20.

13.4K 898 69
                                    

Lama kah kalian menunggu Rachel update?

Hehe mian... Author kemarin mikir-mikir alur yang pas gimana dan akhirnya ketemu wkwkw..

*Yaiyalah kalau gak ketemu gak akan update...

Ada yang kalian kangenin?

Oke...

Happy reading and don't forget to vote this chapter!

****

Rachel berdecak kesal. Bosan. Hal memuakan yang benar-benar dia rasakan sekarang. Awalnya memang tidak terlalu bosan. Karena Rachel menghabiskan waktunya untuk bermain dengan Taenie dan menonton kelanjutan serial anime kesukaannya; Boruto. Tapi, semakin hari beranjak siang Rachel merasa bosan.

Sial, kenapa juga ia tidak boleh sekolah? Rachel sempat merengek minta sekolah tadi pagi. Tapi, alih-alih luluh dan mengizinkannya, semuanya malah mengancamnya tidak boleh sekolah selamanya. Ancaman tergila yang pernah Rachel dengar. Memangnya mereka gak malu apa punya anak bodoh kayak gitu? Dan jawaban Renan selanjutnya malah membuatnya semakin kesal.

"Abang gak masalah kamu bodoh dan tidak bisa mencari kerja nantinya. Justru abang lebih suka kamu di rumah. Kekayaan kita gak akan habis cuma karena kamu gak ikut kerja, Princess..."ucap Renan santai.

Rachel cemberut mendengarnya. Seperti dia hanya menyusahkan saja.

"OKE, RACHEL BAKALAN BIKIN KALIAN BANGKRUT!"jerit Rachel membalas perkataan Renan yang mengatakan tidak akan bangkrut. Yang malah di balas tawa geli oleh semua pria Ziero.

Menyebalkan! Menyebalkan!

Rasanya Rachel ingin berteriak sekarang. Kebosanan ini semakin membunuhnya. Rachel tak sanggup...

Oke... Sepertinya Rachel terlalu berlebihan.

Dengan langkah gusar Rachel memilih keluar kamar. Berpikir kalau dengan memasak akan membuat rasa kesalnya hilang. Persetan jika nanti mereka marah karena ia memasak sendiri. Akan Rachel buat mereka mati khawatir memikirkannya. HAHA...

Tapi, begitu melihat Rian, orang kepercayaan kakaknya. Rachel langsung berhenti. Mengernyit mendapati Rian keluar dari kamar Arvel sambil membawa sebuah paper bag.

"Hai.. Kak Rian..."sapa Rachel hangat.

"Selamat siang Nona muda..."balas Rian sambil menundukkan kepalanya.

Rachel berdecih, "Tidak perlu formal begitu..."tegurnya.

Rian hanya balas tersenyum mengingat Arvel yang juga suka berbicara seperti itu padanya. Bahkan nadanya dengan Arvel terbilang sama.

"Kak Rian mau kemana? Trus habis ngapain dari kamar bang Arvel?"tanya Rachel penasaran. Bukan maksud menuduh.

"Saya disuruh Tuan Muda Arvel untuk membawakannya baju basket, Nona..."

"Baju basket?"

"Iya, pulang sekolah nanti Tuan Muda Arvel dan Marvel akan tanding basket, Nona..."jelas Rian sopan.

Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang