14|Bentuk Perhatian, Ya Kamu

1.5K 250 34
                                    

"Hachu!"

"Duh, Ji. Gak tega gue ninggalin lo sendirian. Malah badan lo udah kayak rice cooker panasnya."

Mereka baru kembali dari acara Mapala semalam. Tidak seperti biasanya, jika Jennie adalah langganan yang sakit, namun kali ini malah Jisoo yang terkena demam, batuk dan flu. Memang salahnya sih, kemarin memaksakan diri untuk ikut Taeyong dan Seulgi yang mengajaknya berfoto di spot foto yang Jisoo bilang bagus waktu itu. Padahal kondisinya, ia baru pulang dari laut, sempat terkena embun dan angin kencang, tapi tetap saja bebal. Diajak istirahat, namun enggan menurut.

"Makanya jangan suka ngebantah sepupu sendiri." Jennie berceramah. Ia baru saja menaruh gelas serta tablet sisa obat yang baru diminum Jisoo.

"Hmm, iya Jen iya..." Jisoo tak punya tenaga untuk berdebat. Ia membaringkan tubuh kembali, seraya menarik selimut ke atas.

"Duh, gimana dong? Kalau gak ingat kuis, rela bolos deh gue. Lo tahu sendiri, kalau gue gak nyicil nilai dari kuis, cuma ngandelin ujian aja, bisa seburuk apa IP gue."

"Berangkat aja, Jen. Gue gak apa-apa kok. Tadi kan baru minum obat, sekarang gue mau tidur lagi. Ngak usah khawatir, palingan entaran gue baikan."

"Tapi kan, Ji. Mana tega gue ninggalin lo sendirian? Malah lagi sakit pula. Kalau lo butuh apa-apa, siapa yang ngambilin? Kalau mau ke kamar mandi, siapa yang nemenin? Kalau kepleset, terus kepala lo kebentur bak, terus geger otak gimana? Kalau lo mati, gue mana punya sepupu cewek lagi! Nanti gue curhat sama siapa? Nyusahin siapa? Ngomelin siapa? Ah! Gak siap gue kalau ditinggal lo!"

Jennie memang suka berlebih kadar cerewetnya bila sesuatu terjadi pada Jisoo. Soalnya, yang biasanya sakit itu dia, jadi gak ada pengalaman banyak ngadepin orang sakit. Pikirannya langsung merambat jauh, memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk.

Meski lemas, Jisoo tetap terkekeh. Masalahnya mimik wajah Jennie saat berujar berlebihan dibumbui khawatir itu sangat lucu.

"Jangan ketawa, kampret! Gue mau nangis ini!"

"Hahaha, Jen. Lo emang overload banget sih semuanya. Gak kadar kebucinan, cerewetnya, tapi khawatirnya juga." kembali tubuhnya dibuat duduk, membuktikan bila ia tak sesakit yang Jennie pikirkan. "thanks, but... gak perlu segitunya. Gue gak akan kenapa-napa kok. Gue masih bisa jingkrak-jingkrak kalau mau. Jadi, gak bakal kepleset di kamar mandi, kalau tadi lo mandi gak naburin sabun di mana-mana."

Jennie memberungut, namun ia mengingat-ngingat apakah tadi membersihkan sabun dengan benar. "Yaudah, tapi kalau ada apa-apa, langsung hubungin gue ya?"

"Dilaksanakan, Sajen..."

Jennie tersenyum kecil saat menyaksikan Jisoo yang berupaya membuatnya tidak khawatir. Mau tak mau, ia pun memang harus berangkat sekarang atau bisa terlambat.

Menyaksikan menghilangnya punggung Jennie di sebalik pintu, Jisoo kembali membuat tubuhnya terbaring. Meski bicara jika ia sehat, tapi tak bisa dibohongi bila kepalanya memang berkunang sakit.

"Ji, ini makanan sama susu gue siapin. Pas lo laper, lo gak perlu jalan ke dapur buat ngambil. Kamar mandi juga udah gue cek, aman kok. Gak licin. Kalau lo pusing, nanti jangan lupa pegangan ke dinding. Kalau sakitnya makin terasa parah, lo harus hubungin gue!" Jennie kembali masuk dengan meletakkan nampan makanan di nakas. "oh, tadi gue hubungin Kak Seulgi, katanya dia gak ada jam kuliah, tapi entaran jam sepuluh. Gue bilangin Eunwoo aja gimana, buat nemenin?"

"Gak usah Jen, astaga... Eunwoo ada kuliah pagi, kemaren dia abis party juga sama teman-temannya, pasti capek. Udahlah, gue gak apa-apa kok. Serius."

Jennie mendesah pelan. Jisoo ini memang jenis manusia yang sangat tidak suka merepotkan orang lain. Tapi kan Eunwoo pacarnya, jadi Jennie minta maaf dalam hati, sebab tak bisa menuruti keinginan Jisoo untuk tak memberi tahu lelaki itu kondisi Jisoo saat ini. Tangan Jennie gatal, hehe.. dia khawatir sih.

Player (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang