01|Penjerumusan

6.1K 509 18
                                    

Seolah menjadi Dilan dan Milea versi nyata, sepasang muda-mudi sedang asik berboncengan di atas motor sambil sesekali tertawa. Entah apa bahasan keduanya, namun benar kata orang, jika kita sedang bersama seseorang yang berbeda dalam konteks istimewa, gelak tawa dapat timbul meski hanya lawakan garing yang terlontar.

"Yaah, sampai.."

Motor dihentikan tepat di depan rumah berpagar putih sebatas dada. Si penumpang yang sejak tadi setia menghuni jok belakang, perlahan turun dengan hati-hati. Tangannya baru akan bergerak membuka helm, namun sepasang tangan lain mengambil alih tugas itu lebih dulu.

"Makasih, kak. Udah diantar pulang."

Pemuda tampan itu tersenyum. Ia memasang helm yang dipakai gadis nan baru saja turun di penyanggah motornya.

"Nanti jangan lupa balas Line ya?"

"Loh, biasanya emang pernah gak dibalas?"

"Hehehe, ngingetin aja sih. Soalnya kalau gak ada notif dari kamu, malam ini pasti kelabu. Kalaupun ada bulan, ada bintang. Tetap gak lengkap."

"Iih, hati-hati hidungnya jadi belang-belang loh."

Lelaki yang masih senantiasa duduk di motornya itu terkekeh. "Yaudah, aku pulang sekarang ya? Sampai rumah, langsung mandi. Jangan rebahan, nanti kebablasan tidur gak mandi. Kasian aku, nanti pas kita ketemu di mimpi, kamunya bau."

"Hiiih, lagian siapa juga yang mau ketemu sama kakak di mimpi? Mending nih ya, aku mimpiin Lee Jung Suk, Lee Min Ho, atau gak Song Jong Ki."

"Ooh, jadi sukanya yang bentukan om om kayak gitu? Ah Ji, kakak lebih ganteng kali."

"Bukan om om ih sebutannya! Tapi oppa. Gimana sih?"

"Ya kan kakak gak tau istilahnya."

"Yaudah deh, sekarang kakak boleh pulang Jisoo mau masuk dulu."

"Iya. Jangan lupa Line——"

"He'eeh, ih bawel deh. Sana pulang!"

"Jangan kangen."

"Dih picisan."

Lelaki itu, menghidupkan motornya kembali. Setelah sempat melambaikan tangan, dan dibalas serupa empunya, ia berlalu.

Menyisakan gadis berdiri dengan senyuman yang masih setia tersemat di bibir mengamati punggung laki-laki itu menghilang di kegelapan jalanan malam.

Sampai lelaki itu tak terlihat lagi, ia melangkahkan kakinya menuju pagar. Menarik besi penyangga lalu membukanya dan masuk ke pekarangan rumah.

[[🌼]]

"Kok pulang telat, neng?"

Gadis yang baru saja melewati ambang pintu kamar, melirik sekilas pada gadis yang sedang tiduran di ranjangnya.

"Nginep di kamar gue?" balik ia bertanya.

"Yoi. Pengen curhat sama lo," balasnya sembari membawa tubuh untuk duduk, "sekalian mau korek-korek hubungan lo sama Kak Sehun."

"Kepo lo, Sajen. Hubungan lo sama Malika apa kabar? Kurang indah banget sampai ngurusin orang lain?"

Gadis yang dipanggil Sajen mempunyai nama yang cantik yakni; Jennie. Jangan heran, selain suka bicara blak-blakan pada sepupunya ini, Jisoo juga kerap memanggil si cantik Jennie dengan gelar yang aneh-aneh.

Jennie mendengus. Ia tak merasa tersinggung sama sekali dengan kalimat yang mungkin dianggap kasar bila orang lain yang menerimanya. Sejak balita bersama Jisoo, membuatnya sudah sangat hafal tabiat sepupu plus sahabatnya ini.

"Udah terlalu indah banget malahan. Jadi gue mau bantu membenahi hubungan aneh lo sama Kak Sehun. Gak jelas banget kan? Gue gak terima lo digantung mulu. Harusnya sebagai cowok, dia mampu bersikap lebih berani."

Jisoo meletakkan tasnya di gantungan. Ia pun menyusul Jennie yang duduk di tepian kasur. "Berani gimana maksudnya?"

"Ya kasih kepastian lah! Kalau suka, resmiin. Kalau enggak tinggalin! Berhubung lo begonya gak ketulungan, jadi gue yang bakal mewakili menjadi pihak yang pintar."

"Ssshh, pintar dari Afrika? Bucin baru bener." terang Jisoo apa adanya. Jennie hanya menggulir bola matanya.

"Tapi ya, Jen. Gimana mau diresmiin, orang Kak Sehun kan punya Kak Airin."

Pletak!

"Aaah! Sakit babi!" Jisoo meringis memegangi dahinya yang disentil kencang oleh Jennie. Jika Jisoo bar-bar dengan omongannya, maka Jennie bar-bar dengan sikapnya.

"Lo tau kalau si doi udah punya pawang, tapi masih aja betah dimodusin. Transparan banget begonya, terkesima gue."

Jisoo jadi menimbang sendiri. Tak berniat membantah argumen yang Jennie berikan. Walau terdengar bodoh, tapi memang begitulah fakta yang ada.

Ia menarik diri untuk berbaring, menatap langit-langit kamarnya dan memikirkan perihal yang tadi.

Melihat gelagat sepupunya yang tiba-tiba diam, Jennie jadi merasa tak enak hati. Jisoo ini orangnya suka bicara sarkas pada orang lain, tapi saat ia disarkasi, hatinya lemah untuk itu. Sama halnya dengan Jennie, ia sangat hobi menganiaya orang lain dengan tangannya, tapi ia paling rentan jika sudah dikasari secara jasmani.

"Tapi, Ji. Kok gue jadi berpikir keras ya? Kenapa Kak Sehun betah banget sama lo, padahal dia tau, kalau semua orang tau dia udah ada yang punya, termasuk lo. Ini dia mau nguji iman lo, atau gimana sih?"

"Kok nanya gue? Tanya manusianya aja sana. Gue mana tau."

Jennie berekspresi sebal. "Eum... Katanya Kai nih ya, Kak Sehun sama Kak Airin itu jarang komunikasi loh. Si Malika bilang, paling kabar-kabarannya seminggu sekali. Dan... Lo tau gak?"

Jisoo tak menjawab, ia hanya menatap Jennie seolah ingin gadis itu teruskan omongannya.

"Chat sama lo, di sematin paling atas. Gak pernah di hapus pula, sejak pertama kali kalian kontek-kontekan." ini ceritanya, secara tak langsung Jennie membeberkan sikap kurang ajar sang pacar, yang lancang membuka hp orang. Sampai chat dihapus apa enggak aja hafal.

Jisoo tak membalas. Tak bisa dipungkiri, ia senang mendengarnya. Serasa ia diistimewakan? Jennie yang melihat sepupunya senyum-senyum, ikut membaringkan diri di sebelah Jisoo.

"Kalau seumpamanya, Kak Sehun nembak lo, lo terima gak?"

Si empu yang ditanyai terlihat memikirkan pertanyaan itu dengan serius. Kemudian menggeleng sendiri. "Tau ah, gak mau mikir yang enggak-enggak. Toh dia gak nembak gue kan?"

"Yeee, cermat dong cermat. Lo denger sendiri, kalimat awalan gue se.um.pa.ma.nya. Jadi lo jawabnya kalau itu beneran kejadian." omel Jennie.

Line!

Jisoo duduk dari baringannya. Ia mengorek isian tas, guna mencari ponsel yang baru saja memberikan notifikasi.

Locksreen di buka, pesan yang terpampang di layar utama ponselnya membuat gadis itu menganga.

Locksreen di buka, pesan yang terpampang di layar utama ponselnya membuat gadis itu menganga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[[🌼]]

Player (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang