-Kesendirian menemukan kedewasaan-
JIKA seseorang bertanya perihal asmara kepadaku, aku akan terang-terangan menjawab dengan lantang bahwa hal tersebut tidak lagi aku pikirkan. Aku bukannya trauma atau membenci hal tersebut untuk datang lagi. Jujur, sebenarnya aku hanya belum siap dan masih teringat akan kesakitan-kesakitan kemarin. Memang kita tidak boleh terlarut-larut dalam sebuah kesedihan dan bukankah menutup diri adalah sebaik-baiknya cara agar kesakitan tersebut tidak datang lagi.
Jatuh dalam rasa cinta memang teramat nikmat, sungguh. Tapi, kekecewaan dan rasa sakit yang disebabkan oleh rasa cinta tersebut tidak akan pernah senikmat saat kau baru mengenalnya. Lalu, apakah salah jika kini aku memilih untuk menyendiri? Oh, jelas tidak. Bukankah dengan kesendirian kita lebih mampu menenangkan diri, memaafkan setiap kesalahan, dan menikmati setiap kekosongan agar mampu mengintrospeksi diri. Terang saja, ada satu kebahagiaan yang kini aku temukan dalam kesendirian. Iya bernama "kesabaran".
Bukankah demikian, kita baru akan sadar bahwa sendiri itu menyenangkan saat kita telah berpasangan, namun tidak pernah dianggap. Kita baru akan menyadari bahwa menyepi itu mengasyikkan ketika kita telah menempuh keramaian, namun tak pernah dilibatkan. Hancur memang, dunia seakan tidak pernah mengerti. Kadang beberapa situasi yang sedang kita inginkan malah pergi menjauh, dan saat semuanya tidak lagi kita butuhkan, barulah ia datang mendekat.
Di antara banyaknya orang yang menutup rapat pintu hatinya untuk sebuah rasa cinta yang baru, tentu saja mereka memilik alasan tersendiri. Entah karena buruknya masa lalu akan hal tersebut, atau malah ia benar-benar tidak percaya lagi untuk semua hal yang berkaitan dengan cinta. Itu hak pribadi masing-masing, sebab mereka lebih tahu mana yang lebih baik bagi diri mereka.
Sementara aku? Biarlah tetap seperti ini. Aku tidak pernah membenci. Aku hanya sedang memberi ruang untuk diriku sendiri. Mencoba memperbaiki setiap keburukan yang ada pada diriku untuk kemudian menjadi seseorang yang lebih dewasa. Tidak ada yang mudah dalam hidup ini. Tidak ada yang bersih. Manusia adalah kesalahan-kesalahan yang tidak beralasan.
Perihal waktu kapan akan kubuka kembali pintu hati, aku sendiri tidak pernah menargetkan. Biarlah semuanya berjalan seperti air mengalir. Karena amarah juga akan surut seiring usia yang menua. Rasa maaf akan muncul seiring waktu yang berjalan. Kesedihan itu seperti bunga, harus menunggu layu untuk kembali mekar. Begitu sekiranya.
Aku hanya ingin rehat sejenak. Menikmati kicauan burung pagi, melihat keindahan senja yang tenggelam, dan meresapi malam yang memiliki ribuan keindahan tanpa ingin lagi terbebani oleh hal-hal yang mengerikan. Tanpa cinta kita tidak akan mati. Tanpa cinta kita masih tetap bisa berbahagia, karena cinta tidak bersumber dari satu nyawa saja. Apa pun Yang membuatmu nyaman itu adalah cinta, termasuk kesendirian.
"Kembali mencinta sama halnya berpulang pada duka. Saling berbahagia untuk kemudian larut dalam kesedihan masing-masing."
KAMU SEDANG MEMBACA
KONTEMPLASI
Non-Fictionsepenggal rindu kini bermain di antara deretan jarak yang terus berarak. cerita demi cerita yang kini gagal menjadi nyata, pergi menepi kesela pipi yang kian membasah. dalam lantunan doa-doa panjang yang tersenggal-senggal, ribuan sunyi kini memekak...