Ucapan yang Tidak Tersampaikan

1K 126 5
                                    

"Selamat ya atas kelulusannya Kak," ucap Samira sambil memeluk kakaknya.

"Terima kasih."

Samira mengecek ponselnya, ada sebuah pemberitaahuan di sana. "Kak, Mama sama Papa udah ada di luar. Kita keluar dulu yuk." Sahmura mengangguk lalu mereka bergegas keluar dari gedung ini.

Dalam perjalanannya Sahmura terpaku seketika begitu melihat Biyan melambaikan tangan kepadanya. Pria itu memakai jas berwarna hitam dipadukan dengan menggunakan pantofel. Tampan sekali.

Samira yang merasa kakaknya terdiam mematung langsung mengikuti arah pandangan kakaknya. "Dia siapa kak? Guru kakak?" Sahmura menggeleng menjawabnya.

Langkah kaki biyan semakin mendekat. Sahmura baru menyadari kalau pria itu membawa buket bunga dan juga totebag berwarna pink. Pria itu menyerahkan kedua barang itu ke Sahmura. "Untuk kamu. Selamat ya atas kelulusannya."

Dengan gerakkan yang masih kaku Sahmura mengangguk. "Terima kasih."

Sahmura masih dalam keadaan kaget. Dia pikir Biyan tidak bersungguh-sungguh untuk datang ke acara kelulusannya, tetapi nyatanya pria itu datang.

"Kak, Mama sama papa udah nunggu," ucap Samira mengingatkan.

"Kakak sama teman kakak nunggu di dalam aja ya. Dekat panggung ya."

"Yaudah, aku jemput mama papa dulu  ya," ucap Samira lalu berjalan menjauhi mereka.

"Ayo ke sana," Biyan mengangguk lalu mereka berjalan berdampingan masuk kembali ke dalam ruangan.

"Kamu cantik," ucap Biyan tiba-tiba.

Sahmura hanya tersenyum kaku membalasnya.

"Tadi siapa? Adik kamu?"

"Iya, dia keluar dulu mau jemput mama dan papa. Nanti Mas kenalan ya sama dia," ucap Sahmura sambil menunjuk kursi yang terletak di depan panggung. Biyan mengikuti langkah kaki Sahmura yang membawa mereka ke sana.

"Iya," ucao Biyan sambil tersenyum.

Mereka duduk bersebelahan, tangan Biyan mengambil sesuatu di dalam kantung jasnya. Sebuah kotak kecil dia keluarkan. Tangannya mengambil tangan Sahmura lalu dia memberikannya kepada gadis itu. "Untuk kamu, hadiah dari Bianca," ucap Biyan.

Tangannya yang bersentuhan langsung dengan tangan Biyan membuat dirinya semakin kaku. "Kalian baik banget. Aku takut merepotkan."

Biyan terkekeh pelan. Memperlihatkan senyum pipit di wajahnya. Manis sekali. "Enggak kok. Kita malah senang kalau kamu mau menerimanya."

"Terima kasih banyak ya, Mas. Sampaikan juga terima kasih aku untuk Bianca."

"Nanti saya sampaikan."

"Kak Sahmura!" suara Samira tiba-tiba terdengar.

Mereka saling berpelukan memberikan ucapan selamat. Setelah itu Sahmura memperkenalkan Biyan kepada keluarganya. Seluruh anggota keluarganya menerima kehadiran Biyan dengan baik. Mereka sangat ramah kepada pria itu.

Bahkan Samira saat ini sudah berjalan berdua dengan Biyan untuk membelikan minum untuk mereka sekeluarga.

"Dia kekasih kamu?" tanya Papanya.

"Bukan, Pah. Masih teman kok."

"Kalau kamu sama dia Mama setuju. Dia pria yang dewasa, sopan, dan sepertinya bertanggung jawab."

Sahmura hanya tersenyum kikuk.

"Iya, Papa juga setuju."

Sahmura hanya terdiam. Di dalam pikirannya dia tidak terlalu memikirkan tentang Biyan. Saat ini yang dia pikirkan hanya satu, 'Kenapa sedari tadi dia belum bertemu dengan Samuel?'

Mungkin saja ini pertemuan terakhir mereka, tetapi Samuel belum terlihat hingga detik ini.

Sebelum pergi untuk selama-lamanya. Setidaknya Sahmura ingin mengucapkan selamat dan juga terima kasih.

Terima kasih pernah menjadi bagian dari kisah hidupnya.

Terima kasih pernah melukiskan kisah indah bersama.

Terima kasih pernah mencintainya.

Dan Maaf sudah membuatnya kecewa.

Bersambung ....

SahmuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang