5

10.2K 889 35
                                    

5

Pesta pernikahan Layla dan Harvey diselenggarakan di rumah orangtua Layla. Ayah Layla ingin seluruh kerabat dan teman-temannya menjadi saksi kebahagiaan sang putri. Harvey dianjurkan mengadakan pesta kali kedua di Pekanbaru untuk para kerabat dan relasinya.

Namun Harvey tidak ingin melakukannya. Ia tak mau dipusingkan oleh urusan mempersiapkan pesta. Apalagi dengan waktu yang sangat singkat. Meski sedikit kecewa karena tidak akan dikenalkan pada kerabat dan relasi Harvey, Layla berusaha maklum.

Sehari setelah pesta, Layla dan Harvey kembali ke Pekanbaru. Mereka tiba di rumah ketika sinar mentari terakhir menghilang dalam dekapan malam.

Layla melangkah menapaki anak tangga menuju lantai dua, tempat kamar tidur mereka terletak, diikuti oleh Harvey yang membawa koper mereka.

Ketika pintu kamar terbuka, langkah Layla terhenti. Ia terpaku.

Kamar itu luas dengan segala perabotan mewah yang dipilih Layla, atas permintaan Harvey. Yang membuat Layla terkejut adalah taburan kelopak bunga mawar di seluruh lantai kamar, juga ranjang. Di atas meja rias, meja nakas, dan meja sofa, ada vas berisi banyak kuntum bunga mawar yang tampak masih sangat segar. Wangi semerbak memenuhi indra penciuman.

"Kau suka?" tanya Harvey lembut. Pria itu berdiri tepat di belakang sang istri.

Layla berbalik. Memandang sang suami dengan mata berbinar. "Bagaimana kau melakukan ini?"

"Sejujurnya?"

Layla mengangguk.

Harvey tertawa kecil. "Aku meminta bantuan dari Flora dan Arion."

Layla pernah sekali diajak Harvey makan malam di rumah Flora dan Arion. Sejak kali pertama berkenalan dengan Flora, Layla menyukainya. Flora wanita yang baik dan ramah. "Aku harap tidak merepotkan mereka."

"Aku rasa tidak. Saat aku mengatakan ide tentang bunga ini, Arion bilang ia dan Flora dengan senang hati membantu."

Layla lega mendengar itu. Ia pun melangkah masuk ke dalam kamar dengan perasaan penuh cinta. Ketika berada di tengah kamar, Layla berhenti melangkah dan berbalik. "Ini sangat romantis, Harvey."

Harvey melepas gagang koper yang dibawanya. Ia meraih pinggang Layla dan menarik sang istri mendekat padanya. "Kau belum jawab. Kau suka, Sayang?"

Layla tersenyum dan mengangguk. "Sangat suka. Terima kasih, Harv."

Harvey menunduk dan mengecup bibir Layla. Awalnya hanya ciuman lembut dan singkat. Makin lama ciumannya berubah panas dan liar.

Tiba-tiba saja, entah siapa melepas pakaian siapa, seluruh kain yang membalut tubuh mereka berhamburan di lantai.

Sembari mencium bibir Layla, Harvey membopongnya ke ranjang, lalu membaringkannya di sana.

Keduanya pun bercinta dengan penuh gairah. Menggapai puncak-puncak kenikmatan tiada tara.

***

sensor yah, gaesss ...

Evathink
Ig : evathink
2 jun 2020

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang