10|Jam Tangan

1.5K 277 21
                                    

"Wegah! Gue kan bukan anak mapala. Lagian panas, capek, enggak kuat."

Jadi ceritanya, Jennie mengajak atau lebih tepatnya memaksa Jisoo untuk ikut serta bersamanya mengikuti kegiatan kamping dua hari dua malam nan bertemakan Safe Our Earth yang diadakan anak mapala bertepatan menyambut hari bumi.

"Yeee... sok-sokan manja, njing. Biasanya tujuh gunung juga dijabanin. Gue juga bukan anak mapala. Tapi kan ini untuk umum, anak mapala mah cuma sebagai penanggung jawab."

"Lo sih keliatan modusnya. Malika kan ikut."

"Kak Sehun juga ikut kalau lo lupa."

Jennie meminimalisir suaranya saat mengatakan nama Sehun. Tentu ia masih ingat hubungan aneh Jisoo dan Sehun tidaklah boleh tercium publik.

Jisoo mencibir. "Dianya aja gak ngajak."

"Jadi kalau Kak Sehun yang ngajak lo mau?"

Jisoo mengangkat bahunya acuh tak menjawab. Bukannya tak mau, namun ia masih memendam trauma tentang ledekan dari anak-anak mapala. Bahkan sekarang, jikalau dirinya betul-betul ikut, suara cie cie dan kalimat menyebalkan para seniornya tersebut telah mengusik indra pendengaran Jisoo.

Jangan jauh-jauh, si senior narsis yang satu fakultas dengannya dan sekelas dengan Seulgi, bernama Jackson sudah terbesit bagaimana senyum menyebalkannya di otak Jisoo. Oh ya, jangan lupakan juga keberadaan Mark dan Bobby yang hebohnya juga keterlaluan.

Tak berniat menjawab ataupun melanjutnya obrolan lagi, gadis itu membuat dirinya bangkit. "Lima menit lagi gue ada kelas. Gue duluan."

"Ji! Nama lo gue daftarin pokoknya!"

Jennie berdesis sebal. Ia harus memakai cara apapun agar Jisoo ikut. Si Jisoo gak setia kawan banget sumpah. Padahal Jennie mau-mau aja kalau dia yang ngajak.

Demi apapun, Jennie harus ikut dan Jisoo pun begitu. Jennie tanpa Jisoo itu rasanya es jeruk tanpa gula. Bisa sih diminum tapi kecut. Kalau Jisoo gak ikut, Jennie main sama siapa? Mau ditemenin pipis sama siapa? Yang bakal diledekin siapa?

[[🌼]]

Jadwal kuliah siangnya usai. Tiga puluhan lebih mahasiswa berbondong keluar dari ruangan kuliah. Anak lelaki yang menenteng jas putih melirik-lirik ke arah pintu. Sudut bibirnya terangkat kala yang ditunggu menampakkan diri. Eunwoo melambaikan tangannya.

"Hai? Lama gak nunggunya? Tadi dosennya korupsi jam buat ceritain pengalaman masa muda. Maaf ya." Jisoo merasa tak enak. Sejak di kelas tadi ia selalu melirik jam yang terpajang di dinding belakang layar depan penampil proyektor. Namun dosen laki-laki yang bergelar profesor yang mengajar tak peka-peka akan kejenuhan para mahasiswa. Ceritanya seolah tak bisa di rem selama mengajar.

"Enggak kok, kak. Tujuh menitan lah cuman."

Jisoo tetap saja memberungut. Ia paling tak suka dengan orang yang jam karet sebab dirinya tak suka menunggu. Sekarang ia malah membuat orang lain menunggu. Ya, meski bukan sepenuhnya ia yang mau untuk terlambat, tapi sama saja. Ia membuat seseorang menunggu. Itu intinya!

"Berangkat sekarang?" Eunwoo memberikan senyuman andalannya. Jisoo praktis meluluh. Selalu tak bisa bila sudah dihadapkan dengan pemandangan semanis itu.

Pada jam perkuliahan pertama tadi, Eunwoo mengajak Jisoo ke mall. Ah, mungkin bukan kesan mengajak, namun ingin dimintai tolong memilihkan kado untuk ulang tahun adik temannya. Jisoo yang mengaku kosong, langsung saja mengiyakan. Ia juga ingin membeli sesuatu.

Hadiah ulang tahun pula.

Ulang tahun Sehun.

Jisoo tak lupa jika sebentar lagi pemuda itu akan berulang tahun. Ya, mungkin agak janggal membelikan kado untuk lelaki yang statusnya sama, bersama orang yang berbeda. Tapi berhubung Jisoo begitu malas bergerak atau sekedar memikirkan mall, jadi sekali berangkat ke sana ya sekalian saja.

Player (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang