Hari ini adalah hari terakhir mereka melakukan latihan drama. Tidak sulit mempersiapkan semua ini dan juga tidak mudah. Ketakutan Samuel adalah salah satu hal yang menjadi kendala. Namun, seiring berjalannya waktu kendala ini bisa mereka atasi. Samuel sudah melangkah jauh dari ketakutannya.
Dari kejauhan Sahmura dapat melihat Samuel tengah membawa gelas cangkir mendekatinya. "Nih, minum." Samuel memberikan satu cangkir teh.
"Terima kasih." Samuel mengangguk lalu duduk di sebelah Sahmura. Mereka sama-sama diam sambil menikmatinya.
"Terima kasih atas kerja samanya. Lo hebat!" ucap Sahmura tiba-tiba.
Tentang Samuel dan ketakutannya, Sahmura mengakui pria itu hebat dalam melawan ketakutannya. Dia kira, butuh waktu berbulan-bulan untuk memulihkan ketakutan itu, tapi ternyata dia salah.
Keinginan pria itu untuk pulih adalah kekuatan terbesarnya.
"Terima kasih sudah berhasil memecahkan ketakutan gue," ucap Samuel selang beberapa detik tidak merespon.
Mendengar itu seketika bibir Sahmura menyungging senyum. Bahagia rasanya bisa bermanfaat untuk orang lain.
"Sama-sama. Setelah ini, lo harus bisa berinteraksi lagi ya sama perempuan. Percaya sama gue, enggak semua perempuan jahat. Jangan pernah menggeneralisir lagi ya."
Samuel meletakkan cangkirnya lalu menatap kedua mata Sahmura dalam. "Lo perempuan pertama yang bisa bikin gue senyaman ini."
Sahmura membuang pandangannya tidak mau menatap kedua mata Samuel. "Gue mau pulang, udah malam," ucapnya mengalihkan pembicaraan.
"Yaudah."
.
.
.Suara tepuk tangan terdengar kencang di ruangan ini. Sahmura dan Samuel menutup pertunjukkan drama mereka dengan sebuah ucapan terima kasih. Setelah itu mereka berdua turun dari panggung menuju ke kantin.
Di sepanjang jalan siswa-siswi menatap mereka dengan tatapan bingung. Sahmura yang kemarin diberitakan menjadi mantan kekasih Marcel, kini telah berjalan dengan begitu dekat dengan Samuel pria terdingin seantero sekolah. Dalam hati gadis itu terus berdoa agar tidak terjadi hal-hal aneh yang terjadi.
"Mau minum apa?"
"Air mineral." Sahmura mengangguk lalu pergi menuju koperasi. Beberapa menit kemudian, Sahmura kembali dengan satu botol air mineral di tangannya.
"Cuma ada satu buat lo aja."
"Berdua aja."
"Enggak. Gue minum bubble tea aja."
"Jangan, ini aja," Samuel membukakan tutup botolnya lalu menyerahkan ke Sahmura, "ini minum."
Tanpa berbicara lagi, Sahmura meminumnya. "Terima kasih." Samuel mengangguk lalu meminum air bekas Sahmura.
Dalam hati kecil Sahmura, ada perasaan yang dia tidak bisa definisikan. Antara senang, aneh, dan malu karena beberapa pasang mata menyaksikannya.
"Mama nyariin lo, disuruh main ke rumah."
"Mama gue?" tanya Sahmura dengan bingung. Perasaan tadi dia sarapan bersama dengan mamanya.
"Mama gue. Mama Kara."
"Oh, iya. Nanti."
"Sehabis pulang sekolah ya."
"Iya, tapi gue pulang dulu."
"Gue anterin."
"Enggak usah."
"Disuruh Mama."
Kara memutar matanya malas. Dia kira Samuel menawarkan ingin mengantar dirinya karena inisiatif dia sendiri, enggak tahunya karena disuruh.
"Gue juga mau nganterin lo," ucap Samuel selanjutnya.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahmura
Ficção AdolescenteSahmura, nama seorang gadis yang mengidap penyakit amenore yaitu penyakit tidak mengalami menstruasi karena cacat lahir. Penyakit ini menyebabkan dirinya tidak bisa memiliki keturunan. Hidupnya yang sudah rumit ditambah lagi dengan banyak kesalahan...