Setelah sapa menyapa delapan jam yang lalu dengan Aldo, karna cuman mau menghindari maaf-maafan yang gak penting dari Farel
Sekarang gue lagi duduk manis di depan pos satpam, tunggu bang Vano jemput
Ohiya sampai lupa, kejadian yang di ruang teater tadi juga harus gue tanyakan langsung sama bang Vano
Drtt
Bang Vano💞"Ya bang?"
"...."
Drop! Yang tadinya ekspresi gue sumringah dan penuh semangat ketika membaca nama bang Vano di layar hp tadi kini, berubah menjadi masam
Pasalnya, bang Vano sibuk dan gak bisa jemput gue sekarang
Beberapa kali gue membuang napas pelan, berusaha terlihat baik-baik saja
Dengan cepat gue berjalan menuju halte bus dekat sekolah
Syukurnya bang Vano cepat mengabarkan, kalau gak? gue bakal ketinggalan bus
And now? Entah gue yang lambat atau orang-orang ini yang cepat? Oh Tuhan! Di dalam benar-benar sumpek dan gue harus berdiri di pojokan bus dengan tenaga yang tersisa
Saat bus mau berangkat tiba-tiba ada satu penumpang anak sekolahan lagi dan dia berdiri tepat di hadapan gue
Jarak gue dengan dia hanya 20 cm
Gue cuman bisa nunduk dan gak berani natap dia"Eh Lauren?" Suara serak milik pria itu manggil gue
Sontak saja gue mengangkat kepala dan menatapnya
"Farel?" Balas gue begitu canggung
Gue yakin 10000% pipi gue udah kayak tomat
Untuk yang kedua kalinya? Sedekat ini?"Oh Tuhan gue cuman pengen bebas dan hidup seperti cewek lainnya, kenapa saat gue lagi berusaha lupain dia , engkau malah mendekatkannya, huftt tapi makasih juga Tuhan hehe, dia tetap terlihat ganteng" batin gue mulai ngasal
"Gak di jemput yah?" Farel bertanya
"Yah ampun pertanyaan itu aja udah buat jantung gue pengen loncat keluar, apa lagi dia nanya "Lauren lo mau gak jadi pacar gue?" Aishhh wahaha" batin gue
"Eng-- bang Vano sibuk jadi gak bisa jemput" jawab gue
Farel hanya mengangguk sebagai jawaban
Kesempatan ini tidak akan gue sia-siakan, gue terus menatap mata coklatnya itu, senyuman, hidung, dan ekspresi seriusnya yang sedang mengamati tiap sudut jalan
"Sadar Ren, cowok di depan lo itu punya sahabat lo sendiri" hati gue berusaha menyadarkan logika gue yang lagi gesrek sekarang
Beberapa kali gue menelan ludah sendiri saat bus ini tiba-tiba berhenti dan membuat jarak gue sama Farel semakin dekat
Tiba-tiba saja tubuh Farel sedikit berjarak, dan yang melakukan itu adalah Aldo! Yang entah darimana asalnya
"Minggir" tukas Aldo yang mengambil alih posisi Farel
Dan sialnya bus ini tiba-tiba saja terguncang, hasilnya wajah Aldo begitu sangat dekat dengan gue, dan lebih sialnya lagi bus ini tiba-tiba berhenti, bibir Aldo yang sangat dekat dari pipi gue kini meluncur dengan mulusnya
Gue terdiam kaku, gak tau harus berkata apa? Rasanya saat ini gue jadi struk mendadak, persendian gue jadi kaku semua gak bisa di gerakan
Aldo juga melakukan hal yang sama dengan gue
"Eh sorry" ucap Aldo sembari menempatkan posisinya seperti semula
Dan dengan bodohnya gue hanya mengangguk kaku ke Aldo
Seolah gue baru sadar, gue pun menghapus jejak bibir Aldo dari pipi gue dengan terburu-buru
Dapat gue lihat, Aldo tertawa kecil
"Kenapa lo? Seneng lo cium gue hah? Abis ini gue bakal ganti muka!" Ketus gue sambil terus menggosok pipi
"Gue gak sengaja kali, bilang aja lo yang seneng karena di cium sama gue, gak sok jijik gitu" tukas Aldo, dengan alis yang dinaik turunkan
Mendengar ocehannya, gue hanya memalingkan wajah kearah Farel yang berada di kumpulan orang-orang tidak jauh dari gue dan ekspresi Farel saat itu terlihat datar
Gue tersenyum tipis kearah Farel
"Untung bukan Farel yang dapat kesempatan cium lo tadi ahaha" ucap Aldo saat menyadari kalau pandangan gue arah Farel
Mendengar itu gue langsung berpaling kearah Aldo, lalu memukulnya dengan keras
"Gue lebih suka kalau yang nyium gue itu Farel bukan lo! Awas gue mau turun" cetus gue sembari berjalan keluar bus, saat berhenti di halte perumahan
Gue pikir saat turun dari bus, gue gak bakal liat muka jelek Aldo lagi, nyatanya sekarang Aldo malah ikut berjalan tepat disamping gue
"Lo marah gue gak sengaja nyium lo tadi?" Tanya Aldo saat memasuki gerbang kompleks
Langkah gue berhenti saat itu lalu, menatapnya tajam
"Iya! Marah banget malah, maka dari itu tolong jangan dekat-dekat gue lagi dong, bawaannya sial mulu" celutuk gue dengan satu tarikan napas
Dengan santainya, Aldo menyentil jidat gue dan itu benar-benar sakit
"Aww! Woi, lu apaan sih? Sakit nih" gerutu gue sambil mengusap bagian yang sakit
"Eh lo pikir gue mau nyium lo hah? Gak! Yang ada bibir gue yang seksi ini jadi doer karna nyium lo, gak usah marah lah. Kita sama-sama rugi" Aldo mendekat ke wajah gue lalu, "itu namanya takdir! Gak ada unsur ketermodusan? Bye." Sambungnya lalu, berjalan di lebih cepat dari gue
Mendengar itu, gue lalu membuang napas gusar dan mengejar Aldo yang tidak terlalu jauh di hadapan gue
Gue gak terima dia ngomong kayak itu, maka dari itu, gue rela berlari kearahnya
Yup! Gue berhasil menarik bahunya dengan tenaga yang gue punya
Aldo berbalik kearah gue dengan wajahnya yang kesal
"Apaan sih lo!" Ketusnya sembari menepis tangan gue
Gue tersenyum jahil lalu, menginjak kaki Aldo dengan keras, tidak lupa juga gue menjulurkan lidah kearahnya sebelum gue lari dari hadapannya
Hasilnya, Aldo meringis kesakitan sembil mengangkat kakinya yang sakit
Sementara gue? Yah, gue lari dong malahan Aldo sudah terlihat sangat kecil di pandangan gue
"Tau rasa lo! Ngecengen gue mulu sih" gue bermonolong seperti seorang penjahat "aishh hari ini perasaan gue udah kayak gado-gado, abisnya campur-campur, mana jantung gue berdetak kencang lagi pas Aldo cium arghhh" sambung gue lalu, masuk ke dalam rumah
***
Jangan lupa vote+komen yah🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
MERIDIANE
Teen Fiction"MERIDIANE" : Garis khayal yang menghubungkan kutub utara langit dan kutub selatan langit. Sama halnya dengan Lauren Aleta dan Aldo Prayoga yang dihubungkan dengan garis khayal.