| 13 - final? |

113 20 4
                                    

Semenjak aku diantar Bang Taeyang pulang, aku ngurung di kamar.

Aku sempet mau turun, tapi denger apa yang Kak Woon dan Bang Taeyang omongin, aku urungin niat aku.

Aku cuma diem dikamar sambil chattan sih. Sama Nara sama Sara sama Kak Sanha juga.

Semenjak aku jalan sama Kak Sanha waktu itu, aku jadi sadar kalo aku suka sama sahabatku sendiri. Aku jadi yakin ini bukan cuma perasaan nyaman ke sahabatnya.

Aku menghela nafas. Aku membaringkan tubuhku ke kasur dan menatap langit-langit kamarku.

Tok! Tok! Tok! Klek!

"Yena? Ini Hyewon. Kaka masuk ya?" suara lembut itu menyapa telingaku.

Aku kembali pada posisi duduk dan tersenyum saat Kak Hyewon mendekatiku.

Kak Hyewon duduk disampingku. Dia menatapku lekat-lekat sembari mengusap rambutku teratur.

"Kamu kenapa hm?" tanyanya.

Aku hanya diam dan menunduk.

"Kata kakak kamu, kamu ngurung dari sore. Ada masalah? Mau cerita sama kaka?" ucapnya lagi.

"Aku gapapa kok kak" ucapku parau. Tiba-tiba saja aku mau nangis.

Kak Hyewon membenarkan posisinya. Dia naik ke ranjangku dan duduk bersandar di headboard.

Lalu dia menyuruhku bersandar pada bahunya. Tangan yang aku gunakan sebagai bantalan terus mengusap rambutku. Dia memelukku hangat dan kubalas juga.

"Kalo gitu kakak yang cerita ya?" ucapnya.

"Kamu pasti kaget kalau ternyata kaka itu kakaknya Chani kan? Jadi Yena, kakak sekolah di luar negeri. Sejak smp. Kakak ga pernah tau keadaan rumah kaya gimana. Dua tahun kaka di luar negeri, kaka ga dapet kabar tentang adik semata wayang kaka. Orang tua kakak masih ngabarin tapi seadanya, setiap kaka tanya pasal Chani mereka selalu menghindar. Kakak kira itu cuma karena anak itu bikin ulah. Kaka ga tau aja, dua tahun setelah kaka pergi rumah kacau. Papa mama saling selingkuh, berantem hebat. Bahkan Chani jadi korban. Kenapa Chani ga ngasih kabar, karena dia kabur ke rumah Bunda. Kalau kamu disakitin secara mental, Chani lebih sering kena main fisik. Dia sering dipukul, bahkan di kunci di kamar mandi dua hari tanpa makan. Kakak dibodohi selama lima tahun, sampai ada satu email masuk dari Nara sepupu kaka, sahabat kamu yang bilang "Pulang kak, Chani butuh kakak". Kakak yang niatnya ngambil S1 disana langsung kakak batalin dan pulang ke sini. Nara ngasih alamat rumah Bunda dan disitu kakak tau semuanya. Lucu kan?" akhir kak Hyewon dengan setetes air mata yang mengalir.

Aku mengeratkan pelukanku padanya. Pelukannya seperti pelukan Bunda. Ya, Bunda. Karena nyatanya mama tidak pernah memelukku sekalipun.

Tapi...

Sebenci apapun Yena sama Mama, Yena benar-benar rindu Mama.

Aku terelelap setelahnya.

•••

Pagi ini, aku bangun dalam keadaan linglung. Badanku tertidur nyaman di kasur dengan selimut menutup sebatas dada. Yang pasti, Kak Hyewon sudah tidak ada disana.

Aku segera bersiap kesekolah dan turun kebawah. Ada Kak Rowoon dan Kak Hyewon.

"Eh, udah bangun Na?" Kak Hyewon lebih dulu menyapaku.

"Ayo makan sayang" lanjutnya lagi.

Aku melangkah mendekati meja makan dimana ada kakak ku yang sedang menyantap sarapannya.

"P-pagi K-kak" ucapku terbata. Aku masih takut dengan hal kemarin.

"Pagi" ucapnya tersenyum.

Aku segera menyantap sarapan pagiku.

"Kalau udah selesai berangkat sekarang yuk" ucap Kak Woon.

"Yena berangkat bareng kakak ya?" tanya Kak Woon.

Aku mengangguk pasrah.

Aku dan Kak Woon keluar rumah diikuti Kak Hyewon.

"Berangkat dulu kak" ucapku pada Kak Hyewon.

Kak Hyewon lantas memelukku, "Belajar yang bener ya Na" ucapnya.

"Thanks ya Hye" ucap Kak Woon sebelum tancap gas.

Perjalanan kali ini terasa lebih panjang dan lebih lama dari biasanya. Keadaan mobil benar hening. Kak Woon fokus menyetir, tapi aku yakin dia hanya bingung harus bertanya padaku darimana. Sedangkan aku memang menghindari pembicaraan terkait masalah yang kualami.

Akhirnya sampai juga di depan gerbang sekolah. Aku segera melepas seatbelt dan turun dari mobil. Berdiri disamping mobil untuk berpamitan pada Kak Woon.

"Yena masuk ya kak," ucapku sedikit terbata.

Kak Woon senyum. Aku menganggapnya sebagai jawaban. Jadi, tungkaiku melangkah masuk ke kawasan sekolah.

Baru juga satu langkah maju suara Kak Woon kembali menginterupsiku.

"Kalo ada apa2 telfon kaka ya Na, nanti kaka jemput" ucap Kak Woon lalu mengendarai mobilnya pergi.

Aku sedikit tersenyum. Kak Woon memang begitu kadang tsundere.

Aku kembali melangkahkan kakiku memasuki sekolah. Mulai menyusuri koridor, beberapa siswa menatapku dan sesekali menyapa dengan senyuman. Aku heran, kenapa tiba2 pada ramah dan peduli, biasanya juga bsw.

Aku melihat Ryujin duduk di bangku depan kelasku. Disana juga ada Haechan, Sara, Nara dan Kak Sanha. Eh, Kak Hwi juga ada disana.

Aku menghampiri mereka.

"Pagi?" ucapku.

"YENAAA!!" Sara dan Nara langsung memelukku.

"Kenapa?" tanyaku setelah mereka melepaskan pelukannya.
"Kita kira lo ga berangkat, abang lo semalem ke rumah Bunda jemput Kak Hyewon katanya lo ngurung" ucap Nara membuatku tertegun.

"Ryujin juga cerita" sambung Kak Hwi.

Aku menatap Ryujin. Namun yang ku tatap hanya membalas senyuman.

"Mereka harus tau Yena, orang kaya Haeri ga pantes ada di sekolah ini" ucap lembut dan sedikit pelan.

Aku menunduk pasrah.

"Okei" ucapku.

"Nanti balik ikut ga?" tanya Nara.

"Kemana?" tanyaku kembali mengangkat kepala.

"Rumah Bunda. Bang Chani sakit, kita mau jenguk" jawab Nara.

"Ngikut aja gue" jawabku lemah.

"Ngikut aja, Ryujin sekalian" ucap Haechan.

"AWUHHH NOTICE MANTAN GEBETAN" teriak Sara yang selanjutnya dibekep sama Haechan.

"Cemburu ngomong neng" ucap Haechan mengundang gelak tawa semuanya.

Yang ngejar Sara tapi Saranya lari-lari, udah sama gue aja yuk Chan wkwkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang ngejar Sara tapi Saranya lari-lari, udah sama gue aja yuk Chan wkwkwkwk

best (boy)friend.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang