Seberkas cahaya menyambut Chanyeol saat pemuda tampan tersebut mengedipkan matanya perlahan. Perlu beberapa kali berkedip sampai matanya bisa menyesuaikan dengan kondisi cahaya di kamarnya.
"Akhirnya kau bangun juga, tukang tidur."
Kepala Chanyeol reflek menoleh ke sisi samping. Kyungsoo sedang duduk bersandar di ranjang Chanyeol, tepat di sampingnya, pemuda itu tersenyum sambil menutup buku yang tadi dibacanya.
"Sepertinya kau sudah membaik," gumam Kyungsoo tiba-tiba menunduk sambil telapak tangannya menyentuh kening Chanyeol.
Jarak antar wajah mereka begitu dekat sekarang, membuat jantung Chanyeol bekerja dua kali lebih cepat. Sebenarnya biasa baginya berusaha melekat dan bermanja pada Kyungsoo, tetapi kali ini lelaki tersebut memulainya lebih dulu.
"Berapa lama aku tidur?" tanya Chanyeol setelah diam terlalu lama.
"Satu minggu, kau yang paling lama bangun. Apa memangnya yang kau lihat di sana?" tanya Kyungsoo tersenyum.
"Aku melihat masa lalu, ketika dokter tampan datang ke penampungan. Dokter tampan yang membantu para pasiennya dengan sepenuh hati." Chanyeol tersenyum.
"Kau masih mengingatnya rupanya. Saat itu aku tak menyangka jika pada akhirnya kau dan aku akan terus bersama sampai sekarang."
"Dalam kamus manusia, kami menyebutnya takdir."
Keduanya tersenyum bersamaan. Ingatan mereka diseret lagi jauh ke belakang. Di saat dunia sedang diserang wabah penyakit yang memusnahkan sangat banyak populasi manusia di hampir seluruh belahan dunia.
Saat itu salah satu bagian di semenanjung Korea kekurangan tenaga medis karena wabah flu spanyol. Kyungsoo adalah salah satu tenaga medis yang dikirim ke wilayah tersebut. Di sanalah ia bertemu Chanyeol, pemuda tampan yang bekerja sukarela merawat para pasien. Di saat semua orang berlarian, Chanyeol yang seorang anak dari perawat di wilayah itu, memilih membantu ibunya.
Memang tidak banyak yang dilakukan Chanyeol. Ia hanya membantu menyiapkan makanan, minuman, mengangkat para pasien atau mengangkut suplai obat dan makanan yang datang rutin setiap minggu.
"Tuan dokter, apa kau sudah makan?"
"Oh sebentar lagi."
"Tuan dokter harus makan. Jangan sakit karena jika Tuan dokter sakit, kami bisa kesulitan."
"Tenang saja, namamu Park Chanyeol bukan?"
"Iya! Aku Park Chanyeol!"
"Aku Do Kyungsoo dan tak perlu memanggilku begitu."
"Aku tahu, dokter sangat tampan. Dokter juga masih sangat muda, aku hampir mengira kita ini seumuran."
"Kau boleh menganggapnya begitu, anggap saja kita seumuran dan kita bisa berteman."
"Tidak, ibuku bisa mengamuk nanti karena aku tidak sopan. Baiklah, aku akan ambilkan makanan untuk dokter, tolong segeralah makan."
Sejak saat itu Chanyeol semakin dekat dengan Kyungsoo. Membawakannya makanan, minuman, bahkan tak segan Chanyeol menarik Kyungsoo jika dokter tersebut menolak untuk makan.
Sampai pada suatu pagi, Chanyeol tak terbangun lagi. Tubuhnya menggigil hebat disertai keringat di seluruh tubuhnya. Saat itulah Kyungsoo tahu bahwa pemuda yang mengingatkannya pada seseorang ini sedang berhadapan dengan maut.
Katakanlah saat itu Kyungsoo menyelamatkan Chanyeol karena ia teringat pada sosok Sehun. Pria yang selalu menghiburnya, mengkhawatirkannya dan membantunya dalam banyak hal. Chanyeol juga begitu bahkan postur tubuh mereka juga hampir sama. Alhasil, Chanyeol melewati kematian, ia dibangkitkan oleh darah Kyungsoo lalu terus hidup sampai saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KING: The Last Clan
FanfictionDo Kyungsoo adalah pewaris klan Do yang terakhir. Ketika namanya ditunjuk sebagai raja tertinggi Gongsang, ia terancam dibunuh oleh pihak yang menentang keputusan tersebut. Karenanya, ia dilarikan ke dunia manusia oleh raja terdahulu yang tidak meng...