Sahmura mengeringkan jaket luntur milik Samuel. Hatinya gundah gulana, ada perasaan ragu ingin mengembalikan semua barang Samuel hari ini atau tidak. Perang batin sedang melanda dirinya. Hatinya bilang, dia harus membeli jaket dengan model yang sama untuk menggantikan jaket Samuel. Otaknya bilang, dia harus memulangkan semua barang Samuel hari ini, tanpa menunggu jaket baru.
Beberapa menit kemudian, otaknya yang memenangkan peperangan batin itu. Dia pikir, lebih cepat lebih baik. Dia tidak mau berlama-lama karena takut barang-barang yang lain akan ikut rusak juga.
Sahmura mengecek kembali, jaketnya sudah kering. Dia mengambil box berwarna biru lalu memasukan seluruh barang milik Samuel ke dalam sana. Tidak lupa dia memberikan ornamen pita putih di atasnya. Setelah selesai dan dirasa cantik, dia meletakkan di meja lalu dirinya bersiap mengganti baju.
Dress berwarna biru muda menjadi pilihannya. Dia menatap dirinya di cermin sambil memberikan polesan tipis di wajahnya. Terakhir dari polesannya, dia memberikan lip stik berwarna pink di bibir ranumnya.
Beberapa detik dia menatap pantulan dirinya. Dia tersenyum, dirinya sangat cantik. Senyuman itu hanya berlangsung sebentar setelah itu wajahnya kembali murung.
Sayangnya, dia tidak bisa memiliki keturunan. Tidak ada gen yang menurun dari dirinya. Tiba-tiba Air matanya mengalir. Tidak masalah gen keluarganya tidak bisa dia turunkan lagi ke anaknya, setidaknya Samira dapat menurunkannya.
Dia berusaha tersenyum, dia harus berdamai dengan dirinya sendiri. Bertahun-tahun dia berusaha untuk menerima dirinya dan sampai saat ini dia terus berusaha. Apapun yang telah ditakdirkan untuknya, pasti ada maknanya. Apabila mendapatkan takdir buruk, tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Itu bukan kesalahannya. Terkadang Tuhan menyiapkan kebaikan di dalam setiap keburukan yang melandanya.
Dia melangkahkan kakinya keluar rumah. Dengan langkah kaki yang pelan dan perlahan menghantarkannya ke depan gerbang rumah Samuel. Suasana sepi terasa jelas. Tidak ada orang satupun yang terlihat. Mata Sahmura menemukan sebuah tombol bel lalu dia menekannya beberapa kali.
Sampai akhirnya suara langkah kaki terdengar setelah itu pintu gerbang terbuka. Samuel di depan sana menatapnya tanpa ekspresi. Sahmura mengambil satu langkah mendekat, tetapi Samuel mengambil dua langkah menjauh. Sahmura tidak mempermasalahkan itu, dia menyodorkan box yang dibawanya.
"Barang-barang kamu, semuanya." Samuel tidak memberikan tanggapan.
"Terima kasih udah nolongin aku." Samuel kembali tidak menanggapi.
"Ini," ucapnya kembali sambil menyodorkan box itu lebih dekat.
Menunggu beberapa detik, Samuel masih diam mematung dengan napas yang berusaha dia lepaskan perlahan-lahan.
"Udah aku rapikan semuanya kok. Semuanya udah bisa dipakai lagi." Akhirnya box itu berpindah tangan ke Samuel.
Sahmura membuka box itu lalu menunduk. "Tapi, maaf jaket kamu kelunturan saat aku cuci." Dia menegakkan pandangannya, menatap wajah Samuel yang seketika berubah memerah.
Sahmura terdiam mengamatinya berharap akan diberikan tanggapan berupa ucapan, namun harapannya pupus begitu Samuel menjatuhkan box itu dan berjalan menuju ke dalam rumahnya dengan langkah yang tergesa-gesa.
Samuel marah?
Pikirannya langsung berkecamuk. Pikiran-pikiran negatif memasuki otaknya, pasti Samuel marah. Namun, dia tidak berusaha untuk menepis pikiran negatif itu, dia memilih untuk berpikir tindakan positif apa yang bisa mengatasi permasalahan itu.
Dia akan membeli jaket baru dan dia akan kembali kesini.
Bersambung ....
Mohon maaf lahir dan batin ya semuanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahmura
Teen FictionSahmura, nama seorang gadis yang mengidap penyakit amenore yaitu penyakit tidak mengalami menstruasi karena cacat lahir. Penyakit ini menyebabkan dirinya tidak bisa memiliki keturunan. Hidupnya yang sudah rumit ditambah lagi dengan banyak kesalahan...