-Tentang duka-
BAGIAN paling buruk dalam mencintai seseorang mungkin ketika beberapa perjalanan yang pernah sama-sama diperjuangkan harus terhenti karena salah satu di antaranya memilih untuk mengakhiri. Atau, malah sebaliknya, ketika kita menyimpan rasa kasih yang teramat besar kepada seseorang, sementara orang yang kita cintai hanya menganggap kita tak lebih dari seorang kawan. Lalu, bagaimana dengan satu rasa yang pernah bersama, berjalan tidak cukup lama, kemudian berakhir karena kehadiran orang ketiga? Semuanya sama-sama menciptakan kesedihan sekalipun perpisahan datang dengan cara yang berbeda-beda.
Kita tidak bisa memaksa cinta untuk tidak tumbuh dalam kehidupan kita. Jika boleh aku umpamakan, mungkin cinta itu tak ubah seperti rumput liar yang dapat tumbuh di mana saja bahkan kapan saja. Ia tidak pernah memandang daerah mana yang akan menjadi tempat ia bertumbuh, walau pada akhirnya cangkul menghabisi tubuhnya.
Saat ini, mungkin kita menyimpan amarah kepada seseorang karena telah menyia-nyiakan rasa kasih dan kepercayaan yang telah kita berikan. Atau, bahkan kita yang di benci oleh seseorang karena telah menyia-nyiakan rasa kasih dan sayang yang sempat ia berikan. Hidup memang akan selalu demikian, berada di antara penyuka dan pembenci, maka kita harus menjadi seseorang yang dewasa dalam menyikapi pelbagai persoalan dalam hidup ini.
Berbicara tentang akhir dari sebuah asmara sama halnya kita berbicara tentang satu keadaan yang mendakwa dua manusia. Kau bisa saja menjadi bersalah atau menjadi benar di mata orang-orang yang menyaksikan. Tergantung pola pikir dan dari sudut mana ia menilainya. Dan, akhirnya cinta bukan berbicara tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, karena cinta bukan tentang mencari pembenaran, namun tentang mencari cara untuk saling mempertahankan.
Untukmu yang kini berbahagia di sudut semesta paling indah, percayalah bahwa aku tidak pernah menyalahkanmu sepihak. Aku tidak pernah membencimu secara berlebihan, bahkan sesekali aku juga merindukanmu untuk sekadar menanyakan kabarku yang malang ini.
Kau mungkin kini nyenyak dengan kebahagiaan barumu, tertidur di antara mimpi dan angan-angan yang sangat indah. Kau mungkin juga merasa bahwa ia yang kini bersamamu adalah sebaik-baiknya pilihan sebagai tempat untuk menyandarkan lelah hingga akhir hayat. Dan, bisa juga kau telah benar-benar percaya bahwa semua nikmat yang kau rasakan hari ini dapat bersifat kekal dan dapat kau cicipi selamanya. Sungguh, tidak masalah bagiku. Sedikit pun aku tidak pernah merasa iri atau benci dengan kehidupanmu sekarang. Aku mengisahkanmu hanya untuk bercerita, bahwa kepergian seseorang yang begitu kita sayangi juga dapat berujung derita pada akhirnya.
"Untuk setiap gelas yang begitu tabah berdiri pada meja-meja kedai kopi tempat kita sering meramu tawa, aku ucapkan ribuan maaf. Untuk setiap kata mesra yang pernah terucap pada malam-malam dingin yang kini harus hilang digusur perpisahan, aku ucapkan ribuan maaf. Untuk puluhan peluk yang pernah hangat menghantar kepulangan senja dan kini kerap bertanya tentang sepasang lengan yang begitu ia kenal, aku ucapkan ribuan maaf. Dan, untuk semua keadaan yang pernah menyokongku dalam merasakan indahnya asmara, aku ucapkan banyak terima kasih. Kalian tidak pernah sia-sia. Kini, nyenyaklah seluruhnya untuk menjadi dongeng di masa tua."
KAMU SEDANG MEMBACA
KONTEMPLASI
Non-Fictionsepenggal rindu kini bermain di antara deretan jarak yang terus berarak. cerita demi cerita yang kini gagal menjadi nyata, pergi menepi kesela pipi yang kian membasah. dalam lantunan doa-doa panjang yang tersenggal-senggal, ribuan sunyi kini memekak...