EXTRA PART : I

134 7 0
                                    


Happy reading.

"Bundaaaaaaaaaa"

"Bundaaaaaaaaaaaaaa abang pulangggggg"

"Bundaaaaaaa where are youuu"

Dari atas tangga teratas Alana terkekeh geli, sebenarnya ia bisa mendengar teriakan menggema dua anaknya, namun biarkan saja, Alana selalu suka jika melihat dua jagoannya berteriak memanggil dirinya,

Mereka adalah jagoan Alana yang lahir sebelas tahun yang lalu, setelah tiga bulan menjalani bahtera rumah tangga bersama alzam, Alana tidak punya persiapan apapun tentang menjadi orang tua, ia ketakutan, takut tidak bisa menjadi ibu yang baik, belum lagi dalam tahun yang sama Alana memiliki dua anak sekaligus, mereka lembar.

Arash Tariq arrayan dan Arish Tariq arrayan, nama merika ganyat berbeda di depan selebihnya sama, seperti wajah yang susah di bedakan begitu pula nama mereka, namun biarpun begitu mereka tetaplah memiliki perbedaan, arash yang menjadi Abang lebih cerewet dari pada Arish.

Jika arash bisa langsung blak-blakan saat berbicara maka Arish sering diam, ia hanya akan menyimak.

Arash terlihat tampan namun Arish tampan juga manis.

Arash memiliki bola mata yang sama seperti alzam tidak hanya itu untuk sifat dan sikap arash adalah cerminan alzam, sementara Arish lebih condong mirip Alana, kalem, cool, dan menawan.

Bernama arash dan arish.
Arash tariq arrayan untuk abang, dan Arish tariq arrayan untuk adik.

Mereka hadir dengan suara tangis yang kencan dan menambah kebahgiaan di antara pasangan alzam dan alana.

"Abang"

Arash menoleh, alisnya terangkat satu   "kenapa?"

"Bunda kemana?"

Arash mengendikkan bahunya "Abang kan sama kamu dari tadi, mana Abang tahu bunda kemana"

Mendengar ucapan Abang nya, Arish memilih ke dapur duduk di atas kursi, ia merebahkan kepalanya di atas meja "Adek laper"

Arash terkekeh, lalu ia membuka ransel nya mengambil sepotong roti selai coklat, kesukaan Arish, "buat adek, kita tunggu bunda pulang".

Dari atas tangga, Alana tersenyum haru, arash memang sedikit nakal namun dia bisa menempatkan diri sebagai Abang yang baik, arash tahu kapan dia nakal, kapan dia harus bersikap dewasa, terlebih menghadapi teman-teman perempuannya yang sangat suka mengkerumuni Arish, bagi Arish Abang nya adalah penjaganya saat di luar.

Langkah kaki Alana pelan, menuju ruang makan, ia kembali tersenyum mendengar interaksi mereka tanpa menyadari kehadiran Alana.

"Anak bunda laper?"

Keduanya menoleh, lalu mengangguk bersamaan.

"Bunda kemana aja? Kenapa nggak nyaut?" Tanya arash.

"Ada kok, kalian aja yang nggak liat bunda" sahut Alana, perempuan yang kini beranjak usia  tiga puluh lebih itu mendekati kitchen set, mengambil semangkuk sup yang sudah ia masak untuk di panaskan kembali.

"Arish mau makan sup?"

Arish mengangguk, meski mulut nya masih sibuk mengunyah roti..

"Kalian ganti baju dulu, terus mandi, baru turun, kita tunggu ayah sekalian, katanya tadi mau makan siang di rumah"

Kedua bocah laki-laki itu menurut, mereka pergi meninggalkan Alana sendirian di dapur.

*****

Alana tersentak ketika menyadari seseorang memeluk nya dari belakang,menggesek hidung nya pada ceruk leher alana.

28,4fm  [Selesai]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang