The Story of R2M

243 34 3
                                    


"Apapun yang terjadi, apapun rasa yang aku alami, aku tidak ingin menjadi jahat."

_Raffi_


***


"Kapan dia mau pergi?"

"Hari ini."

"Hari ini?"

Raffi mengangguk dan suasana berubah menjadi hening.

"Kenapa Ray?"

"Gak, gak papa kok."

"Yakin? Tapi wajah kamu mengatakan lain lho."

"Apaan sih, sok tahu."

"Ada yang mengganjalkan di hati kamu? Ada yang melintas kan di pikiran kamu? Kejadian hari ini sama dengan kejadian empat tahun lalu. Saat Mondy berangkat ke Amerika dan kamu malah diam di rumah. Kamu gak ingat?"

Raya memejamkan matanya berusaha mengingat apa yang diceritakan Raffi.

"Saat itu aku harus susah payah buat ngebujuk kamu biar mau ke bandara nyusul Mondy. Tapi bukannya aku nganter kamu ke bandara, malah aku buat kamu masuk rumah sakit dan melupakan semuanya."

"Kali ini aku gak akan mengulanginya lagi Ray. Aku akan bawa kamu ke bandara buat mencegah Mondy. Dia gak boleh pergi lagi. Dia gak boleh ninggalin kamu lagi. Aku memang sayang sama kamu, tapi aku sadar itu semua cuma sementara. Karena cepat atau lambat kamu pasti akan ingat semuanya. Dan disaat itu tiba, aku yakin cuma Mondy yang kamu butuhin. Jadi sebelum aku berharap terlalu jauh, aku udah membentengi diriku dengan fakta yang sesungguhnya. Dengan kenyataan kalau keadaan kamu itu hanya sesaat. Hanya mimpi yang akan hilang saat aku terbangun nanti."

Raya terus memejamkan kedua matanya sambil memegangi kepalanya yang terasa pening. Beberapa bayangan melintas di pikirannya. Dari mulai Abah, Mama Rengganis, teman-teman AJK, dan tentu saja Mondy. Bisa dibilang bayangan laki-laki itu adalah yang terbanyak dari yang lain. Semua kenangan pahit dan manis yang pernah ia lalui terlintas di sana. Bahkan ia sampai tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya hingga nyaris terjatuh. Untung saja Raffi dengan sigap menahannya.

"Ray, kamu gak papa."

"Mondy." lirih suara Raya terdengar parau.

"Kamu ingat Ray?"

Gadis itu mengangguk pelan.

"Alhamdulillah."

"Raf, anterin aku ke bandara. Aku harus cegah Mondy. Dia gak boleh pergi. Aku gak mau kehilangan dia lagi Raf, aku gak mau." pinta Raya dengan setengah terisak.

"Iya aku anterin kamu."


***


Sepanjang perjalanan pulang senyum tak pernah lekang dari keluarga Abah Rama. Terutama Raya dan Mondy. Bahkan mereka yang duduk berdampingan, seperti tidak ingin melepaskan genggaman erat itu. Sejak dari bandara hingga di dalam mobil genggaman itu terasa semakin kuat. Abah Rama pun tak kuasa untuk melarang sebagaimana dulu beliau selalu melarang keduanya untuk berpegangan. Jangankan berpegangan, berdekatan saja tidak akan beliau ijinkan. Namun, empat tahun bukan waktu yang sebentar. Terlebih dengan kondisi yang terjadi, membuat pria berjenggot itu seperti tidak punya pilihan lain. Apalagi mama Rengganis sedari tadi selalu memberi kode untuk tidak mengganggu Raya dan Mondy. Ya, setidaknya mereka masih dalam pengawasan kan?

The Story of R2MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang