^

25 5 0
                                    

-Cinta hanya pinjaman-


SEPERTI embun yang menyelimuti dedaunan di pagi hari, seperti itu kebahagiaan kau dan aku pada hari-hari kemarin. Singkat dan kemudian hilang terkikis oleh mentari. Kadang jika aku pikir-pikir, bagaimana bisa suatu hubungan yang berjalan begitu singkat dapat menyisakan perih sebesar ini? Terdengar sedikit lucu, bukan? Entah aku yang menyikapinya terlalu berlebihan atau memang kenangan singkat denganmu lebih berarti ketimbang kenangan-kenangan lain di masa silam.

Kelebihan apakah yang aku miliki hingga semua tentangmu begitu sulit untuk aku lupakan? Padahal, jika aku tilik dari pelbagai sudut pandang, kau tak jauh beda dengan orang-orang yang pernah menjadi bagian dari perasaanku. Jika aku hitung-hitung, semenjak kau dan aku tidak lagi merajut rasa, barangkali sudah delapan bulan lamanya kau masih begitu setia bernaung dalam pikiranku. Kadang kau menjelma rindu, kadang kau menjelma kekesalan, dan kadang kau masih menjadi malaikat dengan rupa yang begitu indah.

Sungguh tak mampu aku mendefinisikan semua bagian yang tersisa selepas kepergianmu. Mau aku apakan dan aku bagaimanakan reruntuhan ini? Kembali dibangun, sudah tidak mungkin lagi. Dibiarkan berserakan, hanya akan mengganggu pandangan dan isi kepala. Cara menyikapi seperti apa yang harus aku lakukan agar semuanya benar-benar terhenti? Aku tidak menemukan jalan, kecuali pasrah dalam menikmati semua kesakitan.

Andai setiap kali patah hati tidak merusak perasaan dan pikiran yang aku miliki, demi tuhan, jatuh cinta tidak akan pernah aku sesali. Namun, seluruh hal yang ditempuh dalam kehidupan ini akan selalu diiringi oleh konsekuensi. Pilihan baik bisa saja memiliki konsekuensi yang buruk, dan pilihan buruk terkadang memiliki dampak yang begitu baik. Tidak perlu heran dan bertanya-tanya, cukup kau ketahui saja bahwa ganjaran tidak akan pernah berbanding terbalik dengan perbuatan.

Memang tidak ada yang cukup berarti saat sesuatu yang pernah memberi arti harus pergi dari kehidupan ini. Berbagai tanda tanya sudah seperti desakan-desakan utang yang menuntut untuk segera dibayar. Jawaban demi jawaban untuk merelakan akan begitu sulit untuk didapatkan.

Tak habis di sana saja. Saat kesakitan berhasil disembuhkan, beberapa dari luka kemarin mungkin dapat terulang lagi sewaktu-waktu. Apa yang tadinya berakhir tanpa satu pun jawaban, di lain waktu mungkin akan kembali mengambang ke permukaan. Semua kebenaran akan terus menuntut pembelaan. Menunggu waktu memberi jalan untuk menuntaskan seluruh perkara pada masa silam.

Kesedihan akan setia melilit sebuah perasaan yang tidak tahu cara dalam merelakan. Kenangan tidak bisa dijadikan sebagai alasan yang kuat, ketika kau tetap ingin mempertahankan sesuatu ingin terlepas. Cukup kabulkan semua permintaan yang telah disuarakan. Karena, cinta hanyalah pinjaman yang sewaktu-waktu menuntut untuk dikembalikan.

"Rasa sedih yang berlebihan tidak bergantung pada seberapa lama asmara tersebut berlangsung. Kesedihan yang berlebihan bersumber dari pikiran yang terus-terusan diarahkan pada suatu permasalahan."

KONTEMPLASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang