21.

12.3K 836 26
                                    

Aku nulis ini pas banget habis nangis gegara baca Dear J sumpah.. Buat kalian yang lagi pengen nangis baca ini! Gak kuat, gak ngerti lagi! Jadi chapter kali ini gak berat-berat. Author capek.

Oke... Langsung aja...

Happy reading!

Don't forget to votement! Sorry
For Typo(s) without editting!

*****

Semuanya kacau. Rachel benar-benar kesal dengan kehadiran Leon sekarang. Bagaimana tidak? Begitu Leon memanggilnya. Mantan teman satu sekolahnya itu langsung memeluknya erat di depan kedua kakaknya. Tapi, bukannya Arvel atau Marvel yang protes dan melayangkan tinju. Justru salah satu temannya yang baru Rachel ketahui bernama Razan yang menyerang brutal Leon begitu Leon memeluknya. Aneh dan menyebalkan. Membuat Rachel terpaksa menarik Razan keluar dari kerumunan.

"Lo ngapain sih?! Lo mau bunuh anak orang?!"bentak Rachel tak terkendali.

Razan berdecih pelan mendengarnya. Sudah bagus ia tolong, tapi kenapa justru Rachel membentaknya?

"Tawaran bunuh lo menarik juga..."balas Razan santai.

"Lo gila!"umpat Rachel kesal sambil menunjuk wajah tampan Razan di depannya.

"Lo..."Mengusap wajahnya kasar. "Gua harap lo masih inget lo punya tunangan!"ucap Razan tegas yang terdengar seperti ancaman.

"What? Apa urusan lo?!"

"Jelas itu urusan gue. Lo punya hubungan sama sepupu gue itu artinya lo punya urusan sama gue!"tegas Razan.

Rachel terperangah. Sepupu? Jadi cowok di depannya ini sepupu Regan? Oke, fixed. Rachel mengerti sekarang kenapa cowok ini begitu aneh dan menyebalkan.

"Sebenarnya gue gak mau ngancem lo. Tapi, kalau lo berani main-main sama Regan, hidup lo gak akan aman. Ngerti lo!"ucap Razan sinis kemudian pergi berlalu ke arah lapangan basket.

Rachel melongo tak percaya. Gila! Ini gila! Cowok itu gila! Maksudnya apa? Gak pernah ada di benak Rachel sedikit pun untuk mempermainkan Regan. Hell.. Walau ini memalukan. Tapi, Rachel dapat merasakan perasaan berbeda dengan Regan. Gadis itu benar-benar mencintai Regan. Ingatannya mungkin hilang, tapi perasaan 10 tahun lalu tidak pernah hilang.

Berdecak kesal. Rachel rasa dia tidak bersalah sama sekali.

*****

Ancaman Razan benar-benar menganggu Rachel. Niat awalnya yang ingin menikmati euphoria pertandingan basket di sekolah hancur sudah. Nyatanya begitu pertandingan mulai, pikiran Rachel berkelana kemana-mana. Bahkan Rachel melupakan fakta kalau dirinya pergi dari mansion tanpa seizin Renan, Jason, dan Xavier.

"Habis dari mana, princess?"tanya Renan dengan nada datarnya. Begitu pulang dari kerja tadi Renan tidak menemukan keberadaan Rachel sama sekali.

Rachel yang masih memikirkan ucapan Razan tadi hanya menanggapi seadanya.

"Sekolah.."ucap nya santai sambil berjalan melewati Renan. Masih belum menyadari kehadiran Renan.

Marvel dan Arvel menelan salivanya kasar. Bahaya?! Kenapa juga Rachel bisa berkata sesantai itu? Bukannya tadi adik manis mereka itu yang ingin mereka menyembunyikan semuanya?

"Sekolah?!"sentak Renan sedikit keras.

Seketika Rachel sadar. Menggigit bibirnya, kemudian berbalik menghadap Renan. Mampus! Kenapa juga tadi dia tidak memperhatikan sekitar. Pupus sudah harapannya untuk sekolah besok.

Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang