Niat Baik yang Menghasilkan Hal Buruk

1.8K 196 4
                                    

"Kak, Kakak bangun!" Suara Samira masuk ke dalam alam bawah sadarnya. "Kak, liat nih aku bawa apa." Suara itu terdengar kembali dan diiringi dengan tepukan-tepukan di bahunya.

Sahmura membuka matanya perlahan. Wajah adiknya langsung terlihat oleh retina matanya. Adiknya menggoyang-goyangkan paperbag dihadapannya. "Aku punya ini," ucapnya memamerkan. Sahmura hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.

Samira menurunkan paperbag itu lalu mengambil paperbag yang lain. "Aku beli dua, ini satu lagi buat Kakak," ucapnya sambil memberikan paperbag yang sama kepada Sahmura.

Dengan tangan yang masih lemas Sahmura mengambilnya. "Terima kasih ya," jawab Sahmura sambil kembali menutup matanya. Kantuknya masih belum hilang.

"Iya, sama-sama," Samira menjatuhkan tubuhnya tepat di sebelah Sahmura, mereka tidur bersama. Namun, beberapa saat kemudian Samira bangkit dan bergegas menuju ke lantai bawah meninggalkan Sahmura yang kembali terlelap di alam mimpinya.

Beberapa saat kemudian, Sahmura membuka matanya. Saat ini sudah pukul sepuluh pagi. Sahmura bangun dari tidurnya lalu bersiap untuk mandi. Sebelum masuk ke kamar mandi, matanya terpaku melihat payung milik Samuel di samping pintu kamar mandinya.

Sebuah ide muncul tiba-tiba, sore nanti dia akan pergi ke rumah Samuel untuk mengembalikan barang-barang milik pria itu. Sahmura kembali berjalan ke dalam kamar mandi lalu melakukan ritual mandinya.

Beberapa lapis tissue dan payung sudah berada di atas mejanya. Sahmura mengambil paperbag yang cukup besar, dia memasukkan semua barang itu, tetapi dia merasa ada sesuatu yang tertinggal. Dia duduk sebentar, tangannya mengepal seraya mengingat-ingat.

Jaket semalam. Benda itu yang terlupakan, dia mengingat-ingat kembali dimana terakhir dia menyimpannya. Oh iya, dia memasukkan jaket itu ke dalam mesin cuci dan dia berniat untuk mencucinya hari ini.

Senyumannya mengembang, dia harus mencuci jaket itu dengan sangat harum. Kakinya melangkah menuju lantai bawah dimana mesin cuci itu berada. Dari kejauhan dia melihat adiknya disana. Tumben sekali.

"Kamu ngapain?" tanyanya langsung.

"Eh, Kakak. Aku lagi cuci baju yang tadi, mau aku pakai." Sahmura mengangguk lalu berjalan ke sisi samping mesin cuci.

"Jaket denim punya Kakak liat ga?" tanyanya begitu matanya tidak menemukan jaket itu.

"Baru aja aku masukin. Biar sekalian aja Kak, biar kakak enggak nyuci lagi. Kakak capek banget keliatannya," jawabnya.

Sahmura menoleh ke arah mesin cuci, dia melihat busa mesin cuci berwarna merah. "Kok busanya merah?"

Samira juga melihat ke arah yang sama. "Eh, iya! Ya Ampun!" Buru-buru Samira mematikan mesin cuci dan mengambil baju baru miliknya.

"Ya ampun Kakak, baju aku luntur." Sahmura tidak merespon ucapan itu. Dia memilih untuk mengambil jaket milik Samuel di dalam sana dan benar saja jaket itu sudah berubah warna menjadi biru kemerahan.

Rasanya Sahmura ingin menangis sekarang. Ingin rasanya dia memarahi Samira, tetapi dia tahu niat adiknya baik. Hanya saja adiknya belum tahu kalau sebaiknya baju baru tidak disatukan saat mencuci dengan baju yang lain.

Bersambung....

SahmuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang