11

17.6K 1.1K 14
                                    

Sejak pagi tadi senyum lebar Rachel belumlah juga luntur. Gadis bermata hitam kelam itu benar-benar merasa senang karena hari ini dia di izinkan pulang oleh dokter. Meski beberapa saat sebelumnya keempat kakaknya memaksanya untuk tinggal di rumah sakit sampai dia benar-benar sembuh.
Tapi, dengan kekerasan kepala Rachel, Rachel menolak mentah-mentah saran untuk tinggal di rumah sakit lebih lama lagi. Sudah cukup 3 hari ini dia mendekam di  rumah sakit dengan jarum infus yang terus menancap di tangannya. Rachel benar-benar merasa bosan. Untunglah Xavier datang dan membantu Rachel untuk keluar dari rumah sakit hari ini juga. Meski dengan syarat Rachel harus tetap dipantau saat di rumah.

Hah.. Rumah? Rachel benar-benar merasa gugup sekarang. Rumah mana yang mereka maksud? Di otak Rachel sekarang terbayang bahwa ia akan kembali kerumah lamanya dengan Selia dan...

William?

Wajah Rachel tiba-tiba berubah pias. Gadis itu merasa takut sekarang. William... Dimana pria itu sekarang? Terakhir mereka bertemu William telah membunuh ibunya dan melukainya... Semuanya begitu menakutkan dan tak menjamin kalau Rachel bertemu denganya, Rachel akan berakhir selamat.

"Hey... Adik abang kenapa?"ucap Renan lembut. Tangan kekar Renan membelai rambut hitam Rachel lembut.

Renan dapat melihat jelas raut wajah Rachel yang berubah pias tadi.

"Ah... Gak bang... Rachel baik-baik aja kok..."ucap Rachel berbohong. Gadis itu tersenyum tipis mencoba menenangkan Renan yang kini sudah menatapnya khawatir.

Renan menghela nafas pelan, tak ingin memaksa meski Renan penasaran setengah mati akan apa yang membuat wajah Rachel berubah pias.

Alih-alih bertanya Renan justru bergerak memeluk Rachel erat.

"Abang selalu di sini buat adik abang... Kalau ada apa-apa jangan pernah takut buat kasih tau abang, princess... Apapun akan abang lakukan untuk ratunya Ziero..."ucap Renan yang berakhir dengan kecupan di puncak kepala Rachel.

Mata Rachel berubah berkaca-kaca mendengarnya. Sesayang itukah Renan padanya? Sungguh, Rachel benar-benar merasa senang mendapatkan kasih sayang seperti ini dari Renan. Tapi... Pantaskah ia?

"Abang..."lirih Rachel pelan. Kepalanya menunduk dalam enggan menatap wajah Renan.

"Kenapa sayang, hm?"ucap Renan lembut sambil mengangkat dagu Rachel lembut, memaksa mata Rachel untuk bertatapan dengannya.

Hati Renan berdenyut sakit melihat mata Rachel berkaca-kaca. Tidak, Renan tak suka melihat adiknya menangis seperti ini.

"Ada apa princess? Jangan nangis... Ada yang sakit lagi,hm?"ucap Renan sarat akan rasa khawatir.

Rachel menggeleng lesu.

"Apa.. Apa abang yakin aku ini adik abang? Rasanya... Aku gak pantes buat dapetin ini semua.. Ini... Ini terlalu sempurna buat aku bang..."cicit Rachel sendu.

Renan menggeleng cepat. Apa-apaan ini? Rachel meragukan mereka?

"Tidak, princess.. Kau adik kami dan akan begitu seterus---"

"Gak! Aku gak akan percaya! Bisa aja kan kalian cuman mau memanfaatin aku?! Menyuruhku menjadi pelayan kalian misalkan.."ucap Rachel yang berawal tegas tapi berakhir melemah di ujung kalimatnya. Menunduk takut menatap mata Renan yang menatapnya tajam.

"Berhentilah berbicara omong kosong, Queen.. Kita punya bukti!"ucap Jason datar dari arah pintu masuk. Renan mengetatkan rahangnya hanya diam tak mengubris ucapan Jason yang sedikit membuat Rachel tersentak kaget.

Rachel menggigit bibirnya takut. Sepertinya ia telah salah bicara dan menyakiti hati kakak-kakaknya. Rachel semakin takut ketika Marvel, Arvel, dan Xavier memasuki ruangan dengan wajah sama seperti Jason.

