"Semuanya tinggal masalah waktu aja."
Yoonji hanya tersenyum pahit mendengar Jimin berbicara seperti itu. Dia kira dia sudah menemukan cintanya kali ini, tapi sepertinya Jimin tidak mempedulikannya. Jimin tidak menyadarinya sama sekali.
"Lu pertama ngerasain cinta pertama lu kapan?" tanya Yoonji penasaran.
"Ga tau deh. Saking banyaknya cewe yang ngejar, gue udah lupa kapan gue ngerasain cinta yang bener-bener cinta. Mungkin waktu gw kelas 1 SD kali ya?" Jimin tertawa dengan ucapannya sendiri.
"Ga usah pamer dong ah."
"Eh kan lu nanya gimana sih?" Jimin menyentil dahi Yoonji yang membuatnya meringis.
"Abis Irene tau hoodienya dibuang gimana ya reaksinya?"
"Semoga aja gue dijauhin sih. Sumpah deh gue cape kalo dikejar-kejarnya sama cewe jenis begitu," Yoonji terkekeh.
"Suruh siapa jadi manusia ganteng banget," Yoonji hanya bergumam sebenarnya tapi Jimin mendengarnya. Dia langsung menoleh pada Yoonji yang terlihat seperti tidak mengatakan apa-apa.
"Lu tadi bilang apa?" Yoonji menoleh dan tersenyum sambil menggeleng.
"Ga bilang apa-apa tuh," Yoonji mengangkat kedua bahunya dengan muka polos.
"Ish kedengeran tau."
"Apa emangnya?" Yoonji menatap Jimin seakan menantang.
"Ngga ah nanti gue geli sendiri," Jimin langsung memalingkan wajahnya dari Yoonji.
"Mau balik kapan? Lama-lama guru juga bakal nyadar ada yang ngilang," Yoonji menoleh ke Jimin yang sedang memejamkan matanya sambil mendongak ke langit. Sempurna. Pikir Yoonji. Jimin memang sempurna, hanya saja sikapnya yang memang brengsek.
"Gue sih ga mau balik sampe pulang niatnya. Mau jalan-jalan aja ga?" Jimin membuka matanya dan menoleh ke Yoonji yang membuat Yoonji salah tingkah.
"Ke mana?" tanya Yoonji menunduk malu.
"Ke tempat makan kesukaan gue," Jimin berdiri dan mengulurkan tangannya pada Yoonji. Yoonji menggenggam tangan Jimin dan berdiri juga.
Biarin semuanya kayak gini aja, biarin dia ga tau tapi seenggaknya gue tetep bisa deket sama dia. Ucap Yoonji dalam hati.
Mereka keluar sekolah melewati pagar belakang sekolah. Jimin melompati pagar dalam sekali coba membuat Yoonji terkejut melihatnya.
"Ish gue pake rok. Masa gue parkour juga sih?" Jimin terkekeh.
"Gue ga bakal liat deh. Sini," Jimin mengulurkan tangan kanannya dan menutup matanya dengan tangan kirinya.
"Ga usah, lu balik badan aja," Jimin pun menuruti dan membalikan badannya.
Untung pagarnya cukup pendek jadi Yoonji bisa melompatinya dengan mudah. Begitu Yoonji sudah mendarat di tanah, Jimin membuka matanya.
"Daritadi lu nutup mata?"
"Kan gue udah bilang gue ga bakal liat," Jimin tersenyum lalu menarik tangan Yoonji untuk jalan bersamanya. Menurut Yoonji, Jimin itu manis dan tidak sebrengsek yang dia kira.
Mereka pun mendatangi salah satu restoran yang katanya langganan Jimin. Mungkin memang Jimin sering ke sini karena begitu masuk dia langsung disambut bibi penjualnya dengan akrab.
"Wah siapa nih? Baru kali ini loh kamu bawa cewe ke sini," bibi itu tersenyum pada Yoonji ramah dan menjabat tangan Yoonji.
"Ini temen aku," Jimin senyum dan langsung mencari tempat duduk. Entah kenapa ucapannya terdengar seperti dia menekankan kata teman dan itu membuat Yoonji sedikit sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent || Jimin✔️ [COMPLETED]
FanfictionKatanya, SMA adalah masa terindah jadi jangan sia-siakan masa SMA. Katanya, kalau SMA tidak dilalui dengan baik maka kita akan menyesal di kemudian hari. Semua hanya berdasarkan 'katanya' bagi Yoonji. Menurutnya tidak ada yang spesial di masa SMA, s...