-Amarah-
TANGISKU kini menjulang setinggi langit, tawaku kini membenam ke dasar bumi, dan kebahagiaan menyelundupkan diri dari peredarannya untuk kehidupan ini. Harapan-harapan yang pernah aku rakit terbang bersama jutaan kegagalan yang menakdirkan diri untuk melandas dalam hidupku. Ribuan doa baik yang pernah terbesit dari mulutku untukmu, kini harus mengakui kekalahannya oleh doa-doa orang lain yang telah berhasil merebutmu dari kehidupanku. Hanya kehampaan yang tersisa, dibalut kesepian sebagai seseorang yang malang.
Janji-janji manis yang dahulu kita tuangkan kedalam gelas-gelas kopi pada momen-momen bahagia, kini menjelma tangis di sudut-sudut ruang hampa kala rindu memorak-porandakan indahnya malam yang membentang. Kau dan aku adalah bungkam paling memekak pada ruang-ruang hati yang begitu senyap. Terlahir hanya untuk menjadi dua orang yang saling membenci pada akhirnya. Selain kalimat pilu itu, masih teramat banyak pujian sesal yang ingin aku letupkan kepada dirimu. Mungkin tidak lagi terdengar sopan, sebab saat cinta bercampur dengan amarah, maka makian-makian akan menjadi kata terindah untuk penyelesaian.
Dalam bahasa sesopan ini, di antara deretan kalimat kasar yang telah menggaung di seluruh jagat raya, aku ingin menyampaikan kepadamu tentang lahirnya pecundang ke atas dunia. Aku tidak akan segan-segan menuliskan namamu sebagai salah satu pecundang di antara banyaknya makhluk sejenis yang pernah ada. Sebab, bagiku, seseorang yang baru dapat menyandang predikat sebagai seorang manusia adalah "orang yang mengakui kesalahannya dan tidak membuat rumit kehidupan orang lain dengan kehadiran dirinya".
Sekarang, lihat ke arah dirimu. Rasa tidak bersalahmu itu sama sekali tidak menunjukkan sikap seorang manusia. Dan, lihat ke arahku sekarang, di sini sekujur hati beserta pikiranku telak kau buat terkapar tanpa satu pun rasa kasih. Di mana hatimu jika kau benar adalah bagian dari orang-orang yang memilik hati? Sungguh, aku tidak melihat hal tersebut pada dirimu.
Manusia mana yang begitu tega menghancurkan cita-cita dan harapan dari diri orang lain. Padahal, cita-cita dan harapan tersebut untuk kebaikan dirinya juga. Tubuh dan raga mana yang tidak merasa kasihan ketika ia menyakiti hati dan kehidupan orang lain. Padahal, orang tersebut juga mengusahakan kebaikan untuk dirinya.
Akan ada suatu keadaan dalam hidup ini yang membuatmu menjadi seseorang yang begitu pelit untuk memberikan kata maaf. Keadaan-keadaan tersebut membungkam mulutmu dengan banyaknya kesakitan yang telah dihadirkan oleh seseorang.
"Tak perlu menangisi seseorang yang berniat untuk meninggalkan, karena jika benar mencintaimu, ia tidak akan pernah tega untuk menanggalkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
KONTEMPLASI
Non-Fictionsepenggal rindu kini bermain di antara deretan jarak yang terus berarak. cerita demi cerita yang kini gagal menjadi nyata, pergi menepi kesela pipi yang kian membasah. dalam lantunan doa-doa panjang yang tersenggal-senggal, ribuan sunyi kini memekak...