Alhamdulillah kemarin sore udah di bolehin pulang sama dokter dan hasilnya sekarang gue sedang berjalan dengan penuh semangat di sepanjang koridor
Tapi, ada hal yang gak gue suka.
Tadi pagi larangan Bang Vano banyak banget mulai dari "kamu harus habiskan sarapan kamu, baru minum obat", "di sekolah jangan banyak gerak atau terlalu capek, kamu baru sembuh", "kalau waktunya istirahat makan siang langsung makan, dan jangan lupa obatnya diminum", "latihan ekskulnya dikurangin dulu, supaya gak terlalu capek nantinya"Gue udah kayak anak kecil yang baru kenal yang namanya dunia. Padahalkan, gue ini cuman sakit biasa aja bukan org sekarat
Niatnya sih pagi ini, gue mau langsung ke ruang teater aja soalnya, minggu depan kami semua bakal ikut lomba pensi antar kota dan gue pengen jadi salah satu yang ikut di dalam bagian itu
Sepi
Ruang teater masih sepi, tapi tidak dengan ruangan di sampingnya
Yap! Ruangan vokal, dan jelas itu untuk murid yang ikut ekskul vokal
Ngintip dikit, gak papa kali yah?
Gue maju beberapa langkah, sedikit memeringkan kepala namun, tak melewati daun pintunya dan yang pasti memasang kuping dengan baik
"Aldo?" Pekik gue dalam hati
Dengan mulut yang berbentuk seperti ikan koi, gue terus memandangi Aldo yang kini berhadapan dengan sebuah mic
"Yakin tuh bekicot bisa nyanyi? Napas aja dia fals banget" jeda "gue juga baru tau Aldo ikut ekskul vokal" gue bermonolog sembari terus menduga-duga
"Woi" suara cepreng itu membuat gue hampir jantungan mendadak
Gue berdecak kesal saat mendapati Tere nyengir tanpa dosa
"Bisa gak sih kalau muncul tuh kasih aba-aba dulu? Hantu aja kalau muncul ada aba-abanya" gerutu gue yang mulai kesal
"Mang apa aba-abanya?" Bukannya minta maaf , Tere malah bertanya
Dan bodohnya gue mau aja menjawab
"Nih lo liat tangan gue" ucap gue sembari memperlihatkan bulu-bulu tangan gue "lo liat ini merinding?, nah itu aba-abanya hantu muncul dan anehnya lagi begitu lo muncul ini yang gue rasain, anehkan? Padahal lo kan bukan hantu"Tere menepuk lengan gue dengan ekspresi kesal
"Apa sih!" Gerutu gue
"Untung lo sahabat gue, kalau bukan udah dari tadi lo gue tendang ampe parkiran"
"Widihh, takut hahah"
Tere menggertakkan giginya
Tapi gue acuh dan kembali memperhatikan Aldo
Dan sialnya sebelum gue dengar Aldo bernyanyi, tiba-tiba saja Bimo datang dari arah ruang teater
"Kenapa Bim?" Tanya gue begitu langsung bertatap muka dengan Bimo dan Tere dengan langkah santainya pergi ninggalin gue begitu saja
"Aduh gimana yah ngomongnya, ehh itu Ren posisi lo sebagai peran utama cewek di ganti sama Najwa" tukasnya
Gue mengerutkan kening sembari membulatkan mata
"Pensinya masih minggu depan kan? Lo gantiin gue cuman karna gak hapal naskah terakhirnya doang? Bim lo harus percaya sebelum pentas gue bakal hapal kok, gue mohon dong" gue memohon sembari memasang raut wajah kasihan
"Bukan, bukan cuman lo gak hapal naskah kok, malahan akting lo udah total banget" jeda "tapi--"
"Tapi apa?"
"Kemarin katanya abang lo nemuin bu Tari dan bilang kalau lo di keluarin aja dari teater ini, bukan cuman gak ikut pensi doang tapi benar-benar keluar dari ekskul ini Ren, gue juga di informasikan pas pulang sekolah kemarin"
Penjelasan Bimo yang ini benar-benar membuat gue gak bisa berkata apa-apa
Gue cuman bisa menatap mata Bimo yang sama bingungnya dengan tatapan gue, gue benar-benar gak abis pikir bang Vano bakal ngekang gue sampai segininya
Gue berusaha terlihat tenang dan membuang napas pelan sembari tersenyum pahit
"Ok makasih infonya Bim, maaf kalau perbuatan gue selama mejalani ekskul ini kurang baik yah. Bye" cuman itu yang bisa gue katakan lalu, pergi dengan hati yang bisa di bilang kecewa? Yah, mungkin lebih dari kata itu
Tak henti-hentinya gue, menepis air mata yang tidak mau berhenti melencur di pelupuk mata
Jujur gue gak pernah ngerti kenapa bang Vano jadi begitu posesif sejak kemarin
Bug!
Gue benar-benar ceroboh dalam melangkah, buktinya kini gue tersungkur ke bawah dan sialnya lagi gue jatuh bersamaan bersama orang yang gue tabrak
Yap! Farel, dia orang yang gue tabrak dan betapa kikuknya gue saat posisi kami berdua saling tertindih
Farel berada di atas gue sembari menatap gue cukup lama
Bukannya berdiri dan meminta maaf, Farel malah tersenyum tipis ke gue
"Oh astaga bagaimana gue bisa move on, dia senyum tipis aja gue jadi kisut" pekik gue dalam hati
Setelah cukup lama saling beradu tatapan akhirnya gue mendorong Farel agar sedikit berjarak, pasalnya kalau bukan gue yang bergerak lebih dulu mungkin posisi gue bakal seperti ini selama bertahun-tahun
Gue berdiri dan secepat kilat menghindar dari Farel
"Maaf" ucap Farel saat gue belum terlalu jauh melangkah
"Gak perlu minta maaf, ini bukan salah lo" jeda "gue yang jalannya gak hati-hati, sorry yah" tukas gue dengan satu tarikan napas
"Maaf karna buat lo sedih waktu itu"
Perkataan Farel ini udah keluar dari kejadian tadi, apa Farel lagi ngebahas tentang perasaan gue? Oh No!
Yang tadinya Farel hanya menatap punggung gue, kini gue berbalik padanya dan menatapnya
Gue hanya tertawa kikuk saat mendengar hal itu
"Apaan sih, gue gak ngerti maksud lo apaan" gue pura-pura aja gak ngerti supaya omongannya lebih singkat"Gue tau, lo su--" ucapan Farel terpotong saat suara serak milik Aldo tiba-tiba muncul
"Woi cewek rapuh" teriak Aldo dari kejauhan sembari melambaikan tangan
"Bengek lo do" jeda "tapi, makasih lo datang di waktu yang tepat" batin gue
Dengan keterpaksaan batin gue membalas teriakan dan lambaian tangannya sembari tersenyum masam
"Woi, bekicot lumpur" teriak gue sembari melangkah kearah Aldo "gue ke Aldo yah Rel, sorry yang tadi. Bye" sambung gue dan meneruskan langkah ke Aldo
***
Nyebut Ren nyebut ahahah
Jangan lupa vote+komen yah readers💞👌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MERIDIANE
Teen Fiction"MERIDIANE" : Garis khayal yang menghubungkan kutub utara langit dan kutub selatan langit. Sama halnya dengan Lauren Aleta dan Aldo Prayoga yang dihubungkan dengan garis khayal.