-Hari esok-
MUNGIN hari ini kau tengah berbahagia dengan ia yang telah berhasil merebutmu dari kehidupanku. Atau, bisa jadi kau dengannya sedang menertawakanku di kejauhan sana karena telah berhasil menghancurkan hidupku. Semua itu tidak masalah, dan aku bersyukur bahwa keburukan dirimu sangat cepat tuhan perlihatkan kepadaku. Kau mungkin lupa atau bahkan tidak pernah tahu bahwa semesta akan selalu berlaku adil untuk semua keburukan yang seseorang lakukan. Hari ini memang kau menang, berbahagia, dan tidak lagi memikirkan apa yang telah kau perbuat. Esok, lusa, atau bahkan pada waktu yang tidak aku ketahui masanya, percayalah bahwa hal serupa juga akan kau rasakan.
Kebahagiaan yang di dapatkan dari hasil menyakiti perasaan orang lain tidak akan bertahan lama. Buruk akan menuai keburukan; kebaikan akan menuai kebaikan pula. Kini rasa sakit memang aku sendiri yang menanggung. Esok, saat segalanya telah sembuh, bersiap-siaplah untuk luka-luka yang pernah aku rasakan akan merundung hari-harimu. Aku tidak mendoakan pun mengharapkan hal tersebut menimpamu. Namun, keadilan tidak akan pernah peduli seikhlas apa orang yang pernah kau sakiti telah memaafkanmu. Semoga kau selalu berbahagia. Sakit ini biarlah kujadikan pembelajaran untuk kehidupan selanjutnya.
Di balik sebuah rasa dan harapan yang begitu kuat akan selalu ada sebuah jalan akhir yang memenjarakan diri pada kebahagiaan atau malah kesedihan. Sebab, hidup tidak selamanya berjalan indah. Rasa gundah juga akan mengisi sela-sela kekosongan saat kebahagiaan telah sampai pada waktunya. Keberuntungan tidak selalu datang pada waktu-waktu yang tepat, pun kesedihan juga kerap datang pada waktu yang tidak kita harapkan.
Tidak ada yang benar-benar hancur dalam sebuah kata pisah. Ia hanya berpindah pada suatu tempat yang tidak begitu asing. Ia tetap berada dalam hatimu sebagai suatu hal yang pernah berarti, dan kini hanya menjadi cerita untuk semua kesendirian yang akan kau jalani.
"Hari ini aku izinkan kau untuk berbahagia, pura-pura lupa atas semua yang pernah kau lakukan. Aku percaya satu hal; di dunia ini kencing saja berbayar, apalagi pengkhianatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
KONTEMPLASI
Non-Fictionsepenggal rindu kini bermain di antara deretan jarak yang terus berarak. cerita demi cerita yang kini gagal menjadi nyata, pergi menepi kesela pipi yang kian membasah. dalam lantunan doa-doa panjang yang tersenggal-senggal, ribuan sunyi kini memekak...