Oh.. Ya Tuhan.. Maafkan mulut Rachel yang telah lancang berbicara... Harusnya Rachel sadar diri, bukankah mereka sudah baik dengan membantunya tiga hari ini?

Bodoh kau Rachel!!

"Menjadikanmu pembantu, little girl? Itu adalah hal terkonyol yang tak akan pernah kulakukan pada putri kesayanganku!"ucap Xavier datar.

"A.. Ayah.."lirih Rachel. Air mata telah membasahi kedua pipinya.

"Maaf.. Maaf.."ucapan itu langsung keluar begitu saja dari bibir Rachel. Gadis itu benar-benar menyesal dengan perkataannya yang kelewat batas. Ketakutan untuk terluka lagi lah yang menyebabkan ini semua.

"Maaf.. Maaf telah mengatakan hal buruk tentang kalian... Harusnya.. Harusnya aku berterima kasih pada kalian atas tiga hari ini... Aku.. Aku.. Janji akan mengganti semuanya secepatnya.. Aku janji tak akan mengganggu kalian lagi setelah ini.. Ak----"

"RACHEL!!" bentak Xavier tanpa sadar.

Rachel yang mendengar itu tersentak kaget dengan bentakan tiba-tiba dari Xavier. Rachel bergetar ketakutan mengingat kekerasan yang ia dapat dari William dulu.. Ayah tirinya... Dan sekarang... Ayahnya? Ah salah... Pria yang mungkin ayahnya.

"Ayah!" sentak Renan kesal dengan bentakan Xavier pada Rachel.

Rahang Xavier mengeras. Pria itu memilih membuang mukanya di banding menatap wajah Rachel.

"Lakukan saja sesuka mu... Karena aku yakin kau tak bisa menggantinya dengan uang milikmu itu!" sarkas Xavier sinis, kemudian pergi meninggalkan ruangan. Membuat Rachel semakin merasa bersalah dan takut.

Rachel sadar diri dengan keadaanya yang miskin.

"Maaf.. Beri aku waktu untuk---"

"Hentikan, Shei! Tak ada yang memintamu untuk mengganti semuanya. Kau pikir kami apa? Tak bisakah kau menerima kami  menjadi keluarga mu? Kami menyayangimu, Shei... Dan kau berniat untuk tidak merepotkan kami lagi? Kau bercanda? Kami dengan senang hati kau repotkan, Shei.. Karena kau yang kami rindukan selama ini! Kau tak akan tahu seberapa menyakitkannya itu! Tak akan!"ucap Marvel panjang lebar. Berusaha keras untuk tidak membentak Rachel seperti apa yang Xavier lakukan. Kemudian pergi berlalu yang langsung di susul oleh Arvel yang mengkhawatirkan saudara kembarnya itu.

Rachel hanya diam menahan isak tangis nya sejak tadi. Dia telah bersikap egois!! Dan Rachel menyesal karena itu.

Sebuah amplop tiba-tiba saja sudah terulur padanya. Membuat Rachel membatin bingung.

"Bacalah ini... Dan jadilah bagian dari Ziero, queen.. Kakak mohon..."ucap Jason sambil menatap Rachel hangat. Pria itu ingin semua keraguan Rachel rintuh saat ini juga. Karena Jason ingin Rachel benar-benar menganggap mereka nyata bukan ilusi.

Perlahan Rachel mengambil amplop yang di ulurkan oleh Jason.

Tangis Rachel langsung pecah begitu membacanya. Amplop itu berisi kecocokan dna Rachel dengan Xavier, Jason, dan Renan. Rachel benar-benar menyeaal sekarang.

Apa yang sudah ia lakukan?

Perlahan Renan bergerak menghapus air mata Rachel yang menangis keras.

"Jangan menangis... Abang gak suka!"ucap Renan lembut.

"Gak! Aku udah jahat sama kalian. Maaf.. Maaf.."lirih Rachel sambil menangkupkan kedua tangannya di hadapan Renan dan Jason.

"Kamu gak salah apa-apa, Queen... Jangan mohon kayak gini kamu gak pantes!!"bantah Jason sambil menurunkan tangan Rachel yang dibalas  Rachel dengan memeluknya erat.

"Maaf.. Rachel janji gak bakal kecewain kalian lagi!! Rachel janji..."lirih Rachel.

"Iya, Queen.. Tetaplah bersama kami..."

******
TBC..

Hope you like it guys..

Kalo ada kritik atau saran author terima dengan senang hati...

Ok.. See you soon guys..


Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang