11|Annoying

1.4K 252 8
                                    

Masih khas dengan wajah memberungutnya yang telah terpatri sejak beberapa detik lalu, Jisoo arahkan muka masamnya tersebut ke arah sosok yang sekarang tersenyum kemenangan.

Bukan Jennie namanya jika menyerah begitu saja saat keinginannya tak tergapai. Seribu satu cara telah tersusun dalam otaknya untuk mewujudkan apa yang ia inginkan menjadi kenyataan.

Sangat tahu kelemahan Jisoo, ia pun mengundang satu sosok yang ia yakini akan perpengaruh untuk mengajak dalam konsep garis keras, si Jisoo yang sok-sokan tak ingin ikut kegiatan mapala.

"Kapan lagi beramal ya kan, kak?" ucapan Jennie yang kesekian kalinya mencoba memengaruhi Jisoo dengan meminta pendapat yang begitu ketara dipaksakan agar sesuai dengan keinginannya, kepada si empu yang ditanya.

"Jangan dosa aja yang diperbanyak, Ji. Umur gak ada yang tau. Toh gak akan ngerugiin juga kan? Terlebih juga bisa banget buat salah satu sarana refreshing. Ayo lah?"

"Jen, berhenti ngeselin bisa?"

Balik Jennie yang memberungut. Tapi percayalah, itu hanya kiasan semata. "Ji, berhenti berprasangka buruk ke sepupu sendiri, bisa? Gue tuh maunya kita gak cuma sama-sama di dunia. Tapi pengen jadi sahabat surga juga." dingin di hati jika itu betulan berasal dari kesungguhan. Tapi tak ada yang tahu pasti bagaimana hati Jennie saat mengutarakannya.

Jisoo menaikkan sebelah bibirnya. Jennie dan Sehun memberikan anggukan yakin. Haish... jika sudah begini, bagaimana cara menolak?

[[🌼]]

Hari sabtu telah datang, agenda keberangkatan mahasiswa global kampus yang dikomandoi anggota mapala, terlaksana hari ini. Tidak begitu banyak yang ikut serta. Hanya sekitar tiga puluhan, yang sepuluh di antaranya adalah anggota mapala sendiri, lalu sisanya untuk umum, kebanyakan anak-anak semester satu, dan yang semester tiga menyelip beberapa orang.

Mereka berangkat menuju lokasi camping menggunakan bis. Tak membutuhkan waktu lama, sebab pemilihan daerah jugalah lokasi yang lumayan dekat dengan kampus. Sekitar satu jam sampai dengan kecepatan 60 km/jam.

"Yaelah, Ji. Jangan diiket mati juga. Coba pikirin besok gimana bukaknya kalau diikat gitu?"

"Tinggal potong. Apa susahnya sih?"

Kedua sepupu tersebut tengah mendirikan tenda mereka. Pondasi berdiri awalannya telah berhasil. Tinggal diikat beberapa bagian lagi agar stabil tak terombang bila terkena angin.

Jisoo yang mendapat tugas mengikat sisi bagian kanan, mendapat omelan dari sang sepupu untuk simpul yang telah ia buat.

"Dasar tak berperiketalian lo! Gak enak dipotong-potong. Coba kalau lo yang dipotong, suka gak?"

"Heeeh, baperan banget si kunti."

"Ini kembar dua kenapa ribut sih?"

Kai memecah pertengkaran kedua saudara tersebut. Jennie tentunya tak ingin membuang kesempatan. Meski Kai sudah tertera menjadi miliknya, tapi cari perhatian tetap boleh lah.

"Ini loh, sayang.. masa Jisoo ngiketnya kayak gini? Besok bukaknya kan susah." ceritanya ngadu, cari perlindungan.

Jisoo menjiplak omongan Jennie yang ia anggap alay, dengan mimik wajah yang menjengkelkan. Jennie yang melihat bersungut-sungut.

Kai melihat sumber kaduan Jennie. Ia terkikik pelan, ini Jisoo mau ngikat tenda atau apa sih? Asal-asalannya ketara banget. Gak niatnya keterlaluan.

"Ji, lo gak pernah ikut pramuka wajib di SMA ya? Prfft... Besok kalau mau ngikat laki lo yang matanya jelalatan, baru gini ikatannya. Kalau tenda ya gak gini."

Player (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang