater Ren, akting lo benar-benar orang lain percaya" ujar Tere dengan tatapan kecewa ke gue

"Apaan sih Re haha" elak gue berusaha meyakinkan

"Gue benar-benar minta maaf Ren,gue juga gak bisa boongin perasaan gue ke Farel tapi, disisi lain gue gak mau nyakitin perasaan lo" jeda "maka dari itu gue pengen ngomong dulu ke lo sebelum gue nerima Farel" jelas Farah dengan tatapan tidak tega

"Hahaha yah ampun drama banget yah? Astaga guekan udah bilang ikuti apa kata hati lo, gak usah mikirin guelah, guekan jadi gak enak nih" jawab gue dengan nada yang sudah sedikit gemetar karna nahan sakit

"Parah lo Ren, berhenti dong nyakitin diri lo sendiri, stop jadi pahlawan kesiangan" jeda "dan lo Ra, lo kan tau sendiri kalau Lauren itu suka sama Farel, gak seharusnya lo punya perasaan yang sama juga!" Celutuk Tere dengan nada yang kesal

"Tere! Lo gak boleh nyalahin Farah kayak gitu dan gue gak sedang jadi seorang pahlawan Re" jeda "gue gak mungkin bertekuk lutut dihadapan Farel dan memohon agar Farel balas perasaan gue meski gue udah tau dengan jelas kalau Farel sukanya sama Farah!! Justru gue bakal lebih sakit lagi Re, tolong dong jangan sok tau gimana perasaan gue" jelas gue pada Tere agar dia mengerti dan membuat persahabatan kita baik-baik saja

Semuanya terdiam dan menatap gue dengan tatapan nanar sedang, Farah sudah mengeluarkan air matanya sejak tadi dan merasa kalau ini salahnya

"Gue pikir setelah lo ceritain cowok yang lo suka ke kita semua, gak akan bakal terjadi seperti ini untuk yang ketiga kalinya" jeda "tapi, cinta memang kejam" ucap Tere sambil menatap gue

"Lo benar Re, gue cuman gak mau kejadian dulu terulang lagi makanya gue cerita ke lo semua tapi, inilah akhirnya" batin gue

Lalu, tertawa tipis pada Tere
"Sudahlah, ehh gue pulang yah bang Vano udah ada di depan" jeda "dan lo Ra, lo gak usah dengerin apa yang Tere bilang yah, dengar apa kata hati lo dan gak usah peduli dengan gue. Bye semua" tukas gue sebelum akhirnya pergi dari hadapan mereka
***
Jangan lupa vote+komen yah❣️
Terima kasih🙏🏻

MERIDIANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang