13

69 14 0
                                    

Yoonji menyusuri koridor sekolah dengan perasaan yang teramat tidak tenang. Dia masih memikirkan foto yang dilihatnya kemarin begitu dia sampai rumah. Selama makan malam pun Yoonji seringkali tidak fokus dan melamun membuat oppanya khawatir tapi Yoonji berusaha meyakinkan oppanya kalau dia tidak apa-apa.

Begitu sampai kelas dia melihat pemandangan aneh. Dia melihat Seulgi sedang duduk berhadap-hadapan dengan Jimin, itu membuatnya semakin tidak bisa tenang. Tapi dia berusaha bersikap senatural mungkin dan meletakan tasnya di kursinya lalu duduk dan membaringkan kepalanya di atas meja.

"Eh aku ke kelas dulu ya. Bye," Yoonji bisa mendengar suara Seulgi yang diikuti dengan bunyi langkah kaki menjauhi dirinya. Yoonji pun terbangun dan menoleh mendapati Jimin yang sedang duduk sendiri.

Entahlah dia sedang tidak ingin bersama Jimin sekarang jadi dia pun kembali membaringkan kepalanya di atas meja sampai Yeri datang.

"Morning sleepyhead," Yeri meletakan tasnya di sebelah Yoonji lalu duduk di kursinya.

"Kenapa nih? Tumben banget ga bareng Jimin," Yoonji pun mendongak ke arah Yeri.

"Gue kayaknya harus ngobrol sama lu deh," Yoonji berdiri lalu menarik tangan Yeri ke luar kelas. Yoonji memberhentikan langkahnya di ujung koridor yang lumayan sepi karena belum banyak murid yang datang.

"Kemaren Jungkook ngirimin ini," Yoonji menunjukan HP-nya dan Yeri yang melihatnya pun sedikit terkejut.

"Ini kan..."

"Iya ini Jimin sama Seulgi di lapangan futsal," iya foto itu adalah foto Jimin dan Seulgi.

Mereka sedang mengobrol dan mereka terlihat senang satu sama lain, tapi bukan itu yang membuat Yoonji tidak tenang dari kemarin, walaupun itu memang salah satu alasannya sih.

Tapi Yoonji lebih kesal dengan Jimin dan Seulgi yang duduk di bangku lapangan futsal di saat Jimin bilang dia akan bermain basket dengan teman-temannya. Sudah jelas kan bermain basket tidak mungkin di lapangan futsal? Yoonji jadi berpikir Jimin berbohong padanya, pantas saja sejak kemarin perasaannya tidak enak.

"Kemaren Jimin bilang dia ga bisa nganterin gue pulang soalnya dia mau main sama anak-anak basket lainnya. Tapi ngeliat ini bikin gue yakin dia bohong sama gue," Yoonji pun memasukan HP-nya ke dalam sakunya lagi.

"Tapi mereka kan emang lumayan deket."

"Gue ga masalah mereka ngobrol berdua kayak gitu, yang gue permasalahin cuman Jimin yang bohong bilang dia mau main basket tapi dia malah ada di lapangan futsal. Terlebih lagi tadi pas gue dateng, Seulgi ada di kelas lagi ngobrol sama Jimin dan Jimin bahkan ga ngelirik sedikit pun ke gue," Yeri merangkul sahabatnya itu.

"Mereka ga ada apa-apa kok, percaya deh. Udah ah ga usah sedih gini, kan kamu udah berhasil menangin hati Jimin. Masa dia bisa pindah hati cepet gini?" Yoonji pun hanya mengangguk lalu mereka kembali ke kelas.

Jimin terlihat seperti tidak melakukan apapun dan dia tetap berbincang seperti biasa dengan teman-temannya. Itu membuat Yoonji sedikit muak, ayolah wanita memang seperti ini. Dia benci dengan sesuatu hal yang dilakukan oleh orang yang disukainya, tapi dia tidak mau mengatakan hal itu pada prianya dan memilih untuk diam karena dia masih percaya pada orang yang disukainya. Atau mungkin wanita hanya menunggu prianya sadar terlebih dahulu karena dia sudah lelah mengusahakan segalanya.

Dan juga ini bukan salah wanita sepenuhnya, seharusnya pria juga mau menanyakan dan mau berinisiatif bukan? Itulah yang membuat Yoonji kesal sendiri tapi Jimin bahkan tidak menyadarinya.

Saat jam makan siang pun Jimin duduk bersama Seulgi. Hanya berdua karena Jungkook dan Hyungseok duduk bersama Yoonji, Yeri dan Jihyo.

"Ga usah diliatin terus," Hyungseok membalikan kepala Yoonji menggunakan tangannya lalu menundukan kepala Yoonji agar dia hanya fokus pada makanannya.

"Jimin kenapa sih astaga," Yoonji mengomel sendiri dan hanya Hyungseok yang bisa mendengarnya karena dia duduk di sebelah Yoonji.

"Keliling-keliling aja yuk," Hyungseok berdiri dari duduknya lalu menarik tangan Yoonji untuk ikut berdiri juga. Hyungseok pun merangkul pinggang adiknya itu dan berjalan di depan Jimin.

"Lu harus ngehargain cewe selagi cewe itu masih peduli sama lu," ucap Hyungseok lumayan keras membuat Jimin mendengarnya.

Jimin memperhatikan mereka berdua yang berjalan keluar kantin dengan perasaan cemburu tentu saja. Dia mengerti Hyungseok adalah kakak tiri Yoonji, tapi bukannya merangkul pinggang Yoonji agak keterlaluan? Jimin pun mengikuti mereka dan menarik tangan Hyungseok dari pinggang Yoonji.

"Bukannya berlebihan kalau lu rangkul adik lu kayak gitu?" tanya Jimin sambil memegangi tangan Taehyung.

"Makanya peka dong jadi cowo," Taehyung menarik tangannya dari genggaman Jimin. Jimin pun menarik kerah baju Taehyung. Murid-murid yang melewati koridor pun berkumpul mengelilingi mereka.

"Jimin stop," Yoonji menarik Jimin menjauhi Hyungseok agar tidak menarik perhatian guru yang sewaktu-waktu bisa saja melewati koridor.

"Kok lu bela dia sih?" Jimin menatap Yoonji tidak percaya.

"Bukannya harusnya gue yang nanya kenapa lu kayak gitu ke temen lu sendiri?"

"Dia ngerangkul lu!"

"Terus kenapa? Lu juga lagi ketawa-ketawa sama cewe lain tuh. Lu kira gue ga tau kemarin lu berduaan sama Seulgi di lapangan futsal? Gue tau semuanya Jim jadi lu ga usah bohong lagi sama gue."

"Dia temen gue!"

"Kalau gitu Taehyung juga temen gue," Yoonji pun pergi meninggalkan Jimin yang tidak bisa berkata apa-apa.

Yoonji juga melewati Hyungseok begitu saja sambil menahan air matanya. Ini memang bukan pertama kalinya dia bertengkar dengan Jimin, tapi ini rasanya lebih sakit dari pertengkaran mereka yang terakhir. Iya pertengkaran yang dikarenakan appa Yoonji.

Yoonji pun tidak mengerti kenapa dia berani mengatakan hal seperti itu pada Jimin. Dia tidak menyangka dia bisa melawan perkataan Jimin. Mungkin karena akhirnya dia bisa berkata jujur pada Jimin? Entahlah Yoonji juga tidak mengerti perasaannya saat ini. Entah dia puas bisa membuat Jimin bungkam atau kecewa karena Jimin tidak mengejarnya dan berusaha meyakinkan dirinya.

Yoonji menuju atap sekolah di mana dia bisa menangis tanpa dilihat banyak orang. Perasaannya bercampur aduk sekarang. Mengingat Jungkook mengirimnya foto Jimin dan Seulgi berduaan saja di lapangan futsal, tangisan Yoonji pun semakin pecah.

"Astaga gue tau lu lagi sedih banget, tapi ga usah ganggu orang tidur dong," Jungkook muncul entah darimana mendekati Yoonji dan berdiri di sebelahnya.

"Kok ada lu sih?" Yoonji pun langsung berhenti menangis dan mengusap air matanya.

"Tadi pas gue liat Jimin ngikutin kalian gue ngikutin juga. Pas gue nyampe lu udah narik Jimin ngejauh jadi gue ke sini aja sekalian mau tidur," Yoonji masih sesegukan karena dia tadi menangis cukup keras.

"Gue ngerti Jimin sama Seulgi temenan dari kelas 10, tapi dia ga usah bohong juga bilang mau main basket padahal ketemu Seulgi. Gue ga ngertinya itu," Yoonji kembali meneteskan air matanya dan berjongkok di samping Jungkook.

"Banyak cewe yang nasibnya kayak lu gini. Jimin tuh udah bikin banyak anak orang nangis gara-gara kelakuan dia. Tapi dari semua cewe yang dia deketin, cuman lu yang bener-bener bisa bikin dia nyaman lagi. Cuman lu yang dia ajakin bolos pelajaran, jalan-jalan sana sini. Biasanya cewenya yang ngajakin," Jungkook duduk dan bersandar di tembok menatapi Yoonji.

"Mungkin gue emang lebay ya? Harusnya gue dengerin Jimin, tapi dia malah mau mukul Taehyung. Entah kenapa gue jadi makin sakit hati ngeliatnya."

"Aish, jangan nangis depan gue lagi. Gue ga suka liat lu nangis," Jungkook pun menarik Yoonji untuk duduk di sebelahnya.

"Sekarang lu masuk kelas lagi sana. Udah bel dari tadi kayaknya, pulang sekolah nanti coba ajak Jimin ngobrol," Yoonji hanya mengangguk lalu menghapus air matanya dan berdiri meninggalkan Jungkook.

Jungkook hanya tersenyum miris menatap punggung Yoonji yang semakin menjauh. Entahlah, rasanya sakit melihat Yoonji meninggalkannya untuk lelaki brengsek macam Jimin padahal dia sendiri yang membuat Yoonji kembali pada laki-laki itu.

Evanescent || Jimin✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang