Sahmura dan Kara berjalan beriringan menuju kamar Samuel. Ya benar, dia menuruti kata hatinya. Dia mendatangi Samuel dan mencoba untuk memulihkan pria itu kembali.
"Masuk aja, Mura." Sahmura melangkah masuk ke dalam. Dia melihat keadaan Samuel yang sangat jauh berbeda dari pertama kali ditemuinya.
Tubuh pria itu sudah lebih kurus. Tatapannya kosong dan wajahnya sangat layu. Hati Sahmura terenyuh seketika. Rasa bersalah mulai memasuki kepalanya, apakah ini semua diakibatkan olehnya?
Sahmura tidak buru-buru menjawab.
Dia semakin mendekat lalu duduk di tepi ranjang Samuel. "Samuel," panggilnya dengan nada lemah.
Samuel menatapnya. Tatapan itu langsung dia alihkan. "Sahmura udah enggak ada. Dia udah ninggalin gue. Dia udah melupakan janjinya," ucapnya tegas seakan penuh dengan keyakinan.
Air mata Sahmura menetes. Ternyata benar, semua ini karena dirinya. Dia menyentuh lengan Samuel dengan pelan. "Ini aku, Sahmura. Kamu enggak lagi halusinasi," ucap Sahmura dengan napas yang sesegukkan.
Samuel melepaskan sentuhan Sahmura dengan kasar. "Gue cape terus berimajinasi kalau lo ada disini. Lo ada buat gue. Lo peduli sama gue," Samuel menggeleng pelan, "nyatanya lo udah sibuk dengan dunia lo. Lo enggak di sini," ucap pria itu dengan nada yang semakin mengecil.
Tangis Sahmura semakin kencang. Dia menarik Samuel lalu memeluknya dengan erat. Menumpahkan kesedihannya dan juga rasa bersalahnya. "Aku Sahmura, ada di sini."
Kali ini membuat Samuel terpaku. Ini benar Sahmuranya. Dia memeluk Sahmura tidak kalah erat. Samuel juga menumpahkan air mata. Sahmura yang selama ini dia tunggu, dia impikan, sampai akhirnya dia depresi ringan.
Sahmura obatnya.
Sahmura kecintaannya.
"Mura, jangan pergi lagi. Gue minta maaf kalau membuat lo enggak nyaman selama ini. Jangan tinggalin gue lagi, Mura." Di dalam pelukan Sahmura mengangguk.
Beberapa saat kemudian, mereka saling melerai pelukan. Tangan Samuel masih mengenggam erat tangan Sahmura seakan tidak mengizinkan gadis itu untuk pergi sedikt pun dari hadapannya.
"Mama kamu bilang, kamu belum makan ya? Makan dulu yuk," ajak Sahmura dengan senyuman. Berharap Samuel dapat menyetujui ajakannya.
"Enggak nafsu. Mau begini aja sama kamu."
"Aku suapin mau ya?"
Kedua mata Samuel seketika berbinar. Sahmuranya kembali memperdulikannya. "Sama kamu?" tanyanya mencoba memastikan.
Sahmura mengangguk disusul Samuel yang juga mengangguk. "Iya, mau."
"Sebentar ya aku ambil dulu." Baru selangkah dia berjalan, Samuel menahannya.
"Jangan lama-lama."
"Iya, sebentar kok."
Sahmura melangkahkan kakinya menuju lantai bawah, di sela-sela perjalanannya dia merasakan ponselnya berbunyi. Menandakan ada sebuah pemberitaahuan masuk. Dia menghentikan langkahnya lalu membuka benda tipis itu.
Mas Biyan
Kamu lagi di mana?
Sahmura menimbang-nimbang mencari jawaban yang paling tepat. Tidak mungkin dia jujur di saat seperti ini.
Mas Biyan
Kamu lagi di mana?
Lagi kerja kelompok, Mas.
Kenapa?
Sudah bilang orang tua
kamu kalau saya
mau melamar?Udah
Apa kata mereka?
Mereka setuju.
Katanya lebih cepat lebih baik.Kamu setuju ga?
Sahmura hanya terdiam, tidak lagi membalas. Tidak ada kata iya ataupun tidak. Di pikirannya hanya satu. Bagaimana dia memberikan perhatian dan waktu yang ekstra untuk Samuel. Demi pulihnya pria itu.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahmura
Roman pour AdolescentsSahmura, nama seorang gadis yang mengidap penyakit amenore yaitu penyakit tidak mengalami menstruasi karena cacat lahir. Penyakit ini menyebabkan dirinya tidak bisa memiliki keturunan. Hidupnya yang sudah rumit ditambah lagi dengan banyak kesalahan...