^

18 1 0
                                    

-Lapang-

APA JADINYA malam jika tidak berujung pada pagi? Apa jadinya jika udara tiba-tiba berhenti? Apa jadinya jika lautan tidak beriak lagi? Mungkin bumi ini perlahan-lahan akan tumbang. Kenapa di dunia ini manusia hanya berbicara perihal kebahagiaan? Mengapa hidup harus memiliki tujuan jika semua suratan sudah digariskan. Bukankah bersantai di rumah akan lebih mengasyikkan tanpa perlu memikirkan apa-apa? Toh semuanya akan datang dan pergi pada waktunya. Tapi, hidup memang tidak semudah itu. Semudah saat manusia menyalahkan takdir yang ia miliki. Di setiap masalah yang ia dapat, pasti mereka akan berkata, "sudah jalannya."

Lucu, bukan? Mereka tidak perlu berpikir bahwa setiap tindakan yang mereka ambil pastilah akan keputusan sendiri.  Namun, mengapa ketika pilihan tersebut ternyata gagal, mereka tidak pernah menyalahkan diri sendiri. Selalu saja takdir yang kerap disalahkan.

Jika setiap manusia memiliki pencapaian yang berbeda-beda, mengapa tujuannya selalu sama, yaitu kebahagiaan? Jika dengan perbedaan segala sesuatunya akan tampak indah, lalu mengapa ada beberapa orang dikucilkan karena ia tidak ingin seragam. Jika kebaikan adalah suatu hal yang harus dihargai, lalu mengapa sikap baik seseorang terkadang berujung kekecewaan? Apakah benar bahwa kebahagiaan itu hanya ada di langit? Jikalau memang demikian, detik ini aku ingin berpindah dan menetap di sana.

Mungkin kau pernah merasa sedih dan tak ada satu pun telinga yang ingin mendengarkan keluhmu. Mungkin kau juga pernah merasa sendiri dan tidak satu pun raga ingin untuk mendekapmu. Sementara dirimu selalu saja mampu memotivasi orang-orang, mendengarkan curhatan temanmu, bahkan merentangkan pelukan ketika saudaramu membutuhkan. Masalahmu dan segala kecamuk dalam dirimu hanya kau sendiri yang merasakan. Tak ada orang yang hendak mengulurkan tangan untuk memaksamu bangkit.

Oh, kau jangan risau. Sungguh, kau tak pernah sendiri. Aku juga sedang berada pada posisi yang sama denganmu. Tolong, dengarkan ini baik-baik, ya. Kita ini adalah manusia hebat. Kita mampu merawat luka kita sembari mengeringkan luka orang lain. Sungguh, kita hanya butuh diri kita sendiri dalam memperbaiki setiap permasalahan yang ada.

Kau tak perlu merasa sepi, tak perlu putus asa. Jika kau tenggelam, teramat banyak orang di luar sana yang merasa kehilangan. Kau tidak harus menjadi murung. Namun, kau harus mengurungkan niatmu untuk menutup diri pada orang-orang. Jangan mendendam. Itu hanya akan memperburuk keadaan. Sekarang, mari kita belajar cara untuk memproduksi rasa maaf lebih banyak. Percayalah, hati kita lebih berharga daripada kesakitan-kesakitan yang dikadokan orang-orang untuk diri kita.

"Kita ini adalah manusia hebat. Kita mampu merawat luka kita sembari mengeringkan luka orang lain."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KONTEMPLASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang