39 7 0
                                    

-Maaf & Sesal-

DI SUDUT luka yang kini menggantung, mungkin hanya malam yang dapat mengerti tentang cara untuk membuatnya rampung. Tentang hatimu yang kini tertanam dalam hatinya, biarlah menjadi suatu kerelaan yang mau tidak mau harus aku terima. Mungkin, sedetik pun bayangmu tidak pernah bisa untuk aku lepaskan sekalipun dirimu kini sudah tidak menjadi milikku. Di antara jutaan kesibukan, biarlah namamu menjadi rapal dalam doa-doa panjangku di sepertiga malam.

Sepi kini menjadi hangat semenjak aku tahu rasa hangat darimu tidak mungkin lagi bisa aku dapat. Kesendirian kini menjadi taat, sebab kehilangan kini menjadi sekat di antara tatap dan pertemuan. Andai kesungguhan rasa bisa menjadi pemenang dalam cinta, mungkin semua keseriusan tidak akan pernah berakhir sia-sia. Namun, ternyata kesungguhan saja tidak dapat mengekalkan kita, maka dari itu perpisahan meniadakanmu dalam hari-hari yang aku punya.

Oh, santai saja. Kau tidak perlu bersedih sama sekali. Kau tak perlu merasa beruntang budi atas semua hal yang telah aku lakukan terhadapmu. Sungguh, kebaikan tidak harus mendapatkan balasan baik pula, bukan? Tidak masalah jika perpisahan kita harus terealisasi dengan cara seperti ini. Percayalah, tersakiti dan disakiti sudah acap kali aku terima. Untuk hari-hari ke depan, kau hanya perlu mengizinkanku untuk mencicipi senyummu dalam jutaan kejadian yang telah hilang. Tolong, beri izin aku untuk mengingatmu saat kerinduan membutuhkan jawaban. Itu sudah lebih dari cukup sekalipun hubungan kita telah lama saling mencukupkan.

Meratapi sisa-sisa kebahagiaan adalah jalan terbaik dalam hubungan kita. Sebab, jika kita tetap bersama mungkin pertengkaran akan lebih sering merundung hari-hari kita. Nyenyaklah kau kini dalam hari-hari barumu. Tenanglah di sana dalam keadaan-keadaan baru yang mungkin bisa membuatmu bahagia. Aku yakin kamu akan begitu cepat melupakanku, sebab aku tahu seseorang yang hidup dalam hatimu kini jauh lebih indah dan mapan dalam segi apa pun.

Terakhir, aku ingin menyampaikan sesuatu. Jangan sebut ini sebagai kata-kata terakhir atau bahkan secarik pesan. Tapi, kapan pun kau menemukan kalimat ini, dapat aku pastikan bahwa saat itu juga air matamu tidak akan berhenti untuk kau teteskan.

"Kau boleh saja berbahagia dan kini lupa tentang siapa saja yang pernah kau sakiti hatinya. Kau mungkin kini merasa senang dan tidak peduli atas genangan demi genangan yang secara tidak langsung kau timbulkan di sela mata seseorang. Kebahagiaanmu kini adalah hasil dari banyak hati yang telah kau patahkan, maka mulialah hati mereka yang tetap menunggumu sekalipun itu hanyalah sebuah ketidakpastian."

Kalimat itu bukanlah sumpah serapah. Bukan pula bentuk rasa sakit hati terhadapmu. Sungguh, kalimat itu adalah kebaikan jika kelak kau membacanya. Jika kalimat itu sama sekali tidak pernah kau temukan hingga akhir hayat, anggap saja sebagai suatu perwakilan rasa untuk orang-orang yang memiliki posisi sama denganku. Atau, biarlah kalimat itu mengambang di atas jutaan kerelaan yang nantinya tetap menggantung sebagai suatu maaf di langit terindah.

Terima kasih.

"Esok, pada segala sesal yang begitu tabah menetap dalam hatimu akan kau temukan suatu titik saat rasa maaf begitu lapang untuk kau terima. Dalam kurun waktu yang begitu panjang, entah kapan keadaan itu muncul. Namun, percayalah, keadaan tersebut pasti kau dapatkan."

KONTEMPLASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang