"Lu baik-baik aja?" tanya Jimin membuka pembicaraan di antara mereka.
"Lebih baik dari terakhir kali kita ngobrol," ucap Yoonji sedikit tersenyum tanpa menoleh sedikit pun ke arah Jimin.
Mereka sedang berada di atap sekolah, melihat pemandangan kota di sore hari sembari menikmati angin yang berhembus pelan.
"Baguslah," Jimin ikut tersenyum. Suasana masih agak canggung di antara mereka, sulit mencari topik pembicaraan.
"Gue belum sempat jelasin semuanya waktu itu," Yoonji hanya terdiam menunggu Jimin melanjutkan kalimatnya.
"Seulgi bilang-"
"Aku udah tau itu. Ga ada yang perlu kamu jelasin lagi, aku udah tau semuanya. Tapi sebenernya, mungkin akan lebih baik kalau aku ga tau itu semua. Karena aku tau kamu percaya Seulgi begitu aja, rasanya aku makin kecewa. Berarti kamu ga bisa percaya sama aku dan lebih percaya sama orang yang bahkan ga tau kehidupan aku seperti apa," Yoonji kini menoleh pada Jimin.
"Gue bisa perbaikin semuanya, tolong kasih gue kesempatan terakhir," Jimin menggenggam kedua tangan Yoonji.
"Ga bisa," Yoonji melepaskan genggaman Jimin begitu saja.
"Aku ga mau buta untuk kedua kalinya," Yoonji terdiam sebentar.
"Cinta itu buta. Cinta itu bikin kita jadi bodoh sesaat. Saking cintanya sama orang, aku sampai lupa kalau aku bisa diterbangin setinggi-tingginya dan juga dibuat jatuh sedalam-dalamnya oleh orang yang sama," Yoonji tersenyum miris.
"Selama ini aku menganggap perasaan itu palsu. Makanya aku ga mau menaruh perasaan sama seseorang. Awalnya aku kira kamu berbeda dari yang lain. Tapi akhirnya sama aja kan? Aku kecewa berkali-kali karena terlalu sering menaruh perasaan, dan aku ga akan melakukan kesalahan yang sama. Sedari awal, kita emang saling suka aja kan tanpa hubungan yang pasti? Sekarang juga akan sama seperti dulu, hanya saja saat ini cuman kamu yang menaruh perasaan," Jimin tertegun mendengar ucapan Yoonji.
"Astaga akhirnya aku ngomong kayak gitu juga," Yoonji menghela napas lega.
"Itu yang mau aku bilang dari awal. Aku mikirin kalimat yang tepat berhari-hari. Itu semua perasaan aku selama ini, kamu ga usah menghindar. Kita tetap bisa berteman, kamu hanya perlu nerima kenyataan kalau kita udah ga seperti dulu lagi," Yoonji tersenyum lega kali ini begitu juga Jimin.
Akhirnya semua yang ingin Yoonji katakan bisa didengar oleh Jimin. Perasaan yang selama ini dia pendam akhirnya terlepaskan, rasanya lega bisa mengatakan yang sejujurnya pada Jimin.
"Gue kira abis lu ngomong kayak tadi, lu bakal pergi gitu aja," Jimin tertawa kecil.
"Aku sempat berpikir untuk kabur lagi. Tapi kalau aku kabur lagi, kapan urusan kita bakal selesai? Aku udah kabur dari masalah selama bertahun-tahun, dan aku ga mau ngulang kesalahan yang sama dengan kabur."
"Omongan lu seakan-akan lu udah bener-bener ga mau berurusan sama gue lagi," ucap Jimin dengan nada bercanda.
"Ayo balik, di sini dingin," Yoonji berjalan mendahului Jimin sementara Jimin mengikutinya dari belakang.
Di tangga, Jungkook, Hyungseok dan Yoongi sudah menunggu Yoonji dengan tatapan dingin.
"Kalian napain di sini?" tanya Yoonji pada ketiga orang itu.
"Lu napain masih ngomong sama bajingan itu?" ucap Jungkook dingin.
"Udah oppa bilang, dia ga penting, kenapa masih diladenin?" tanya Yoongi tidak kalah dinginnya.
"Kalian kenapa sih? Justru aku berusaha baikan sama manusia ini, kita cuman mau balik temenan aja, apa ga boleh?"
"Heol, lu masih bisa nerima dia buat jadi temen lu?" Hyungseok bertanya sambil menatap Jimin dengan sinis.
"Dulu dia juga temen kalian berdua. Dia emang ngelakuin kesalahan, tapi itu ga merugikan kalian kan? Kalau dipikir-pikir lagi, kalian ga ada ruginya dengan dia pacaran sama Seulgi. Tapi kenapa kalian bertingkah seolah dia adalah seorang pembunuh? Aku bahkan udah maafin dia, kalian terlalu berlebihan. Ayo Jimin," ucap Yoonji lalu menarik tangan Jimin dan pergi menjauhi tiga orang itu.
"Lu bisa-bisanya masih bela gue," Jimin tersenyum senang sembari melihat tangan Yoonji yang menggenggam tangannya.
"Kita kan udah baikan," Yoonji berhenti lalu berbalik menghadap Jimin.
Yoonji menyadari tangannya masih menggenggam tangan Jimin dan seketika itu juga dia langsung melepaskan genggaman mereka.
"Eh maaf, kebablasan."
"Ga apa kok."
"Ga apa apanya? Kamu udah punya cewe loh, masa aku dengan ga tau dirinya megang tangan kamu seenaknya?" Jimin sedikit menunduk mendengar perkataan Yoonji. Masih sulit menerima kenyataan bahwa kini ia kehilangan gadis seperti Yoonji.
"Gue putus sama Seulgi," Yoonji menatap Jimin kaget.
"Serius? Kalian ada masalah apa emangnya?"
"Seulgi udah bohongin gue, ya kali gue pacaran terus sama orang yang udah bohongin gue," Yoonji mengangguk-angguk mengerti.
"Kalian udah baikan?" tanya Yoonji tiba-tiba.
"Eh? Kenapa nanya gitu?"
"Seulgi juga pasti sakit hati. Aku tiba-tiba deket sama kamu padahal dia duluan yang selalu ada buat kamu. Iya sih dia salah karena udah bohongin kamu, tapi dia pasti ga ada niat nyakitin kamu. Tapi setelah kamu tau semuanya, kamu malah buang dia gitu aja padahal dia selama ini udah berjuang mati-matian buat ngejaga hubungan kalian. Coba pikirin lagi baik-baik, pasti nanti kamu ngerti maksud aku," Yoonji tersenyum pada Jimin lalu kembali masuk ke ruang auditorium.
Hari itu berakhir dengan baik. Yoonji berbaikan dengan Jimin menjadi pelengkap hari yang baik saat itu. Memang mereka tidak bisa melanjutkan hubungan seperti semula lagi, tapi mereka kembali berteman. Itu sudah cukup bagus kan?
"Tadi penampilan kamu bagus," ucap Jaewon sembari melihat putrinya lewat spion tengah.
"Hahaha, makasih appa," Yoonji tersipu malu.
"Iya, aku bahkan ga nyangka dia bisa nyanyi seemosional itu," Hyungseok yang duduk di sebelah Yoonji pun mengagumi penampilannya tadi.
"Ga mau audisi jadi penyanyi aja?" Yoongi juga ikut meramaikan suasana mobil malam itu.
"Coba kali ya?" Yoonji sebenenarnya sedikit tertarik dengan dunia entertainment.
Dulu waktu kecil ia pernah bercita-cita menjadi seorang penyanyi. Tapi setelah appanya pergi, dia tidak tertarik lagi dengan bernyanyi. Namun setelah tampil di atas panggung, rasanya Yoonji ingin mencoba menjadikan hobinya sedikit lebih serius.
"Audisi buat jadi idol bisa kali ya?" Yoonji menanyakan pendapat keluarganya.
"Bisalah, lu kan suka joget-joget ga jelas," Yoonji menatap Hyungseok dengan tatapan sebal.
"Bisa, cobain aja dulu. Appa juga pasti setuju kan?" Yoongi menoleh ke appanya.
"Ya kalau Yoonji mau coba, silahkan aja, ga akan appa larang."
"Makasih ya kalian," Yoonji tersenyum lalu mengambil handphone-nya untuk mulai mencari-cari info tentang audisi menjadi idol.
**
hai guysss! astaga ini udah lama banget ga keurus :(
sejak masuk SMA gatau kenapa jadi keteteran banget sama tugas dan proyek, jarang banget ada waktu kosong dan sekalinya ada waktu malah dipake buat tidur dan istirahat alias menghindari liat laptop atau hp :') (malah curcol maap)
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent || Jimin✔️ [COMPLETED]
Fiksi PenggemarKatanya, SMA adalah masa terindah jadi jangan sia-siakan masa SMA. Katanya, kalau SMA tidak dilalui dengan baik maka kita akan menyesal di kemudian hari. Semua hanya berdasarkan 'katanya' bagi Yoonji. Menurutnya tidak ada yang spesial di masa SMA, s...