23

8 0 0
                                    

"eh kalean!! "

Saaih sama thoriq nengok ke belakang. Ternyata itu jidah dan kawan kawan yang nyamper saaih sama thoriq yang di rumah sakit. Jidah duduk di samping iyyah. Air matanya berjatuhan terus menerus tanpa henti.

Thoriq sedari tadi menenangkan kakaknya yang satu ini. Dari tadi jidah nangis terus gegara shock tau kalau lea tersakiti sama adik kandung dia sendiri. Dia ngerasa bersalah, bukannya terima kasih tapi dapet yang kek gini ke leanya.
Jidah udah ngerasa tenangan berkat thoriq. Bahkan dia hampir tertidur. Sementara itu sohwa duduk tepat di samping iyyah. Iyyah dari tadi hanya mengusap pelan tangan lea. Berharap lea kunjung bangun.

Saaih masih ngobrol sama thoriq. Jidah tidur di pundak thoriq. Iyyah tidur di samping saaih. Jadi mereka duduk di sofa yang emang besar juga. Sementara itu, sohwa tertidur dengan posisi kepala ditaruh di ranjang lea.

Setelah sekian lama menunggu, lea masih belum bangun juga. Tinggal saaih yang masih bangun. Yang lain udah pada tidur. Ada satu sofa lagi sebenernya. Dan itu lumayan panjang dan bisa di jadiin kayak kasur gitu. Saaih berjalan ke sana dan merubah sofa itu menjadi kasur.

Setelah selesai merubahnya, pertama yang di bangunkan adalah sohwa. Ia jalan ke arahnya dan membangunkannya agar tidur disana. Lalu, dia menghampiri ke dua kakaknya. Dia membangunkan mereka berdua dan mereka berdua jalan ke arah kasur itu.

Saaih duduk di kursi yang deket dengan ranjang lea. Dia tersenyum ke arah lea dan memegang perban yang udah terlihat darahnya. Darahnya dari tadi belum berhenti juga. Jadi, dia panggil dokter.

🌸Saaih POV

Gue langsung manggil dokternya buat meriksa kepalanya lea. Gue yang liat kepalanya jadi merinding sendiri. Jadi, gue mendingan duduk di atas sofa tadi. Gue nungguin si dokternya selesai.

Setelah si dokter selesai yang gak tau ngapain, dia pamit keluar. Gue ngangguk dan makasih aja lah ya. Setelah itu, gue langsung aja nyamperin lea yang masih aja gak bangun. Disitu, gue mulai cerita tentang diri gue sendiri. Berharap dia bangun gitu aja.

"hai le. Ini kakak, calon kamu. Tau gak? Sebenernya kakak udah suka sama kamu semenjak kamu main sama atim. Dari kelas berapa ya? Semenjak aku mulai berkarya lah. Sekitar 10 tahunan aku mulai suka sama kamu. Kenapa? Menurut aku, kamu itu imut parah. "

"ya udah lah, kakak gak akan cerita kamu banyak banyak, hiks. Sebenernya kakak sayang banget sama kamu, hiks. Jangan pernah ninggalin kakak ya le, hiks. Kakak mohon sama kamu, hiks. " kata gue. Disitu, tangisan gue udah pecah. Gue bener bener gak mau kehilangan dia.

Gue natep tangan dia. Soalnya, tadi tangannya kek gerak gerak gitu. Gue masih natep buat mastiin dia udah sadar apa belum. Dan ternyata emang gerak. Gue natep sekali lagi, sapa tau gue yang oleng.

"k-kak. "

Gue nengok ke muka lea yang udah sadar dan manggil gue. Gue senyum ke dia. Seneng banget dia udah bangun. Gue senyum ke dia sambil nahan nangis. Gak deng, tangisan gue pecah gegara liat dia senyum.

"udah, jangan nangis. " katanya sambil tersenyum. Dia mah lagi sakit masih ae senyum. Guenya yang merasa sakit jadinya. Disini nih, in my heart.

"kakak ngomong panjang lebar banget. Lea kebangun jadinya. Padahal lea maunya tidur lagi aja. Jangan bilang kalian kira aku pingsan?! Waduh, gawat nih. " kata nya yang masang muka panik khawatir.

"kamu tuh ya! Harusnya kita yang khawatir. Kenapa kamu khawatir sama kita? Kamu dari tadi gak tidur lee. Orang kata dokter kamu pingsan gimana sih. "jawab gue yang masih sesenggukan nahan nangis. Lea mah ketawa.

"hahahaha, dikira percaya. Kan candaan dikit gak papalah ya. Daripada kakak yang terlalu sedih gini. Ketawa dikit napa. Seenggaknya senyum gitu. Masa lea baru bangun di sambut kek beginian? Gak suka yaa. " balasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OH MY! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang