28,4 fm (Kehidupan Alzam)

144 17 0
                                    


Happy reading.

Suasana hening tercipta,koridor rumah sakit yang lengang.dengan suasana malam yang semakin larut,namun dua anak manusia yang entah sejak kapan saling diam,masih saja betah duduk dengan sedikit jarak di atas kursi taman rumah sakit.

Dibawah temaram lampu taman,dengan pencahayaan dari bulan juga bintang.

"Al,lo mau dengar cerita gue ngak?" Alzam memecah keheningan malam.

"Soal?"

"Kehidupan gue yang sesungguhnya"

Alana meneleng kepalanya ke samping "gue ngak minta lo cerita sekarang,kalau lo belum siap ya jangan"

Alzam menunduk,menatap sepatu konvers putih lusuh nya,rambut gaya undercut alzam yang semakin memanjang sedikit alzam sapukan kebelakang.

"Hidup gue berat Al,gue enggak sebahagia senyuman yang setiap hari gue perlihatkan,bahkan gue terlalu sayang sama diri gue sendiri yang terluka sebelum saat nya"lirih alzam yang kini lebih fokus pada rumput taman yang basah habis di guyur hujan.

Kehidupan manusia siapa yang bisa menebak jalan nya akan seperti apa?,besok nya akan bagaimana?, tidak ada yang menjamin akan terus baik-baik saja.

Kehidupan alzam juga begitu,dia di lahirkan dalam keluarga yang sangat sempurna dengan segala kelimpahan kasih sayang,juga materi yang sangat memadai.

Semua nya berjalan baik-baik saja hingga kejadian naas merenggut segela yang alzam punya.

Segalanya.

Hingga membuat alzam menjadi pribadi yang dewasa sebelum saat nya.
dan terluka seblum waktu nya.

"Semenjak orang tua gue meninggal semua aset yang orang tua gue punya entah di ambil alih oleh siapa,gue ngak tau sampai sekarang,yang gue tau sehari setelah nya gue di antar ke panti asuhan,lalu seminggu kemudian gue di jemput sama orang tua asuh gue yang sekarang" alzam tersenyum,bukan senyum tulus akan tetapi senyum yang terlihat menyedihkan.

"Pada awal nya sikap mereka baik-baik aja ngak ada kendala karna memang mereka ngak punya anak,berselang dua tahun setelah gue hadir di tengah mereka ternyata mama hamil dan gue punya adek,nada yang sekarang lagi terbaring di rumah sakit,papa senang bukan main dia anggap gue pembawa keberuntungan karna setelah gue hadir apa yang mereka tunggu-tunggu akhir nya terjadi" helaan nafas panjang alzam keluarkan ada yang sakit di ulu hati hingga terasa menyesakkan.

"Di situlah awal jungkir balik dari kehidupan gue di umur gue yang ke 11 th mama meninggal saat melahirkan nada,sifat papa yang mulanya baik jadi kasar melampiaskan segela kekesalan nya pada gue,papa juga menyalahkan gue atas kepergian mama,seolah gue pembawa sial, lucu kan? Gue pembawa keberuntungan sekaligus kesialan,

Itu masih wajar puncak nya ketika umur nada beranjak 7 tahun nada di vonis dokter  dengan penyakit gagal jantung dan di situlah gue menjadi semenyedihkan sekarang,pengobatan yang membeludak,keungan yang minipis,gue bahkan rela putus sekolah,lebih tepat nya di paksa putus sekolah" alzam menoleh pada alana yang sedari tadi diam tidak menjawab,alana hanya fokus mendengarkan,wajah tenang alana sedikit banyak bisa membuat suasana hati alzam membaik setidak nya tidak emosional mengingat mereka sedang membicarakan perihal masa lalu alzam.

"Lo pasti udah liat bekas luka di sekujur punggung badan gue, itu semua ulah papa,papa lebih emosial dan kasar ketika nada kapan-kapan kambuh dengan penyakit nya,punggung gue seolah menjadi tempat pelampiasan,gue pernah di siram air panas karna dia terlalu emosi,gue pernah di tampar,di pukul,di tonjok, ah soal itu bahkan gue udah kebal sekalipun di tonjok berkali-kali" alzam terkekeh pada ucapan nya sendiri.

"Pelarian gue dulu mbok jum,di sana gue menceritakan semua kejadian apa yang gue alamin,karna cuman dia yang gue kenal itu pun kami ngak sengaja ketemu di saat gue mulai masuk usia remaja,gue bersyukur seengak nya gue punya dia,mbok jum yang rela rawat punggung gue yang terluka,dia selalu bilang ke gue 'ngak ada orang tua yang ngak sayang ke anak nya,bentuk kemarahan dan teguran itu adalah cara mereka menjaga kita dan menyayangi kita' tapi gue jawab gue bukan anak kandung mereka"

Di saat itulah alana tersentak,ucapakan akhir dari mbok jum sedikit banyak mengurangi luka di hati nya,meski alana tau bahwa mama nya tidak mungkin peduli.

"Kehidupan gue keras Al,kalau gue bisa nyerah,gue mau nyerah aja,tapi gue masih pinter ngak mau berakhir stragis sementara masih banyak hal yang bisa gue lakuiin,anggaplah untuk saat ini porsi kebahgiaan gue belum tiba, ya seebisa mungkin gue nikmatin segalanya" alzam tersenyum manis.

"Lo ngak coba lapor pihak berwajib? Bagaimanapun yang dia lakuiin ke elo tindak kekerasan" tanya alana.

Alzam menggeleng "dia orang tua gue Al,sebelum menjadi jahat dia pernah memperlakukan gue sewajar nya,aggap aja ini bentuk perubahan pada menusia"

"Lo ngak tertekan? Stres? Psikis lo ngak kenapa-kenapa? Secara umpatan dan makian yang di lontar kan bokap lo sangat keterlaluan"

Lagi-lagi alzam menggeleng.
"Gue nikmati semuanya gue anggap umpatan dia bentuk kasih sayang,dan bentuk kesedihan atas apa yang dia alami kehilangan istri juga penyakit anak nya"

"Lo hebat Al"

Alzam tergelak "di mana letak hebat nya,sementara gue masih sering ngeluh pada diri gue sendiri"

"Seenggak nya lo ngak pernah terpuruk"

"Pernah lah,cuman gue ngak mau berlarut,lagian ngak guna gue terpuruk anggap ajaa apa yang papa lakuiin ke gue itu pelampiasan kesedihan karna nada sakit"

Selama ini alana lebih banyak mengeluh,sering berfikir bahwa apa yang di alami nya adalah hal yang paling menyedihkan,dan ternyata yang di alami alzam lebih berat,
Alana kagum sama sifat alzam,di luar alzam memang terlihat bak preman pasar.
Namun siapa yang menyangka kehidupan alzam dan cara alzam bersikap sangat dewasa dan alana terpukau dengan semua itu.

"Lo sendiri gimana sama kehidupan lo?"

"Hampir mirip sama yang lo alamin bedanya gue di perlakukan bak orang asing di tengah keluarga sendiri tanpa tau alasan nya,mama ngak peduli sama gue,yang gue punya dan alasan gue masih berdiri saat ini cuman bang fares"

"Jadi alasan lo nangis barusan karna mama lo?"

Alana mengangguk sekilas lantas tersenyum.

"Papa lo?"

"Udah meninggal dari gue masih kecil,gue lupa kapan tepat nya gue ngak bisa ngingat apa-apa soal masa lalu,yang gue tau dari cerita abang gue pernah kecelakaan dan koma hampir setahun,setelah gue bangun semua berubah dan gue ngak ingat apa-apa" jelas alana.

"Sama sekali ngak ingat? Kalau lo lupa bagian masa lalu,bisa jadi ada sebuah kejadian yang menjadi alasan nyokap lo berubah"

"Satu-satu nya dugaan gue,cuman gue bukan anak kandung mereka mungkin" alana terdiam cukup lama mencerna setiap ucapan nya dan apa yang alzam katakan beberapa menit yang lalu,ada satu benang merah yang terlepas di kepalanya,seolah memberi celah kemana ia akan membawa satu dugaan.

Alana tidak yakin tapi alana harus mencari tau,benar atau tidak nya.

"Ian gue pamit pulang ya,salam buat nada"

"Ngak mau gue antar aja?"

"Ngak usah,gue bisa naik ojol lagian nada sendirian ntar kalau papa lo balik dia ngamuk lagi" alana tersenyum lantas berjalan pergi.

Di tempat nya alzam duduk terdiam masih memerhatikan punggung alana yang semakin jauh,hingga menghilang.

Alzam tersenyum sendiri,merutuki dirinya yang bodoh dan selalu menyangkal apa yang kini ia rasakan.

To be continue.

Aceh25/05/21

28,4fm  [Selesai]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang