9.

19.5K 1.3K 59
                                    

Rachel menghela nafas pelan. Setelah berhasil membujuk kakak-kakaknya tadi pagi untuk tetap beraktivitas seperti biasanya, Rachel memutuskan untuk pergi ke taman rumah sakit dengan bantuan perawat. Meski dia harus bersusah payah membujuk perawat itu untuk mengantarnya ke taman rumah sakit.

Dan disinilah Rachel berada sekarang. Duduk termenung sendiri di atas kursi rodanya dengan infus yang masih terpasang. Matanya menatap sekeliling rumah sakit yang penuh dengan orang yang berpakaian sama sepertinya. Dan kebanyakan dari mereka memiliki orang yang menemani mereka di taman ini. Membuat Rachel membatin sarkas dalam hati.

Teman? Hal yang begitu tabu untuk Rachel.

Seumur hidupnya, Rachel tak permah memiliki teman. Dari pada memiliki teman justru Rachel memiliki banyak musuh. Haha.. Lucu. Lagi pula siapa yang mau berteman dengan gadis miskin dan jelek sepertinya?

Tentu saja semua orang di sekolah tahu tentangnya. Rachel yang memiliki ayah yang seorang  penjudi dan memiliki banyak utang. Gadis miskin yang menyedihkan. Dam semua itu tidak lepas dari Angel yang menyebar rumor buruk tentangnya. Mengatakan jika ada yang dekat dengannya akan berakhir menyedihkan, dipalak oleh ayah konyolnya untuk melunasi utang.

Rachel tak pernah peduli dengan kata teman. Lebih baik dirinya sendirian di banding memiliki teman yang busuk di belakangnya. Rachel sudah lebih dari terbiasa dengan kata sediri dan sakit.

Tapi, kini... Entah apa yang merasuki hidupnya sekarang. Keluarganya datang padanya dan memintanya kembali. Begitu tepat, datang di saat ia sudah tak memiliki apa-apa lagi.

... Haruskah Rachel percaya? Di satu sisi Rachel tak dapat menampik rasa bahagianya karena dapat menemui keluarga kandungnya dan memiliki orang-orang yang begitu menyayanginya.

Tapi, di satu sisi lain Rachel merasa ragu. Menurutnya kebahagiaan ini datang  terlalu tiba-tiba. Rasanya mustahil baginya.. Hidupnya yang awalnya begitu menyedihkan dan kelam tiba-tiba berubah menjadi terang dan indah. Bagaikan fatamorgana di tengah padang pasir.

Rachel menghela nafas pelan. Wajah-wajah Renan, Jason, Marvel, Arvel, dan ayahnya mulai bermunculan di pikirannya. Rachel tak bisa tak melihat pancaran wajah bahagia dari wajah mereka ketika bersamanya. Begitu indah dan menenangkan di saat bersamaan.

Mampukah Rachel merusak semua itu?

"Sedang butuh teman?"celetuk seseorang tiba-tiba. Membuat Rachel kembali dari alam bawah sadarnya.

Rachel mengernyit bingung. Mendapati seorang pria berjas rapi bersimpuh di hadapannya dengan senyum yang menawan. Siapa lagi ini?

"Tidak, aku sudah terbiasa sendiri." balas Rachel datar. Mulai mencoba mengacuhkan pria di depannya ini.

Entah kenapa... Rachel merasa asing dengan aura pria di depannya ini. Tidak seperti bersama kakak-kakaknya... Pria ini mampu membuatnya terintimidasi sekaligus nyaman dan terlindungi di saat yang bersamaan. Dan Rachel tak menyukai semua itu.

"Kau kesepian?"tanya pria itu lagi. Dan sialnya Rachel mendapati nada sendu di dalamnya.

"Tidak, biasa saja. Sepi dan sakit sudah menjadi makanan ku sehari-hari."

"Dan akan ku pastikan kau tak akan merasakannya lagi..."ucap pria itu penuh tekad. Ada kilatan amarah di mata coklat kelamnya. Membuat Rachel tertegun sejenak.

"Siapa kau sebenarnya? Apa hubungan mu denganku? Keluarga?"tanya Rachel bertubi-tubi. Rasa penasarannya benar-benar membuatnya frustasi.

"Lebih dari keluarga, kau milikku!"ucap pria itu lugas dengan nada tak terbantahkan.

Jantung Rachel berdebar kencang. Persaan takut mulai menghinggapinya.
Apa-apaan katanya? Milikku? Hell.. Pria ini memang sudah gila!

"Lo gila ha?! Lo siapa sebenarnya?!" bentak Rachel kesal. Tak ada lagi nada lembut di ucapannya.

Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang