113 51 6
                                    

-Pancaroba-


RASA SAKIT tidak pernah peduli seberapa besar rasa sayangmu terhadap diri seseorang. Saat kau siap menyayangi, sesungguhnya kau juga telah sepenuhnya siap untuk hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari. Jika kebahagiaan dan kesedihan adalah bagian dari kehidupan, barangkali dirimu diutus oleh tuhan sebagai penghadir keadaan tersebut. Tidak mampu aku menolak, yang aku paham, bagaimana cara menikmati setiap hal yang terjadi.

Kadang terasa sedikit lucu, bagaimana bisa satu tubuh bisa menyajikan dua keadaan dalam selang waktu yang cukup singkat. Di awal kau buat aku terbang tinggi melesat ke udara untuk merasakan kebahagiaan, kemudian kau jatuhkan aku pada kesedihan yang sangat memilukan. Begitukah cinta itu bekerja? Dalam setiap upaya yang ingin memanjakan rasa, kita bersatu untuk kemudian menempuh sirna.

Mati-matian aku mengagumimu, setengah mati kau mampu menghancurkan. Tanpa alasan, hanya dengan sebuah diam yang membuat seluruhnya tenggelam. Hei, siapa yang tengah hidup di hatimu? Bukankah aku masih berada di sana? Di bilik hatimu sebelah mana ia bersembunyi? Izinkan aku sejenak bertemu denganya. Sekadar berbincang seberapa sungguh ia ingin menjagamu. Seberapa serius ia ingin menjadi bagian terpenting dalam hatimu.

Tak perlu takut, aku pandai mengobati kesedihanku. Jika memang telah hilang semua tentang kita, tolong ucapkan dari mulutmu. Jangan biarkan tanda tanya semakin beranak pinak dalam diri kita. Tolong, beri aku satu pemahaman bahwa aku tidak lagi menjadi bagian terpenting dalam hatimu. Aku hanya butuh jawaban, bukan rasa kasihan.

"Aku mencintaimu dengan lapang, dengan bahagia yang bukan kepalang. Sementara kamu mencintaiku sebatas kenang, menyembunyikan cinta untukku pada ruang-ruang kebohongan."

KONTEMPLASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang