09|Pembiasaan Dua Rutinitas

1.8K 280 9
                                    

Tentu momen spesial yang jatuhnya hari ini, tak boleh terlewatkan sia-sia. Dari pagi, hingga malam sebagai penghujung hari, si empu yang menganggap keberkahan di hari ini, tak ingin melewatkan setiap detiknya terbuang sia-sia.

Meski baru resmi semalam, namun agenda sederhana yang dijanjikan jauh-jauh hari tak tercoreng keberadaannya. Sejak pagi, manusia surga bernama Eunwoo tak membiarkan kekasihnya yang masih terasa begitu hangat lantaran baru jadi, berpisah dengannya.

Sepulang dari mengantar Jisoo ke kampus menyerahkan tugas, ia langsung mengajak gadis itu menuju restoran favoritnya. Memberikan kesan yang indah, dengan membuat rencana klise namun tetap romantis, dengan menyewa pemain biola memainkan melodi yang indah, dan tentunya penuh cinta. Perayaan sih katanya. Agak kuno bila dibayangkan, tapi manjur membuat hati menghangat.

Menghabiskan waktu beberapa jam di restoran, mereka kemudian merealisasikan waktu di perpustakaan. Jisoo memiliki beberapa referensi daftar pustaka tugas yang belum ia miliki. Eunwoo yang juga menikmati sastra klasik bentukan bacaan, juga merasa nyaman berlama-lama diperpustakaan. Kapan lagi ia mendapat dua kenyamanan ini secara bersamaan?

Sepulang dari perpustakaan, saat jam telah menunjukkan pukul 19.21, mobil Eunwoo berhenti lagi di tempat favoritnya untuk parkir di depan teras. Lampunya meredup sebelum mesin dimatikan.

"Woo, thank's for today. Ini kategori hari terbaik yang ada di hidup gue. Makasih launch romanticnya, makasih udah nemenin ke toko buku." Jisoo berujar dengan raut yang begitu bersemangat. Ia tak mengada-ngada saat mengatakan jika hari ini adalah salah satu hari berkesan yang terjadi dalam hidupnya.

"No. Gue yang makasih. More than you, it's a perfect day for me. Makasih udah jadi bagian untuk kesempurnaan itu. Enggak. Mungkin yang bener, makasih udah nyempurnain hari ini."

"Lo kayaknya kebanyakan konsumsi gula deh. Omongan lo hari ini, manisnya kebangetan. Mungkin terkesan berlebihan, tapi gue degdegan dengernya."

Eunwoo tersenyum manis. Sudahlah Jisoo tak kuat berlama-lama lagi. Ia meraih sabuk pengaman yang melilit tubuhnya. Membuka benda itu perlahan. "Yaudah, gue turun ya? Gak usah mampir deh, lo pasti capek seharian ini. Sampai rumah, langsung istirahat, jangan ngegeme terkhusus hari ini."

"Perhatian banget sih kak? Seneng gue."

"Yee, baperan banget sih, pak? Udah kayak anak SMP aja." ocehan Jisoo disambut gelak tawa oleh Eunwoo, "yaudah, gue beneran turun dulu."

Gadis itu membuka pintu mobil, kemudian menutupnya kembali. Eunwoo sengaja membuka kaca jendela hingga ke bawah. Senyumannya lagi-lagi terpantri saat gadis itu membungkukkan tubuh dan melambaikan tangan padanya.

"Hati-hati."

Tint!

Jisoo masih melambaikan tangan saat ekor mobil Eunwoo melewati pagar dan menghilang. Setelah tak terlihat lagi, barulah ia berbalik badan dan mulai berjalan menuju pintu rumah.

Baru selesai membuka sepatu dan menggantinya dengan sendal rumahan di pojok teras, netranya menangkap seseorang yang tak lain sedang duduk santai di sofa ruang tengah rumahnya.

"Kak Sehun?"

Lelaki yang sedang bermain handphone itu menoleh. Senyuman tipis ia curahkan menyambut kepulangan gadis yang sejak tadi ia tunggu.

Jisoo berjalan mendekat. "Kapan kakak sampai?"

Sehun menarik pergelangan tangannya ke depan wajah. Mengamati benda penunjuk waktu yang melingkar. "Dari jam 3."

"Ha?!"

Yang benar saja? Jisoo tentu kaget. Sejak jam tiga, dan sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh lewat.

Player (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang