(15) Pahlawan Kemaleman

319 14 0
                                    

Up kuy.  Jangan lupa vote and komen. See you😘

***

Sesuai janjiku waktu itu, aku mengantar Salsa pulang ke rumah Ayahnya setalah dokter mengizinkan dia dirawat jalan.
Kuhela napasku setelah melirik wanita di sampingku yang tengah menangis dalam diam. Sebenarnya aku ingin kamu di sampingku tapi pernikahan yang kita jalani tidaklah sah di mata agama.

Mobil melambat kala memasuki sebuah rumah super mewah di sebuah kompleks elit di kawasan Jakarta Selatan. Security berlari mendorong gerbang memberikan akses mobilku untuk meluncur ke dalam rumah itu.

Mobil berhenti kala tepat berada di dalam rumah. Kumatikan mesin mobil lalu melonggarkan safety belt kemudian melangkah keluar. Bagasi mobil kubuka mengekurkan dua buah koper miliknya lalu menutupnya.

Kuletakan di depan pintu lalu berbalik melangkah lurus lalu berbelok. Kubuka pintu untuk Salsa. Wanita itu terlihat enggan untuk keluar dari dalam. Dia beberapa kali menggelengkan kepalanya sembari terus meneteskan air mata.

"Kak, aku gak mau ...."
Kulonggarkan safety belt yang membelit tubuhnya lalu menariknya pelan untuk turun. Tangisnya semakin menjadi. Aku terus menariknya menuju pintu rumah Ayahnya itu.

"Kak, please." Dia menatapku dengan mengiba. Kutepis rasa kasian dalam diriku lalu mengulurkan tangan menekan bell rumah.
Sekitar 2 menit aku menunggu akhirnya pintu terbuka menampakan sosok pria paruh baya menatapku dengan keningnya mengkerut.

"Ada apa ini?"
Kuserahkan Salsa padanya sembari berkata, "Saya datang ke mari untuk mengantar putri Anda pulang."

"Kak ...."

"Aku berjanji akan membawa pria brengsek itu segera, permisi." Berbalik lalu melangkah menuju mobil.

"Tunggu, Deva."

Aku menghentikan langkah lalu berbalik. Pak Djoko melangkah mendekat lalu berhenti beberapa jengkal dariku. Aku terkesiap kala beliau bersimpuh di kakiku dengan wajah menunduk.

"Pak, jangan seperti ini. Ayo, bangunlah." Aku mencoba memintanya untuk bangun namun beliau sama sekali tidak mengindahkan permintaanku.

"Tolong, pertahankanlah anak saya, Deva. Saya mohon, hanya kamu harapan saya," ucapnya sembari mulai terisak.
Kubantu beliau bangkit bangkit.

"Maaf, Pak. Saya tidak bisa. Dalam agama pernikahan kami tidak sah walau dalam negara mengatakan berbeda. Saya tidak bisa, Pak. Maaf ...."

"Baiklah, kalau itu yang kau mau. Tapi jangan salahkan saya jika saya mengobrak-abrik perusahaanmu," ancamnya.

"Yah, jangan lakukan apa pun sama Kak Deva. Dia tidak salah apa-apa. Yang salah di sini hanya ... aku." Salsa berkata sembari menangis.

Pak Djoko menoleh ke arah putrinya sembari berteriak mengatainya wanita itu bodoh. Dan lebih mementingkan aibnya ia pendam sendiri tanpa mau berbagi.

"Aku memang bodoh, Yah. Aku memang bodoh! Tapi jangan libatkan kebodohanku pada Kak Deva. Dia pria baik. Aku tidak mau terus-terusan menjadi bebannya. Aku gak mau, Yah ...."

Pak Djoko melangkah lalu memeluk putrinya yang menangis.
Kuhela napasku lalu membuang pandangan ke arah lain. Dia mempunyai seorang Ayah begitu menyayanginya hingga harus mengorbankan apa pun demi kebahagiaan putrinya. Sungguh, aku iri dengannya. Sungguh.
Sebagai seorang pria, aku juga ingin merasakan pelukan seorang Ayah yang menyayangi anaknya sama seperti Pak Djoko pada Salsa. Seandainya aku bisa memilih takdirku, aku hanya ingin merasakan kebahagian dari keluargaku. 

Memiliki seorang Ayah yang baik dan mau mengorbankan apa pun demi anaknya walau harus mempertarukan apapun hanya demi anaknya. Sama seperti Pak Djoko.

TENDER BERHADIAH ISTRI💕 [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang