"Kak.."
"Iya..."
Dari tempatnya tadi yang sekarang berjalan menuju tempat tujuan, sebagaimana titipan Seulgi untuk memberikan kunci motor dan agendanya pada Sehun, Jisoo mendapat sapaan-sapaan ramah dari mahasiswa baru. Baik berupa sapaan kata maupun senyuman.
Jisoo telah sampai di depan tenda hijau besar, semacam posko ataupun titik kumpul, yang ia yakini akan dihuni anak-anak mapala. Ia baru akan buka suara untuk bertanya kepada salah seorang dari kakak tingkatnya yang terlihat sedang bersantai di depan posko, mengenai keberadaan mahluk yang ingin ia temui.
Namun, niat itu Jisoo urungkan, kala pandangannya bertemu dengan sosok Sehun. Pemuda itu sudah menghuni motornya menggunakan celana jeans hitam dan jaket kulit hitam. Jadinya Jisoo hanya melewati ketiga kakak tingkatnya tersebut dengan sapaan berupa senyuman, yang dibalas serupa oleh mereka.
"Nih. Katanya, list belanjaan ada di pembatas biru."
Langsung saja Jisoo memberi tahu maksud kedatangannya tanpa memberi sapaan terlebih dahulu. Sebab tadi mereka memang sudah sempat bertukar pandang saat Jisoo berjalan ke mari. Ia menyodongkan agenda yang tadi dititip Seulgi, dengan menaruh kunci motor di atasnya.
"Kok kasih ke kakak? Ya kamu yang pegang lah."
"Lah, kok Jisoo?"
"Kakak kan bawa motor. Oh atau kamu mau gantian yang bawa? Boleh.."
Saat Sehun menggeser tubuh ke jok belakang, dan menepuk-nepuk tempat di depannya, membuat Jisoo mengernyit. "Eh, Jisoo ikut?" tanyanya seraya menunjuk diri sendiri.
Lelaki itu tertawa melihat betapa lucu ekpresi pacar rahasianya ini. "Ya kalau enggak, kenapa kamu yang datang? Hmmn?"
Jisoo memicing sembari bersungut-sungut. Ooh, jadi ini maksudnya titipan kata 'sama-sama' dari si Sipit?
"Ah! Kak Seulgi mah bikin ulah aja. Yaudah, Jisoo panggilin lagi."
Sebelum gadis itu sempat beranjak, pergelangan tangannya ditahan lebih dulu. "Eh, udah... kamu aja yang berangkat kan gak masalah?"
"Tapi——"
"Naik, sayang.."
Lemah. Jisoo terlalu lemah untuk menolak. Akhirnya ia menyusul duduk di jok belakang motor. Menerima sodongan helm, kemudian memakainya sendiri. Kalau dipikir-pikir, sebetulnya ia tak perlu kesal. Apa salahnya berangkat ke pasar bersama Sehun, ketimbang tinggal di sini dan menjadi obat nyamuk lagi? Hanya saja cara si Sipit yang terkesan agak licik nan membuatnya sebal, kenapa harus ditaktik sebegitunya? Padahal jika disuruh terang-terangan, Jisoo pasti akan langsung mengiyakan. Lumayan, bisa jalan-jalan.
"Udah siap?" seru Sehun dari depan.
Jisoo menarik tubuhnya sedikit maju, lalu mengacungkan ibu jarinya di depan helm yang digunakan pemuda itu.
"Pegangannya mana?"
"Nanti aja kalau udah jauh."
Terdengar kekehan dari arah depan. Setelah Sehun membalas acungan ibu jari tadi dengan membuat simbol oke, ia pun menjalankan motornya perlahan.
[[🌼]]
Sudah lebih dari tiga puluh menit, Sehun dan Jisoo berada di pasar tradisional. Kedua pasang langkah kaki mereka lanjut dibawa berputar-putar mengelilingi pasar untuk menemukan satu persatu benda yang tertulis dalam list belanjaan yang Seulgi minta.
"Sabaraha banyak, Aden, Eneng?"
Sekarang mereka dihadapkan dengan lapak sayur-sayuran. Tak seperti yang lainnya nan mempunyai jumlah untuk dibeli, kasus sayuran yang ditulis hanyalah namanya saja. Tak tertera berapa banyak yang harus dibeli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Player (√)
RomanceMau main selingkuh-selingkuhan? Tapi syaratnya gak boleh baper. TOTAL BAB: 1-21 Rank berkesan 1 in Sehunjisoo 2 in Eunsoo 1 in Hunsoo ©Start, 20 Mei 2020 ©End, 13 Feb 2021