13|Safe Our Heart (eh) Earth

1.3K 236 12
                                    

"Ji........!!!"

"Jiiiiiii....."

Beberapa panggilan memelas, juga goncangan pada tubuh yang terkesan bar-bar, namun itu seolah tak seberapa bagi gadis yang tidurnya sedang diusik. Meski merespons merasa terganggu, namun ia tetap enggan untuk membuka mata.

"Jii!! Bangun! Temenin gue pipis! Udah gak tahan ini!!!!"

"Jiiiiiii!!!"

Ke bar-baran penuh, Jennie mengoncang tubuh sepupunya itu. Bahkan dengan tega, menarik selimut dengan kuat, seolah tak peduli jika benda itu bisa robek. Masalah pemenuhan pembuangan yang ia alami lebih urgen dari apapun!

"Jiiiiii!! Gue pipis di sini nih?"

Merasa jika dingin suasana mulai menusuk bahu telanjangnya, ditambah rengekan dan penyiksaan yang Jennie lakukan pada tubuhnya, mau tak mau, akhirnya Jisoo membuka mata.

"Apasih, Jennn? Masih ngantuk nih gue!" tangannya bergerak ingin mengambil selimut nan sudah berada di ujung kaki. Menariknya kembali, dan melanjutkan balon mimpi yang dipecahkan Jennie. Tidak tahu saja, jika Jisoo sedang bermimpi indah!

"Ihhh! Temenin pipis! Buruan!" kembali dirinya merengek sembari bergerak-gerak tak nyaman lantaran betulan sudah tak tahan.

"Ayooo..." tangan Jisoo ditarik. Membuat si empu mengalah.

Jisoo lantas duduk, mengucek matanya mencari kejelasan penglihatan.

"Jiiiii..." Jennie sudah kelewatan gregetan. Pertama gara-gara sikap Jisoo yang begitu siput, kedua, karena masalah personalnya sudah berada di titik paling pinggir.

Mendengus, Jisoo mengambil jaketnya yang tergantung. Memakai benda itu, lalu beranjak keluar menyusul Jennie.

"Senter?"

Tak menjawab, Jennie langsung menyodongkan senter yang sudah siaga di tangannya. "Buruuuu..."

Selesai memasang sendal, kedua saudara itu berangkat menuju WC darurat yang disediakan di tepi sungai.

[[🌼]]

Sembari menunggu Jennie yang begitu lama di WC, Jisoo putuskan untuk bermain air di tepi sungai. Di sana banyak batu besar yang bisa dijadikan pijakan.

"Ahhh, leganya..."

Jennie selesai. Ia keluar dengan wajah yang begitu puas. Tangannya meraih gangang senter yang tadi ia gantung di tonggak penyangga terpal.

"J——AAAA SETANNNN!!!!"

Jennie berteriak kencang tak tanggung-tanggung. Ia akan langsung melempar senter di tangannya pada makhluk yang begitu tiba-tiba sudah berdiri di depannya, bila saja tangannya tak ditahan duluan.

"Kok setan? Ini aku, sayangg."

Hampir dua tahun menjalin hubungan, dan hampir setiap waktu bersama, ditambah setiap malam bertelfonan atau video call, Jennie sudah sangat mengenal suara yang dianggapnya paling merdu sejagat raya tersebut. Can't relate mah. Just bucin yang tahu.

"Ihh! Kamu ngapain ngagetin sih? Untung aja aku gak mati jantungan atau stroke. Kan gak lucu, cantik-cantik gini bibirnya mencong-mencong!"

Kai mencoba meredam cuitan kekesalan sang kekasih dengan mengelus surainya. Dan dapat ditebak, kalau Jennie akan langsung luluh. Persis seperti kucing yang paling nyaman dibelai-belai.

Jisoo yang melihat itu semua, menarik sudut bibirnya ke atas. Emang suka jijik menyaksikan kebucinan Jennie dan Malika yang begitu overload.

Player (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang