(12) Tamu tak diundang

308 15 0
                                    


Kau tau bagaimana rasanya menjadi sepertiku? Seperti apa? Ya, kau tahulah diriku ini. Terlalu terpuruk dalam kenangan masa lalu dan buta akan masa depanku. Aku bukan Raka, anak kecil yang selalu menangis pasrah jika dipukul atau diperlakukan dengan semena-mana.

Aku Deva Mahendra Wijaya, pria yang akan melindungi harkat dan martabat wanita. Aku bukan dia pria yang dengan teganya mengurungku lebih dari setahun lamanya tanpa mempunyai belas kasih padaku.

"Kau harus melawan kepahitan itu dengan berani. Jika kau bisa menaklukan kepahitan itu, aku berjanji akan memberikan apapun yang kau mau. Termasuk ... aku."
Kata-kata Salsa benar-benar membuatku tak habis pikir. Dia menantangku dengan hadiah dirinya sendiri. Maksudnya apa? Apa dia bermaksud mengundangku secara terang-terangan untuk ... ah, hilangkan pikiran itu dari kepalamu, Dav. Kau gila, kau seorang introver yang sangat sulit jatuh cinta.

Apa aku bisa mencintainya walau nyatanya sulit? Tapi, apa pun akan aku coba untuk melakukan hal itu. Meski sulit untuk aku lakukan.

Kuhela napasku melonggarkan paru-paru yang terasa sesak. Sesekali aku menoleh ke arah ranjang yang tengah dituduri oleh Salsa. Dia terlihat begitu lelah dengan apa yang sudah kami lalui hari ini. Pergi ke acara reuni dan menemaniku ke rumah sakit hingga tantangan itu dia ucapkan setelah kami masuk ke mobil.

Kusimpan dokumen di flashdisk lalu meng-eject-nya hingga terdengar bunyi dari laptopku. Flashdisk kucopot lalu meletakannya di laci meja kerja kemudian mulai mematikan laptopku yang sebelumnya telah mengakhiri semua aplikasi yang kugunakan lalu menunggunya hingga layar benar-benar mati barulah aku bisa menutupnya.

Bangkit melangkah menuju ranjang kemudian mulai merebahkan diri di sampingnya. Kupandangi wajah wanita yang belum genap dua minggu menjadi istriku dengan seksama. Lingkaran hitam terlihat jelas di bawah matanya.
Apa aku harus memintanya melakukan perawatan wajah besok? Ya. Aku bisa meminta Mama membujuk Salsa agar ikut dengan beliau besok.

"Mimpi indah, Sayang. Aku menyayangimu." Kukecup keningnya lalu mulai memejamkan mata.

***

"Kak, bangun. Ayo, bangun!" Salsa terus saja menarik tanganku namun aku tak kunjung membuka mata.

"Ish, aku ngantuk, Bican. Aku baru tidur jam 12 malam tadi. Tolonglah, aku masih ngantuk." Kutarik tanganku lalu mulai memulai tidurku kembali.
Namun nyatanya nasib buruk menimpaku. Aku terjatuh kala menarik tanganku darinya. Mataku sontak terbuka lebar dengan mulut terus saja meracau mengeluh akan sakit di perut dan bokongku yang mendarat tidak mulus. Sungguh, sialan pagi ini.

"Aku sudah memintamu untuk bangun tapi kamu gak mau bangun." Dia memutari ranjang lalu menjulurkan tangannya padaku. "Bangunlah ...."

Kugapai tangannya dengan sedikit menariknya hingga tubuhnya jatuh di atasku. Aku bersorak kegirangan kala bibirnya mendarat mulus di pipi. Kenapa gak di bibirku saja, sih? Tapi lumayan. Morning kiss.

Dia menarik tubuhnya menjauh dariku. Wajahnya memerah bak tomat busuk yang belum sama sekali digunakan. Kuubah posisiku menjadi duduk.

"Tarik, bokongku sakit," pintaku dengan wajah memelas.

"Bangun sendiri!"
"Kau jahat! Kau yang membuatku begini harusnya kau juga yang harus membantuku berdiri. Dasar tidak berpri--"

"-- ayo, berdirilah!" Dia mengulurkan tangannya kembali. Kutarik lengkungan di bibirku membentuk sebuah senyum. Ya, setidaknya aku malas menjailinya lagi.
Tangannya mungilnya menarakiku dengan sekuat tenaga hingga aku benar-benar bangkit. Aku baru sadar tubuh kami hanya beberapa jengkel saja. Dia melepaskan tangannya dariku lalu melangkah pergi begitu saja.

TENDER BERHADIAH ISTRI💕 [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang