Yoonji kembali masuk ke sekolahnya setelah libur sekitar satu bulan. Tidak ada yang spesial menurutnya selain jadi senior kali ini. Rasanya lebih menyenangkan jadi senior pastinya, mereka lebih bebas 'menguasai' sekolah.
Yoonji berpamitan ke kakaknya dan langsung berangkat ke sekolah. Ia masih harus mencari kelasnya terlebih dahulu di absensi dari tiap kelas, dan akhirnya dia menemukan kelasnya, 12-4. Dia memasuki kelas dan melihat Yeri, sahabatnya dari tahun pertama masuk, sudah duduk di salah satu kursi. Ia tersenyum begitu melihat Yoonji dan menepuk kursi sebelahnya menandakan ia sudah memilih kursi itu untuk Yoonji.
"Tumben ga telat," tanya Yeri begitu Yoonji duduk di sebelahnya. Bukan apa, biasanya Yoonji telat masuk di hari pertama sekolah.
"Ga bisa telat, oppa gue banguninnya pagi banget," Yoonji pun membaringkan kepalanya dan memejamkan matanya. Yeri hanya bisa tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Begitu bel masuk berbunyi, Yeri langsung menepuk-nepuk pundak Yoonji untuk membangunkan dia. Pagi hari seperti biasa wali kelas hanya memperkenalkan dirinya dan meminta murid-murid untuk memperkenalkan diri mereka secara singkat karena ini kelas baru dan beberapa dari mereka belum mengenal satu sama lain.
Saat istirahat, Yoonji langsung keluar kelas bersama Yeri. Tapi Irene menghalangi jalannya dan menahannya.
"Lu duluan aja," ucap Yoonji pada Yeri.
"Kamu sekelas sama Jimin ya?" Irene merupakan siswa yang terkenal di angkatan Yoonji, dia terkenal karena dia selalu mengejar lelaki yang dia sukai tanpa ampun. Dia tidak akan membiarkan lelaki itu jauh-jauh dari pantauannya.
"Iya, mungkin," Yoonji semakin mengecilkan suaranya karena ia saja tidak yakin apakah ada orang bernama Jimin di kelasnya.
"Tolong dong kasih ini buat Jimin. Aku mau kasih ke dia, tapi aku malu banget. Tolong juga bilang ke dia besok harus dipake," Irene menyodorkan paperbag coklat kepada Yoonji.
"Oh, oke," Yoonji mengambil paperbag nya dan Irene langsung pergi setelah mengucapkan terimakasih. Yoonji mengintip isi paperbag itu yang ternyata adalah hoodie berwarna hitam. Yoonji meletakan paperbag nya di bawah lacinya karena ia harus mencari tau dulu siapa Jimin.
Begitu sampai di kantin, dia langsung duduk bersama Yeri dan Jihyo. Dulu Jihyo sekelas dengan Yoonji saat kelas 11, namun sekarang mereka berbeda kelas.
"Irene tadi kenapa? Tumben banget nyariin kamu," Yeri langsung bertanya pada Yoonji.
"Eh sebelum itu, gue mau nanya dulu. Jimin itu yang mana ya?" Yeri dan Jihyo bertatap-tatapan satu sama lain.
"Tuh yang itu tuh," Jihyo menunjuk lelaki yang sedang berjalan menuju meja yang dipenuhi 5 orang lelaki lainnya.
"Yang lagi jalan?" Jihyo mengangguk.
"Kenapa emang sama dia?" Yeri pun mulai penasaran membuat Yoonji langsung menjelaskan.
"Tadi Irene minta tolong kasihin hadiah ke Jimin. Jadi sebelum gue kasih, gue harus mastiin dulu Jimin tuh yang mana. Gue kan ga hafal semua anak angkatan kita, lagian Irene niat banget sampe nyari kelasnya Jimin. Apa bagusnya sih?"
"Ga ada. Bener-bener ga ada bagusnya selain mukanya. Nilainya biasa aja bahkan bisa dibilang jelek, sikapnya apalagi, jelek pake banget. Dia tuh suka mainin perasaan cewe-cewe. Tahun kemarin, aku sekelas sama dia, dan dia tuh ngedeketin hampir semua anak cewe di kelas. Kalo si A udah nyaman sama dia dan menunjukan tanda-tanda suka sama Jimin, nanti dia pindah ke B dan ngebuang si A ini gitu aja. Gitu aja terus sampe naik kelas. Jadi aku saranin, kamu jangan banyak urusan sama dia," ucap Yeri memperingati Yoonji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent || Jimin✔️ [COMPLETED]
FanfictionKatanya, SMA adalah masa terindah jadi jangan sia-siakan masa SMA. Katanya, kalau SMA tidak dilalui dengan baik maka kita akan menyesal di kemudian hari. Semua hanya berdasarkan 'katanya' bagi Yoonji. Menurutnya tidak ada yang spesial di masa SMA, s...