7.

21.1K 1.4K 62
                                    

Renan menghela nafas pelan sambil menatap keluar jendela di kantornya. Pikirannya tak bisa berhenti memikirkan Rachel yang berada di rumah sakit jauh darinya. Sialnya ia masih ada meeting satu kali lagi sore ini

Drrrt... Drrt...

Renan mengernyit bingung menatap caller id yang tertera di hpnya. Namun,sesaat kemudian Renan tersenyum sinis.

"Hm?"

"Beritahu aku dimana Rachel di rawat!"

"Aku sedang tidak ingin."

"Aku tak peduli tentang mu."

"Aku sudah memberi videonya pada mu. Apa itu belum cukup he?"

"Bodoh, tentu saja tidak!"

"Tipe yang tidak mudah puas sekali."

"Beritahu aku atau aku akan mencarinya sendiri dan melakukan apapun yang aku mau padanya. Kau tidak pernah lupa siapa aku kan Renan?"

"Ouh... Salah... Kakak ipar maksudku."

"Rachel mengidap amnesia kau tahu?"

"Aku tahu dan aku akan terus berusaha membuat ingatannya kembali. Kesayangan ku tak boleh melupakan aku."

"Kesayanganmu? Kau masih kecil waktu itu... Dan sekarang kau berani mengklaim princessku?"

"Waktu itu terjadi itu benar-benar serius dilakukan,itu benar-benar nyata dan bukan permainan anak kecil yang mudah ku lupakan."

"Apa aku harus menyerahkan Princessku padamu?"

"Mau tak mau,aku Regano Kavka Xeimoraga akan tetap memiliki Rachel Sheigara Xeimoraga..."

Renan tersenyum sinis, "Itu akan sulit bagimu.

Princessku sudah berubah..."

                          ***********
Rachel merejapkan matanya berkali-kali,mencoba untuk menyesuaikan cahaya ruangan dengan matanya.

Sebuah elusan lembut di kepalanya membuat Rachel menyadari adanya sosok lain di ruangan itu bersamanya.

"Mimpi indah queen?"

He? Rachel kembali merejapkan matanya bingung dengan lucu. Membuat Jason yang melihatnya tertawa gemas.
Sekali lagi, tertawa gemas?!

Ayolah.... Ini sangat bertentangan dengan kepribadian Jason yang sesungguhnya.

"Kali ini siapa lagi?"tanya Rachel yang berhasil membuat Jason bingung. Siapa.... Lagi? Apa maksudnya?

"Apa maksudmu,queen?"

Rachel menghela nafas pelan.
"Tadi sore kak Marvel,trus Bang Arvel,lalu Ayah... Kali ini kau ini siapa?"tanya Rachel jengah.

Jason mengerti sekarang, queennya sudah menemui banyak orang ternyata.

"Aku kakak kandung mu,queen. Jason Reitama Ziero. Jason."

"Huft... Kakak lagi? Sebenarnya aku punya berapa kakak sih?"

"Hm.... Jika termasuk Marvel dan Arvel kau berarti punya 4 kakak,queen.... Dan biar ku beritahu kau dan aku memiliki abang yang bernama Renan."

"Apa maksudnya termasuk Arvel dan Marvel? Lalu kita memiliki abang? Aku sungguh tak mengerti."

Jason tersenyum lembut.

"Aku dan Renan adalah kakak kandungmu. Marvel dan Arvel itu kakak sepupumu anak dari adik ayah kita, Arham, kau bisa memanggilnya, papa."

Rachel menganggukan kepalanya tanda mengerti,"Oh ya, dimana Ayah?"

Jason tersenyum datar," Dia ada urusan Queen...."ucapnya malas.

"Marvel dan Arvel?"

"Kau bisa memanggilnya kak Marvel dan Bang Arvel,queen!"

Rachel mendengus pelan,"Baiklah... Dimana kak Marvel dan Bang Arvel?"

Jason tersenyum lebar mendengarnya,menurutnya di saat Rachel memanggil semuanya dengan panggilan yang semestinya akan terasa bahwa Rachel sudah menerima keberadaan keluarganya.

"Mereka pergi menemani Mama Laudya belanja,queen."

"Mama?"

"Iya,istri Papa Arham."jelas Jason.

"Lalu... Dimana ibu kita,eh,maksudku ibu kak Jason.."ucap Rachel terbata-bata. Sejujurnya Rachel masih belum terbiasa dengan keluarga barunya.

Sedangkan di satu sisi lain Jason menegang mendengar pertanyaan queennya itu. Tangannya diam-diam mengepal kesal,karena kembali mengingat dirinya punya ibu dulu.

"A.. Apa aku salah?"cicit Rachel.

Jason buru-buru mengubah kembali mimik mukanya.

"Tidak kau tidak salah. Ibu...kita... Sudah tidak ada queen,"ucap Jason susah payah mengatakan 'ibu kita'.

"Ti..tidak ada?"

"Percayalah dia sudah tenang di sana."
Di neraka... Tambahnya dalam hati.

Jason yang melihat air muka Rachel yang berubah sendu langsung mencium dahi Rachel lama,mencoba untuk menenangkannya.

Rachel yang mendapat perilaku seperti itu dari Jason malah meremas kemeja Jason kuat.

"Kakak gak suka liat quennya kakak sedih,"ucap Jason sambil membelai pipi pucat Rachel lembut.

"I..ibuku... Apa dia selamat?"ucap Rachel serak. Dirinya sudah tidak kuat lagi manahan rasa penasarannya tentang kondisi ibunya sekarang dan Rachel harap jawaban dari mulut Jason tak membuatnya kecewa.

Jason terdiam cukup lama. Sedikit ragu mengatakan yang sebenarnya pada Rachel.

"Katakan padaku.. Hiks.."rajuk Rachel tak kuasa menahan tangisnya. Diamnya Jason membuatnya begitu ketakutan.

"Queen... Maaf..."lirih Jason sambil menghapus air mata yang membasahi pipi Rachel.

Mendengar kata singkat dari Jason,sudah lebih cukup untuk Rachel mengetahui bahwa ibunya sudah tiada. Membuat hati Rachel terasa di tusuk oleh ribuan pisau yang tak kasat mata.

Jason memeluk erat tubuh Rachel yang terus bergetar menahan tangis. Mengelus punggung Rachel yang begitu rapuh sekarang. Mencoba menyalurkan rasa nyaman padanya. Tak ada yang lebih menyakitkan baginya dari mendengar tangis pilu Rachel sekarang.

Sedangkan tanpa mereka sadari seseorang telah menyaksikan mereka dari luar pintu sedari tadi. Menyaksikan tangisan pilu seorang Rachel dengan hati yang begitu sesak saat mendengarnya.

Tak lama kemudian orang itu memutuskan untuk pergi meninggalkan pintu ruangan Rachel dalam diam.

Ini bukan saat yang tepat untuk menemuimu,mine...

                             *********

TBC.


Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang