(10) keseleo

324 16 0
                                    

Elusan di kepalaku membuat perlahan mataku mengerjab. Wajah pertama yang aku lihat hanyalah Salsa. Bangkit lalu merengkuh tubuhnya. Dia membalas pelukanku sembari mengusap kepalaku.

"Tenanglah, aku ada di sini bersamamu. Orang itu sudah pergi. Dia tidak akan kembali lagi ke dalam kehidupanmu. Kalau dia nekat, akan kupukul sampai dia minta ampun padaku," ucapnya.

Kurengkuh lebih kuat lagi tubuhnya hingga aku benar-benar tenang. Wanitaku memang benar-benar membuatku merasa aman. Seandainya aku laki-laki normal dan tidak mempunyai ganguan psikis, aku akan mencintai dan melindunginya dari siapapun itu.

"Jangan tinggalkan aku, Yank. Aku sayang kamu."

Hanya ungkapan sayang yang bisa keluar dari bibirku. Aku hanya menyayanginya. Menghormatinya layaknya aku menghormati Mamaku. Dia juga wanita. Aku tidak mau membuatnya menderita karena aku. Aku hanya ingin dia bahagia di sisiku.

"Iya, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu."

Dia mengurai pelukanku menatapku dengan senyum mengembang. Jemari lentiknya mengusap air mataku membuatku memejamkan mata merasakan sentuhannya yang terasa begitu tulus dari dalam hati.

"Jangan menangis lagi. Kau jelek jika menangis. Ketampananmu akan hilang."

Mataku terbuka kala mendengar  kata-kata gombal keluar dari bibirnya.

"Biarin, nanti juga aku bakalan jelek jika sudah tua!"

"Dan aku akan tetap muda."

Kami tertawa bersama setelan mengatakan hal itu. Kuraih tangannya lalu mendaratkan kecupan singkat di punggung tangannya. Wajahnya memerah karena malu hingga tamparan melayang di pipiku tanpa sengaja.

Auh, sadis amat, sih!

🕊🕊🕊

Sore harinya aku mendapat kabar jika Ayah Arkhan pulang dari Turki. Kabar yang sangat aku nantikan semenjak kepergiannya ke negri seribu masjid itu. Kusambut kepulangannya di depan pintu bersama Mama, maupun Dimas. 

Mobil yang membawa Ayah tiriku terhenti. Seorang supir turun dari dalam mobil kemudian membuka pintu belakang. Seorang pria berumur sekitar awalan 50 Tahun keluar dari dalam mobil.

"Ayahmu blasteran?" bisiknya padaku. Aku mengangguk sembari memasang senyum.

Ayah melangkah mendekat dengan memberi salam lalu mulai mengecup kening Mama setelah Mama mengecup tangannya.

Ayah mulai bergeser ke arah Dimas dan Ayudia. Memeluknya sembari berbisik entah apa itu. Ayah Arkhan bergeser lagi ke arahku. Beliau tidak tersenyum padaku. Bukan apa-apa. Mama memintanya untuk tidak tersenyum lantaran aku punya trauma dengan senyum seorang Bapak seperti dia. Rasanya sangat lucu, bukan?

"Gimana kabarmu?" tanyanya. Kurengkuh tubuh sekilas lalu melonggarkannya. "Baik, Anda sendiri?"

Beliau tertawa kecil sembari menepuk bahuku. "Kau dari dulu tidak pernah berubah, selalu saja serius. Come on, aku ini bukan client-mu di kantor, aku Ayahmu." 

Ayah, rasanya aneh jika orang lain memintaku memanggilnya dengan sebutan 'Ayah' walau dia sudah menikahi Mama, tapi entah mengapa rasanya aku tidak bisa melakukan hal itu. Itu sama halnya membuatku mengingat masa lalu yang telah aku pendam.

Setidaknya aku bersyukur dia pria yang baik. Pria yang pantas untuk Mamaku walau dirinya seorang duda beranak satu. Dan anaknya adalah Dimas. Saudara tiriku yang selalu saja bersaing dalam segala hal. Termasuk bisnis dan cinta.

Jujur, dulu aku mempunyai rasa pada adik iparku. Dulunya kami pernah menjalin kasih beberapa bulan hingga tiba-tiba Ayudia memutuskan aku dengan asalan sebagai pelampiasannya.

TENDER BERHADIAH ISTRI💕 [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang