Sebuah Kebetulan yang Ternyata Sudah Ditakdirkan

1K 121 9
                                    

Pria itu bukan Samuel. Ternyata orang asing yang mengaku bahwa pria itu salah satu pelanggannya. Terdengar aneh pria membeli kosmetik, namun setelah diingat-ingat pria ini menbeli kosmetik bersama dengan perempuan sebelum dia menutup stannya tadi.

"Di sini dingin. Nunggu hujan reda di dalam aja," ucap pria itu dengan sopan, "jaketnya dibawa aja gapapa."

Sahmura menggeleng kalau dia masuk ke dalam, dia tidak bisa melihat kedatangan tukang ojeknya. "Di sini aja," ucapnya pelan.

"Nungguin jemputan ya?"

"Enggak Kak, nunggu ojek langganan saya."

Pria itu mengangguk. Kedua mata mereka menatap hujan yang semakin deras turun. "Rumah kamu di mana? Saya antar mau? Tenang saja, di mobil ada adik saya."

Sahmura terdiam, dia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dia juga belum belajar untuk ujian sekolah apalagi besok mata pelajarannya adalah sejarah. Dia belum menghapal dan mempelajari materinya. Dengan sangat terpaksa akhirnya dia mengangguk.

Di tengah perjalanan menuju rumahnya. Pria itu memperkenalkan dirinya, dia bernama Biyan dan adiknya yang ternyata masih SMP bernama Bianca. Mereka berdua orang baik, entah kenapa Sahmura bisa yakin itu.

Disepanjang perjalanan mereka membicarakan hal-hal ringan sampai akhirnya sebuah pertanyaan terlontar. "Kakak masih SMA ya?" tanya Bianca. Jelas sekali jawabannya adalah iya karena saat ini dirinya sedang memakai seragam putih abu-abu.

"Iya," jawab Sahmura disertai dengan senyuman.

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi sampai mereka sampai di depan rumah Sahmura. "Nanti kapan-kapan kita main lagi ya, Kak Mura."

.

Ternyata pertemuan itu menjadi awal dari pertemuan-pertemuan yang lainnya. Hampir setiap seminggu sekali Bianca dan Biyan mampir ke stan Sahmura. Di saat istirahat mereka makan bersama dan saat waktu pulang mereka mengantar Sahmura.

Mereka sudah bertukar nomor telepon. Sahmura dan Biyan sudah sering kali berinteraksi melalui media online. Kali ini pria itu meminta izin untuk berkunjung ke rumah Sahmura, katanya dia baru pulang dari Jerman ada sebuah oleh-oleh untuk gadis itu. Gadis itu sudah menolak, tidak enak rasanya terus-menerus menerima kebaikan Biyan, tetapi pria itu berulangkali menyatakan dirinya tidak keberatan. Akhirnya Sahmura menyetujuinya.

Di sinilah mereka berada, di taman depan rumah Sahmura mereka duduk. Rumah dalam keadaan sepi makanya Sahmura hanya mempersilahkan Biaya masuk hanya di taman depan rumah.

"Mas umurnya berapa? Kayanya sudah dewasa banget," setelah kesekian kalinya mereka bertemu, pertanyaan itu baru keluar.

"Dua puluh tujuh tahun."

"Wah, dewasa banget ya. Mura aja baru delapan belas," Sahmura menjawabnya sambil terkekeh.

"Hari kelulusan kamu kapan?"

Sahmura berpikir sejenak. "Lusa. Mas mau datang?"

"Boleh?"

"Iya, boleh. Ajak Bianca juga boleh."

"Bianca sedang ikut orangtua kami kembali ke Jerman. Kalau saya aja boleh?"

"Boleh."

Bersambung ....

SahmuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang