Katanya, Bahagiaku Bahagianya

1K 129 11
                                    

"Kamu pasti bisa tesnya," Biyan mengelus puncak kepala Sahmura, "semangat ya, Mura," lanjutnya disertai dengan senyuman.

"Doain, Mura ya, Mas."

"Iya, pasti saya doakan. Yaudah sana, Mas tunggu di sini sampai kamu selesai."

Setelah Sahmura masuk ke dalam ruangan barulah Biyan membuka ponselnya. Ada sebuah meeting yang seharusnya dia hadiri hari ini, tetapi hari ini bertepatan dengan jadwal Sahmura tes untuk masuk perguruan tinggi. Keduanya penting karena itu dia memilih mengantar Sahmura sekaligus memantau jalannya meeting.

Melalui ponsel canggihnya dia memantau proses jalannya meeting dari awal sampai akhir. Saat meeting itu selesai senyumnya merekah, perusahannya sudah sepakat mengadakan kerja sama dengan perusahaan milik keluarga Sahmura.

Dia benar-benar konsisten dengan ucapannya kemarin. Dia begitu kasihan dengan Sahmura sehingga dia bertekad untuk membantu gadis itu. Entah kenapa yang jelas Biyan sangat yakin dia melakukan itu bukan hanya semata-mata kasihan. Pasti ada alasan lain, tapi entah apa.

Saat ini Biyan belum mau memikirkan alasannya. Dia masih ingin terus menjalin hubungan lebih erat denga Sahmura. Dia masih terus ingin memberikan kebahagiaan kepada gadis itu.

Beberapa minggu setelah tes itu, Sahmura mengajak mereka berdua untuk bertemu. Untunglah urusan kerja sama kedua perusahaan mereka telah berjalan sehingga Biyan tidak begitu sibuk dan dapat menerima ajakkan gadis itu.

Baru saja Biyan menginjakkan masuk ke dalam halaman rumah Sahmura, gadis itu sudah berlari kencang lalu memeluknya. Dengan tubuhnya yang tegap dia bisa menopang tubuh mereka berdua. "Mas Biyan! Aku di terima," ucap Sahmura dengan begitu senangnya.

"Selamat ya, Mura," ucapnya.

Sahmura semakin mengeratkan pelukannya. "Mas Biyan, Aku senang banget. Makasih ya."

"Iya, sama-sama." Akhirnya Biyan membalas pelukan Sahmura tidak kalah erat. Beberapa menit telah berlalu, Sahmura terlebih dahulu melepaskan pelukan mereka.

"Mas mau minum apa? Masuk yuk, aku buatin." Sahmura menggengam tangan Biyan lalu mereka berjalan berdampingan menuju ke ruang tamu.

Suasana pertama yang Biyan rasakan saat membuka pintu adalah sepi. Sepertinya tidak ada orang di rumah ini. "Pada ke mana?" tanya Biyan sambil duduk di sofa.

"Samira belum pulang sekolah, mungkin lagi kerja kelompok. Mama dan Papa lagi ngurusin kerja sama perusahaan kita." Sahmura duduk di hadapan Biyan, "Oh iya, Papa sama Mama bilang makasih ke Mas. Makasih ya Mas sudah membantu memulihkan perusahaan keluarga kami."

Biyan mengangguk. "Sama-sama."

"Oh iya, Mas mau minum apa?"

"Air putih aja. Biar tidak merepotkan kamu."

Beberapa saat setelahnya, mereka berpindah ruangan ke ruang televisi. Sahmura meminta Biyan untuk menonton film horror bersama. Biyan hanya mengangguk menyetujui.

"Sahmura," panggil Biyan di sela-sela acara menonton mereka.

"Kamu bahagia?" mendengar pertanyaan yang seperti asing di telinganya membuat dirinya menjeda film yang mereka tonton lalu memberikan seluruh fokusnya ke Biyan.

"Apa Mas?"

"Kamu bahagia?"

"Sama filmnyaa?

"Bukan. Sama saya dan seluruh tindakan saya."

"Maksudnya?"

"Saya sudah berhasil membuat kamu bahagia belum?"

Sahmura sempat berpikir sejenak lalu mengangguk. "Iya."

Tangan Biyan mengelus pipi Sahmura lalu tersenyum. "Kalau kamu bahagia, saya juga bahagia. Tetap selalu bahagia ya. Selama saya ada disisi kamu saya akan terus berusaha untuk membahagiakanmu."


Bersambung ....

SahmuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang